JAKARTA, Indotimes.co.id – Asosiasi Perusahaan Pemboran Minyak, Gas dan Panas Bumi Indonesia (APMI) mendesak kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk secepatnya membayar utang terhadap seluruh anggotanya. Penegasan tersebut disampaikan dalam deklarasi piutang anggota APMI yang dilangsungkan di Bogor, Jawa Barat.
Ketua Umum APMI Wargono Soenarko mengatakan, desakan itu juga dilayangkan kepada pemerintah dan semua stakeholder yang berkaitan dengan industri migas dan panas bumi. Sebab, perusahaan yang tergabung dalam anggota APMI perlu untuk membayar operasional dan gaji karyawannya.
“Jumlah piutang perusahaan-perusahaan pengeboran yang berhasil ditemukan berdasarkan angket yang dilakukan APMI sebesar 50 juta dolar AS. Jjumlah tersebut dari sekitar 19 perusahaan anggota APMI,” kata Wargono Soenarko dalam keterangan pers, Jumat (4/11/2016).
Menurut dia, jumlah tersebut masih berpotensi menggelembung, karena masih ada utang yang terindikasi belum menjadi laporan resmi dari anggota APMI sebesar 300 juta dolar AS. Jumlah data utang senilai 300 juta dolar AS belum dilaporkan, karena masih ada penagihan yang belum final angkanya. “Dan adanya kekhawatiran apabila perusahaan tersebut dikemudian hari dikenai sanksi atau blacklist oleh KKKS,” ujarnya.
Wargono mengatakan, di antara KKKS yang berhutang hingga saat ini belum ada itikad baik untuk membayarkan kewajibannya, karena utangnya telah lewat jatuh tempo dan bahkan invoice-nya sampai ganti tahun.
Bahkan ironisnya, kata Wargono, ada KKKS yang berhutang sudah masuk dalam status produksi dan telah mendapatkan cost recovery dari pemerintah.
Sekretaris Umum APMI Dharmizon Pilliang menambahkan, utang KKKS yang belum dibayarkan ini sangat berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, utamanya nafkah para pekerja migas yang menjadi anggota APMI. Sebab, saat ini APMI membawahi 357 perusahaan yang beberapa memiliki problem yang sama yakni masalah utang yang belum dibayarkan oleh KKKS. Akibatnya, banyak perusahaan kesulitan membayar gaji karyawan.
Anggota APMI diperkirakan telah menanamkan investasi sebesar 4 miliar dolar AS untuk menyediakan peralatan pengeboran di Indonesia. (Ram)