JAKARTA, Indotimes.co.id – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menyesalkan keputusan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan penyelenggara yang tidak memperbolehkan para wakil Indonesia meneruskan kiprahnya di ajang Yonex All England 2021.

Tim bulu tangkis Indonesia dipaksa mundur dari turnamen level Super 1000 ini, dengan alasan harus menjalani karantina selama 10 hari sejak kedatangannya di Birmingham Inggris pada 13 Maret lalu, lantaran dalam pesawat yang ditumpanginya terdapat seorang yang positif Covid-19. Namun anehnya, salahsatu pemain Turki yang berada dalam pesawat tersebut diperbolehkan berlaga di turnamen bulutangkis tertua di dunia itu.

“Sikap pemerintah sangat menyayangkan apa yang dialami oleh tim bulu tangkis Indonesia yang bukan kesalahan mereka, tetapi mereka harus menanggung akibatnya. Saya kira ini hal yang sangat disayangkan,” tegas Zainudin dalam konferensi pers secara virtual yang berlangsung, Kamis (18/3).

Menteri asal Gorontalo itu juga mengatakan seharusnya pihak penyelenggara maupun BWF bisa melihat lebih objektif terhadap apa yang terjadi sebenarnya. Karena menurut informasi yang didapatnya ada peserta dari negara lain yang satu pesawat dengan tim Indonesia tapi diperbolehkan bertanding. “Kalau benar berita bahwa ada yang satu pesawat dengan tim kita diperbolehkan berlaga, tentu ini tidak adil,” katanya.

Tak hanya itu, Zainudin juga mengkritik pihak penerbangan yang tidak melakukan pengecekan secara ketat terhadap penumpang, di mana seharusnya penampungan yang positif Covid-19 tidak diperbolehkan ikut menunpangi pesawat.
“Harusnya pihak penerbangan sudah menerapkan sistem ketat terhadap semua penumpang yang akan menggunakan maskapai itu. Tapi ternyata ada satu yang kedapatan terindikasi positif COVID-19.Nah, akibatnya dialami beradampak pada tim kita,” tegasnya.

Melalui insiden tersebut, Menpora juga menegaskan bahwa perlakuan tidak adil ini sangat merugikan Indonesia dan akan sangat mempengaruhi mental dan moral para atlet, pelatih dan official yang ikut turnamen tersebut, padahal berdasarkan informasi dari manjer tim, para wakil Indonesia sudah dipastikan negatif Covid-19.

“Saya memahami perasaan tim Indonesia yang diperlakukan tidak adil. Kita pegang apa yang disampaikan manajer tim bahwa sebenarnya tim kita dalam keadaan kondisi yang baik dan statusnya negatif,” imbuh Zainudin.

Walau demikian, Politisi Partai Golkar tersebut memaklumi bahwa setiap negara memiliki cara masing-masing dalam menangani Covid-19, akan tetapi adanya perlakuan yang berbeda hal tersebut perlu dipertanyakan.

“Kami memahami bahwa masing-masing negara punya aturan. Tiap nengara beda penanganan. Tapi ternyata ada pihak yang diperlakukan berbeda tentu ini harus dipertanyakan. Saya meminta kepada PBSI untuk mempertanyakan kepada BWF baik internasioanl maupun federasi bulutangkis Indonesia,” tandasnya.

Sementara itu, Marcus Fernaldi Gideon partner Kevin Sanjaya di sektor ganda putra yang menjadi ganda putra peringkat satu dunia, amat kecewa dengan putusan itu. Ia juga menilai BWF tak bisa mengatur dengan baik penyelenggaraan ajang badminton bergengsi tinggi ini. Apalagi tim Indonesia sudah menjalani pemeriksaan kesehatan dan semua dalam keadaan baik, tak ada yang terpapar Covid-19.

“Harus diperhatikan bahwa BWF telah gagal dalam mengatur masalah ini. Sebelum penerbangan, semua tim Indonesia telah dinyatakan negatif dan kami juga dites ulang pada saat kami tiba di hotel,” katanya.

Marcus juga menilai BWF telah melakukan tindakan tak adil. “Beberapa dari Anda mungkin memperhatikan bahwa permainan hari ini ditunda sebelum tujuh kasus positif yang mereka temukan di anggota tim lain (negara lain). Setelah mereka di tes ulang, hasilnya semua negatif,” lanjutnya. “Jadi mengapa kita tidak juga memiliki keadilan yang sama di sini?,” ungkap Marcus.