Antisipasi Krisis Pangan, Koppontren Akan Dijadikan Role Model

BANDUNG, Indotimes.co.id – Teten Masduki mengatakan, badan pangan dunia (FAO) sudah memprediksikan bahwa dunia akan mengalami krisis pangan. Saat itu, takkan ada lagi negara yang akan menjual pangannya.

“Oleh karena itu, selain mendorong gerakan masyarakat untuk menanam tanaman pangan, kita juga harus terus meningkatkan sebagai bentuk antisipasi datangnya krisis pangan,” kata Teten saat mengunjungi Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq di kawasan Ciburial, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Minggu (21/6).

Menurut Menkop, Koppontren Al Ittifaq sebagai salah satu koperasi sektor riil yang bergerak di sektor pangan, akan dikembangkan ke depan sebagai role model. “Kemenkop akan memback-up koperasi atau koppontren seperti itu melalui pembiayaan LPDB KUMKM. Kita akan memprioritas sektor pangan,” ucap Teten.

Dengan sudah menerapkan sistem , Teten meyakini Koppontren Al Ittifaq bakal menjadi percontohan bagi koppotren lainnya di Indonesia. Karena, pesantren ini sudah transformatif, pro teknologi, dan sudah melek IT. “Kita akan mempercepat digitalisasi ekonomi, terutama untuk KUMKM,” ujar Teten.

Baca Juga:  Pemerintah Harus Tata Sektor Pangan Dengan Badan Usaha Milik Rakyat

Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang turut hadir, mengatakan bahwa sektor usaha yang sangat terdampak pandemi Covid-19 adalah perdagangan, jasa, dan industri. “Sektor pertanian hanya sedikit terdampaknya. Terlebih lagi, kita punya One Pesantren One Product. Insya Allah, mulai Agustus mendatang, ekonomi kita melaju kembali,” kata Kang Emil.

Modal Kerja

Dalam kesempatan yang sama, Dirut LPDB KUMKM Supomo mengungkapkan bahwa Minggu depan akad kredit pembiayaan dana bergulir sebesar Rp7,3 miliar untuk Koppontren Al Ittifaq akan ditandatangani. “Dana bergulir itu sebagai modal kerja dan infrastruktur untuk kepentingan ekspor produk,” kata Supomo.

Akad pembiayaan menggunakan pola akad Mudharabah untuk modal kerja dengan nisbah bagi hasil 30 persen untuk LPDB-KUMKM dan 70 persen untuk koperasi. Sedangkan akad Murabahah untuk investasi dengan margin sebesar 3 persen per tahun atau 15 persen selama lima tahun dari harga beli.

Baca Juga:  Kemenkop UKM Ajak Generasi Milineal Ikuti Program Wirausaha Pemula

“Jangka waktu pembiayaan selama 60 bulan sudah termasuk grace periode pengembalian pokok selama enam bulan,” ujar Supomo.

Menurut Supomo, peran LPDB KUMKM tidak hanya dalam pembiayaan, tetapi juga pendampingan. “Terlebih lagi, pencairan pembiayaan ini masuk ke dalam program atau PEN,” kata Supomo.

Sementara sesepuh Ponpes Al Ittifaq KH Fuad Affandi menjelaskan, Koppontren Al Ittifaq yang berdiri pada 6 Juni 1997, memiliki total aset per Desember 2019 sebesar Rp43,5 miliar. “Kita bergerak di sektor usah pertanian dan domba dan sapi,” kata KH Fuad.

Koppontren Al Ittifaq menghasilkan beberapa komoditas unggulan, seperti jeruk dekompon, horenzo (bayam Jepang), cabai, wortel Sinkuroda, Butter Nut Pumpkin (Labu madu), dan jagung.

“Pemasok hasil pertanian terdiri dari 270 orang petani binaan yang tersebar di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cianjur,” kata KH Fuad.

Baca Juga:  Menkop Ajak Satukan Spirit untuk Majukan Koperasi dan UMKM

KH Fuad menambahkan, hasil pertaniannya dipasarkan diantaranya melalui jaringan supermarket Superindo, Yogya Supermarket, Aeon Mall BSD, hingga .

Selain penjualan secara konvensional, Koppontren Al Ittifaq juga melakukan penjualan secara online melalui aplikasi Alifmart.
“Koppontren Al Ittifaq saat ini melakukan program kemitraan dengan Japan International Coorporation Agency (JICA) dan Progamma Uitzending Manajer (PUM) Belanda,” kata KH Fuad.

Terkait pembiayaan dari LPDB KUMKM, KH Fuad mengatakan, mendapatkan plafon pembiayaan sebesar Rp7,3 miliar. “Tujuan penggunaan untuk modal kerja dan investasi”l,” ujar KH Fuad.