JAKARTA, Indotimes.co.id – Indonesia terus menghadapi tantangan besar dalam sektor pertanian di tengah perubahan iklim, gejolak ekonomi global, alih fungsi lahan dan peningkatan kebutuhan akibat pertumbuhan populasi.

Dalam menjawab tantangan tersebut, intercropping padi gogo di lahan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjadi salah satu solusi inovatif untuk mendukung swasembada beras.

tersebut dibahas dalam Seminar Nasional ‘’Potensi Intercropping Padi Gogo di lahan PSR untuk Swasembada Beras”.

Dalam seminar tersebut, Direktur Utama Holding Perkebunan PTPN III
(Persero), Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan bahwa pemanfaatan lahan sawit
PSR untuk intercropping padi gogo adalah inovasi strategis.

Hal ini sejalan dengan komitmen PTPN dalam mendukung swasembada pangan nasional, sekaligus mengoptimalkan lahan perkebunan rakyat secara berkelanjutan.

Keberhasilan program ini memerlukan kolaborasi lintas sektor, termasuk dukungan dari penyedia benih, , teknologi, hingga off-takers seperti BULOG.

Selain itu, diperlukan regulasi yang memfasilitasi implementasi tanaman sela padi gogo pada lahan PSR, termasuk stabilitas harga gabah dan pupuk.

Dukungan kelembagaan seperti revitalisasi petani dan legalitas lahan juga sangat penting.

“Program pendanaan melalui Dana Peremajaan Sawit Rakyat (BPDPKS) dan Kredit Rakyat (KUR) dengan rendah akan membantu petani dalam menjalankan program ini,” tambah Ghani.

Seminar ini menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif antara pemerintah,
swasta dan masyarakat untuk mencapai keberhasilan program intercropping padi
gogo.

Dukungan yang solid dari semua pihak diharapkan dapat mendorong swasembada pangan berkelanjutan, sekaligus mengoptimalkan potensi besar lahan PSR untuk masa depan pertanian Indonesia.

Institut Pertanian Bogor (IPB University) telah mengembangkan varietas unggul padi
gogo, yakni IPB 9 Garuda, yang memiliki produktivitas tinggi hingga 11,3 ton per
hektare gabah kering panen (GKP).

Varietas ini telah terbukti sukses di Kampung Inovasi Subang dengan penerapan teknologi modern seperti sistem produksi padi sawah cerdas, deteksi pintarnkesehatan padi dan layanan pintar pemupukan serta irigasi.

Ekstensifikasi lahan untuk menanam padi gogo menjadi sangat mendesak sebagai kompensasi hilangnya sawah produktif di Pulau Jawa, memenuhi kebutuhan stok beras nasional, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

Lahan PSR memiliki potensi besar untuk mendukung program ini, terutama pada
tanaman sawit usia TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) hingga tiga tahun pertama.

Dengan luas PSR yang diproyeksikan mencapai 400 ribu hektar per tahun pada 2025-2031, intercropping padi gogo di lahan tersebut dapat berkontribusi pada produksi beras lebih dari 1,8 juta ton per tahun. Hal ini menjadikannya sebagai langkah strategis dalam mengamankan pangan Indonesia di masa depan.

Hadir dalam kegiatan tersebut, antara lain Menteri Koordinator Bidang Pangan Dr.
(H.C) H.Zulkifli Hasan, S.E., M.M, Staf khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan –
Dr. Ir. Sam Herodian, MS, IPU, APEC Eng -, Wakil Ketua Komisi IV DPR – Ir. Panggah
Susanto, M.M. Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria, dan Direktur Utama Holding
Perkebunan Nusantara, PTPN III (Persero)- Moh Abdul Gani dan Direktur Utama
PTPN IV- Jatmiko Krisna Santosa.

Selain itu juga dihadiri oleh narasumber dari PT Riset Perkebunan Nusantara, salah satu anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) dan Dekan Faperta IPB University dan Besar Departemen Agronomi IPB University