SLEMAN, Indotimes.co.id – Haryati Soeroso (45 th) sedang menikmati hasil kerja kerasnya sebagai seorang pelaku usaha. Perempuan asal Sleman Yogyakarta itu mampu meraup keuntungan Rp 15 juta setiap bulan. Padahal awalnya saat memulai usaha bersama teman-temannya, Haryati hanya membukukan Rp 2-3 juta perbulan saja.
Hasil itu diperoleh setelah Haryati mendapat bantuan Wirausaha Pemula (WP) sebesar Rp 13 juta dari Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2017. Dana itu memang sangat membantu hingga dia mampu mengelola usahanya dengan baik.
“Awalnya usaha saya itu bareng-bareng sama teman-teman untuk memproduksi batik, tapi setelah saya mendapatkan bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM saya bisa usaha secara mandiri. Jadi bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM sangat-sangat bermanfaat untuk saya. Saya mengucapkan banyak terima kasih. Kedepannya usaha saya semakin lancar,” kata Haryati saat ditemui di tempat usahanya.
Usaha Kecil dan Menengah seperti Haryati ini memang perlu mendapatkan bantuan modal usaha dari pemerintah untuk menunjang usahanya. Apalagi di tengah gempuran produk global, membuat produk UKM sulit berkembang bila tidak dibantu dengan perkuatan modal.
Berkat bantuan yang diperoleh, usaha Batikque Batik Haryati berkembang pesat. Setiap bulan ia mampu memproduksi 50 buah batik atau meningkat 100 persen dari sebelumnya. Ia tak sia-siakan bantuan yang didapat. Ia membangun usahanya dengan membeli etalase, bahan baku, dan bak celup untuk membatik.
“Kalau dulu saya menyelupnya itu masih pakai ember kecil. Jadi saya harus jongkok, tapi sekarang karena saya mempunyai bak itu jadi saya bisa berdiri sambil mencelup,” cerita Haryati.
Haryati memulai usaha sejak tahun 2016. Saat itu ia masih bergabung bersama beberapa temannya. Tetapi bisa dibilang usahanya biasa-biasa saja, alias jalan di tempat. Dia belum punya rencana usaha lain setelah apa yang dia lakukan tidak berkembang. Pada akhirnya dia diusulkan dari dinas setempat sebagai salah satu penerima bantuan WP.
WP membuka jalan baginya untuk berkembang. Apalagi perempuan yang tinggal di Papringan Bedog RT 6 RW 25 Trihanggo Gamping Sleman itu, sudah sering mengikuti berbagai pelatihan, sehingga mudah baginya untuk mengelola modal yang diberikan dari pemerintah.
“Setelah mendapatkan bantuan itu saya memperbanyak produksi saya, kalau kemaren sebelumnya saya hanya mampu memproduksi sekitar 25 potong perbulan, dengan bantuan itu sebagian dari dan bantuan saya belikan material,” ungkap Haryati.
Setelah produknya meningkat Haryati membuka jaringan usaha. Batik hasil karyanya mulai dijajakan di beberapa rumah makan, hotel, showroom, maupun display pameran, selain di tempat tinggal sendiri. Uang hasil usaha itu lalu diputarkan kembali menjadi modal usaha. Alhasil keuntungan yang sudah didapat kian bertambah.
“Setelah saya memasukan di sana penjualannya lumayan asal kita terus produksi pasti ada pemasukan seperti itu.
Kalau dulu kan masih ikut pameran-pameran yang namanya rezekinya itu gak bisa dapat langsung tetapi beberapa tahun, beberapa bulan kemudian tiba-tiba ada pembeli itu kan dari pameran juga. Tapi untuk keuangan yang pasti itu dari rumah makan,” katanya.
Ada dua jenis batik yang di jual Haryati, yakni batik tulis dipatok harga antara Rp 500-1 juta dan batik kombinasi cap/tulis dipatok harga antara Rp 100 ribu-250 ribu per satuan.
“Warnanya saya fokus ke warna alam tetapi sintesis kalau ada yang pesan ya tetap karena banyak yang suka sintesis juga, tapi pelan-pelan saya warna alam ini sudah mulai disuka kalau dulu sulit,” akuinya.
Di tempat usahanya, Haryati mempekerjakan tiga orang karyawan. Setiap hari mereka bekerja secara bergantian, dengan peran yang berbeda-beda dibantu Haryati bersama suaminya. Haryati merasa senang sudah lebih mandiri dari sebelumnya karena memiliki usaha sendiri.
“Setelah saya mendapatkan bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM saya bisa usaha secara mandiri. Jadi bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM sangat-sangat bermanfaat untuk saya. Saya mengucapkan banyak terima kasih. Ke depannya usaha saya semakin lancar,” katanya dengan penuh harapan.