Fasilitas KITE Akan Tingkatkan Ekspor UKM

GIANYAR, Indotimes.co.id – Program Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang diluncurkan  Januari 2017 oleh Presiden Joko Widodo telah memfasilitasi  37 UKM.  Dari 37 UKM yang mendapat fasilitas KITE, sebanyak 13 pelaku usaha berasal dari Bali dan tiga adalah pengrajin perak dari Celuk.

Program ini diharapkan akan meningkatkan produk ekspor UKM.

“Program KITE merupakan program pemerintah untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan. Program ini memberikan kemudahan impor sehingga menurunkan biaya produksi, yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya volume produksi dan daya saing,” kata Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga pada pembukaan Celuk Jewellery Festival 2017, Jumat (13/10) di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, Bali.

Puspayoga mengatakan,  berbagai usaha  pemerintah untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan dilakukan melalui skema pembiayaan dengan bunga ringan.

Misalnya, program Kredit Ultra Mikro  bekerja sama dengan Kementerian Keuangan memberikan kredit Rp 10 juta dengan bunga 4% yang disalurkan melalui koperasi.

Selain itu, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 9%, pembiayaan lewat LPDB dengan bunga 0,3% untuk koperasi dan 0,2% untuk sektor riil.

Menurut dia, implementasi pembiayaan bunga murah telah berdampak pada geliat ekonomi kerakyatan.

Puspayoga menegaskan,  dengan skema-skema pembiayaan tersebut pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan kesejahteraan akan tercapai.

“Pemerataan kesejahteraan adalah program prioritas pemerintah, sehingga dibuat skema-skema pembiayaan untuk pemberdayaan,” kata Puspayoga.

Koperasi juga telah diakui oleh ekonom Joseph Stiglitz sebagai alternatif untuk memberikan pemerataan ekonomi kepada masyarakat. Koperasi di Indonesia juga telah mengalami pertumbuhan yang terlihat dari meningkatnya PDB koperasi menjadi 4% tahun  2016 dari sebelumnya 1,71% tahun 2014.

Menteri menjelaskan, di tengah lesunya perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menduduki ranking 3 besar diantara negara G20.

Pertumbuhan ekonomi India 7,9%, China 6,7%, dan Indonesia 5,01%. Dia yakin Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk mencapai lompatan partumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.

“Kalau pertumbuhan tinggi artinya membuka   lapangan kerja tinggi dampaknya  pengangguran turun, kemiskinan  turun, gini ratio kesenjangan semakin rendah,” ujarnya.

Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan, fasilitas KITE memberikan pembebasan bea masuk dan pajak untuk bahan baku bagi UKM karena produknya akan diekspor. Dari 37 UKM yang mendapat fasilitas KITE tersebut, menghasilkan nilai produksi Rp 101,2 miliar dan menyerap lebih dari 2.100 tenaga kerja. Nilai impor yang dilakukan sekitar 452 ribu dolar AS dan potensi ekspor diperkirakan tiga kali lipat.

“Kami berharap UKM yang mendapat fasilitas KITE akan melompat 10  kali lipat.  Kami siap membantu UKM melakukan pendampingan sehingga daya saing UKM meningkat dan memiliki keunggulan di ASEAN,” ujar Heru.

Bupati Gianyar AA Gede Agung Bharata mengatakan, Celuk Jewellery Festival 2017 merupakan momentum untuk mengangkat pengrajin perak dan emas Celuk dan menjadikan Celuk sebagai tujuan wisata.

Menurutnya, usaha kerajinan perak dan emas Celuk mengalami kelesuan, teknologi sangat terbatas, pemasaran kurang dan pemahaman terhadap regulasi lemah. Namun, Agung Bharata yakin kerajinan Celuk akan bangkit kembali karena kerja sama yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi.

Celuk Jewellery Festival 2017 berlangsung 13–15 Oktober mengangkat tema Mahakarya Mustika Nusantara menampilkan produk kerajinan perak dan emas karya pengrajin  dari Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, Bali. Hadir Dirjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Dyah Pitaloka. (chr)