TUBAN, Indotimes.co.id – Dewan Kerajinan Nasiional (Dekranas) mengapresiasi konsep Jatimnomics yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) dalam menangani kendala klasik yang dialami usaha kecil dan menengah, yaitu produksi, permodalan dan pemasaran.
“Konsep Jatimnomics saya kira cukup ampuh dalam menyelesaikan persoalan klasik UKM. Kini tinggal UKM-nya, apakah mau maju atau tidak,” kata Ketua Bidang Manajemen Usaha Dekranas, Bintang Puspayoga usai membuka
Sinergi Kegiatan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) dengan Dekranas di Pendopo Kab Tuban, Jatim, Rabu (19/7/2017).
Bintang yang juga Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenkop dan UKM itu mengatakan, pengrajin yang umumnya UKM itu juga harus meningkatkan kualitas dan profesionalisme dalam menghasilkan satu produk.
“Karena itulah pelatihan terus dilakukan khususnya yang vocational. Dan saya gembira pelatihan di Tuban ini adalah pelatihan lanjutan yang bisa membawa pengrajin dan UKM untuk bisa naik kelas ke jenjang yang lebih tinggi,” katanya.
Pelatihan lanjutan ini dilakukan antara lain karena Kab Tuban dinilai berhasil dalam melakukan pelatihan dasar, khususnya pelatihan vocational tenun Gedok yang merupakan salah satu kerajinan khas kab Tuban.
“Saya melihat hasil produksi tenun Gedok sekarang sudah jauh lebih bagus,” ujarnya.
Pengembangan potensi tenun Gedok tersebut akan terus disempurnakan mulai dari modernisasi proses produksi sampai pendirian sentra penjualan pakaian jadi berbahan tenun Gedok.
Namun, kata Bintang, konsep pengembangan tenun Gedok ini mesti melibatkan semua unsur, baik Dekranas, Dekranasda Provinsi maupun Kabupaten, termasuk juga di dalamnya dinas-dinas terkait baik di Pemda Provinsi maupun Kabupaten.
Dekranas akan membawa konsep pengembangan tenun Gedok ini dalam Rakernas pada akhir September mendatang.
“Akan kami jadikan role model untuk produksi 100 persen Indonesia, karena mulai dari bahan baku berupa kapas sampai jadi kain tenun maupun pusat penjualan pakaian jadi bernuansa konten lokal. Ada dan dilakukan di dalam negeri,” kata Bintang.
Sementara itu, Kadis Koperasi dana UKM Jatim Mas Purnomo Hadi mengatakan, kegiatan semacam ini akan dilakukan secara kontinyu di 38 kab di Jatim.
“Kita akan lakukan secara rutin sehingga semua UKM, wirausaha pengelola koperasi, dapat meningkatkan kualitas usahanya.
Kadis mengatakan, saat ini di Jatim ada 31.700 Koperasi dan 8 juta UMKM.
“Ini jumlah yang tidak sedikit, karena itu pembinaan usaha mikro kami serahkan ke kabupaten masing-masing untuk UKM oleh provinsi sedang menengah atas ke pusat,” ujarnya.
Tiga Pilar
Kadis Mas Pur mengakui kendala pengrajin dan UKM terutama masalah pasar, produksinya dan pembiayaan
Jatimnomics memiliki tiga
pilar pengembangan pengrajin, UKM maupun koperasi.
Ketika pengelola koperasi maupun UKM ada masalah produksi, maka akan dibantu melalui diklat /inkubantor/BDC (bussines development center) secara gratis.
“Kami menyiapkan semua mulai dari materi, tenaga ahli dan sebagainya,” katanya.
Untuk kendala permodalan, Jatimnomics melalui Bank Jatim menyediakan
kredit tani dengan bunga 6 persen per tahun.
Dalam hal ini Lembaga Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) menyiapkan dana penjaminan.
Pemda Jatim juga mengajak
LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) untuk ikut menyalurkan dana ke koperasi dan UKM, dan sudah terealisasi lebih dari Rp 1 triliun dengan NPL (Non Performing Loan) di bawah 5 persen.
Sementara untuk masalah pasar, seharusnya tidak perlu ditakuti namun menjadi tantangan.
“Karena itu momen-momen penting seperti pameran dagang harus dimanfaatkan
khususnya dalam menghadapi serbuan produk impor yang membanjir,” katanya.