JAKARTA, Indotimes.co.id – Sosok Nurfitriyana Saiman (59 tahun) tak asing lagi bagi dunia olahraga di tanah air. Anggota trio Srikandi Indonesia, peraih medali peraih perak Olimpiade Seoul 1988, menjadi panutan bagi para atlet muda Indonesia, khususnyadi cabor panahan.

Yana sapaan akrab, wanita murah senyum ini melihat perkembangan panahan, secara umum, sangat baik, meskipun faktanya di PON XX Papua 2021, Jawa Timur masih dominan di cabang olahraga panahan.

Dari total 15 medali yang diperebutkan, Jatim di posisi teratas dengan 4 emas, sementara Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jambi, dan Riau berbagi masing-masing satu medali emas.

“Sejumlah atlet di luar Pelatnas bisa meraih emas di Papua. Artinya, pembinaan panahan masih berjalan baik di daerah-daerah,” ujar Yana, ,kepada wartawan di Media Center Jakarta untuk PON XX Papua, di Café Gelatik, Assembly Hall, JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (6/10).

Menurut Yana, saat ini, banyak klub di daerah-daerah, penataran pelatih juga kerapkali digelar, Kejuaraan Antarklub masih berjalan, juga pertandingan tingkat usia -15tahun.

Namun, Yana, yang pernah tampil di PON sejak 1981, mengakui daya juang atlet-atlet saat ini, termasuk di cabang olahraga panahan, tidak sekuat atlet masa lalu. “Umumnya anak sekarang cepat puas,” ungkap Yana pula.

Yana yang kini dipercaya sebagai pelatih tim nasional sejak 2015 menyebut di tingkat Olimpiade, Indonesia memang belum bisa merebut medali seperti dirinya di Seoul 1988 bersama Lilis Handayani dan Kusuma Wardhani.

Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab. Tapi, setidaknya, sebagai pelatih, Yana masih bisa meloloskan 4 atlet ke Olimpiade Tokyo 2020. Mereka terdiri atas Riau Ega Agatha, Alviyanto Prastyadi, Arif Dwi Pangestu, dan Diananda Choirunnisa.

Di nomor perseorangan, Riau bisa melangkah ke babak 32 Besar, sementara di nomor beregu, Riau, Arif, dan Alviyanto gagal di 16 Besar, sementara di mixed team, Riau dan Diananda terhenti di perempat final.