GARUT, Indotimes.co.id – Omzet usaha mikro Kabupaten Garut, Jawa Barat sepanjang 2017 mencapai Rp1,79 triliun. Hingga akhir Mei 2018 lalu usaha mikro terus menunjukan perkembangan dan diharapkan omzet usaha mikro Garut mampu terus bertumbuh sampai akhir 2018 dan tahun-tahun selanjutnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut, Eko Yulianto mengatakan, omzet usaha mikro tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,56 triliun.
“Pencapaian ini omzet berasal dari usaha mikro saja, di luar usaha skala menengah. Dalam statistik ekonomi Garut ini sebesar 97 persen adalah usaha mikro,” kata Eko Yulianto di Kabupaten Garut, Selasa (22/5).
Menurut dia, saat ini jumlah usaha mikro tercatat ada sebanyak 53.431 unit dengan nilai omzet Rp1,79 triliun, dan jumlah karyawan sebanyak 374.017 orang. “Perkembangan usaha mikro dan usaha menengah juga terus menunjukan kemajuan yang relatif cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, usaha mampu menyerap 374.017 tenaga kerja,” ujarnya.
Eko Yulianto mengatakan, perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tersebut tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Antara lain, program Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) yang mampu memberikan kemudahan dan payung hukum bagi pelaku usaha, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program Wirausaha Pemula (WP), serta Program Koperasi Pemula (KP).
Dengan program IUMK yang terus dijalankan, maka pelaku usaha mampu mengakses pembiayaan dari perbankan.
“Program IUMK dari Kementerian Koperasi dan UKM dan dijalankan di daerah ini sangat membantu usaha mikro. Mereka bisa mengajukan KUR dan pembiayaan atau permodalan lainnya,” ujarnya.
Eko Yulianto mengatakan, serapan KUR Kabupaten Garut pada 2017 mencapai Rp 480 miliar dan pada tahun ini diperkiraan akan semakin tinggi penyerapannya.
“Serapan KUR hampir setengah triliun rupiah itu baru data yang disaampaikan BRI, kalau ditambah dengan bank-bank lainnya tentu angkanya juga bertambah besar. Selain itu, kita juga terus mendorong agar pelaku usaha dapat mengakses permodalan dana bergulir dari LPDB-KUMKM. Hingga dana bergulir saat ini sudah mencapai Rp50 miliar, jumlahnya juga akan terus bertambah,” katanya.
Di samping itu, Eko Yulianto mengatakan, peran dan kegiatan usaha koperasi harus ditingkatkan ke depan. Pada tahun lalu, sedikitnya 20 koperasi baru sudah terbentuk. Pihaknya berharap kualitas koperasi dapat meningkat dan harus didorong melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) meski ada kendala jarak dan tempat yang berjauhan.
Lebih jauh Eko Yulianto menjelaskan, pihaknya juga memfasilitasi koperasi dan UMKM untuk melakukan promosi dan menitipkan produknya di Galeri Padigel yang dikelola Dinas Koperasi UKM dan BMT sehingga KUMKM bisa memasarkan produk unggulannya.
Saat ini, KUMKM di Kabupaten Garut terus bergeliat dengan produk olahan makanan seperti dodol dan kue tradisional yang terkenal dengan sebutan kue bangket, juga varian daru kulit semacam jaket, tas, dompet, sepatu dan banyak varian serta kreativitas lainnya.
Naik 300 Persen
Produk olahan makanan asal Garut makin menggeliat pada pekan pertama bulan puasa Ramadhan tahun ini. Hal ini seiring dengan lonjakan permintaan dan pesanan olahan makanan hingga 300 persen.
Ibu Lilis Rusmiati, produsen kue tradisional yang dikenal kue bangket di Desa Tarogong, Kec Tarogong Kidul, Garut mengaku bahwa peningkatan pesanan produk makanan dengan nama brand traditional cookies Halia sudah terjadi sebelum memasuki bulan Ramadhan dan diperkirakan akan naik menjelang hari Raya Idul Fitri nanti.
Pada hari biasa, kata Lilis, olahan makanan yang diproduksi di rumahnya mencapai 15 kilogram. “Permintaan (kue) lebaran naik 300 persen. Sekarang pekerja sudah ditambah menjadi 8 orang,” kata penerima KUR tahun 2014 ini dan juga memperoleh dana bantuan pemerintah pada 2016. lalu.
Menurut Lilis, usaha olahan makanan rumahan yang dikelolanya memiliki omzet tidak kurang dari sejuta per hari. Saat ini, dirinya juga berusaha memasarkan produk secara online dengan mengajak pemasaran bersama kelompok usaha. “Ada teman yang juga membantu pemasaran secara online,” ujarnya.
Dia menambahkan, dirinya juga melayani pemesanan kue untuk beberapa outlet dan brand makanan ternama seperti di Kartika Sari Bandung. “Kita juga baru lakukan pertemuan untuk kerjasama penjualan, sudah ada tawaran kerjasama kalangan artis, seperti Kunaive milik Irfan Hakim atau Princess punya Syahrini dan Krisdayanti,” kata Lilis.
Geliat Sukaregang
Di samping itu, geliat pelaku UMKM di Kawasan Sukaregang, Kab Garut selama ini sudah dikenal luas dengan keberadaan pengrajin kulit. Tampak berbaris toko yang menjual jaket kulit dengan aneka motif mengikuti tren fashion terbaru saat ini.
Para pedagang biasanya memiliki mitra perajin kulit, juga memajang topi, dompet dan tas yang semuanya berbahan kulit dengan selisih harga jauh bila dibandingkan di kota-kota besar.
Salah seorang pedagang, Uum mengaku perbedaan harga produk kulit Sukaregang sangat signifikan.
“Selain pembeli langsung di toko, pesanan dari luar Garut juga banyak. Ada yang order dengan model sendiri yang diinginkan. Jadi kita juga menerima pesanan dari luar kota untuk dijual dengan brand milik mereka,” ujar Uum.
Dia menambahkan, selain memperkerjakan para penjaga toko, produksi kulit di Kabupaten Garut saat ini mampu menyerap ribuan tenaga kerja, hingga pekerja dari luar Garut. Karenanya, pantas bila perajin jaket kulit di Garut tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan perajin kulit di daerah-daerah lain, apalagi kini jaket kulit dari Kabupaten Garut sudah menembus pasar mancanegara, antara lain Singapura, Malaysia, Taiwan, Jepang dan lainnya.