JAKARTA, Indotimes.co.id – Maraknya investasi bodong yang menjanjikan keuntungan berlipat saat ini menjadi trending topic. Pasalnya kerugian yang dialami oleh investor dan masyarakat tidak sedikit. Padahal niatnya mereka berinvestasi di awal adalah untuk mendapatkan keuntungan dan terjamin keuangannya di masa depan. Namun akibat salah investasi keuntungan yang mereka impikan justru berujung buntung.

Menanggapi fenomena itu Financial Planner, Mike Rini Sutikno menyatakan investor yang saat ini didominasi oleh kaum milenial biasanya memilih produk investasi lantaran karena mengikuti tren saja. Mereka tidak didasari kemapanan pengetahuan investasi dan risikonya sehingga mereka terjebak pada investasi bodong.

“Investor muda itu rata-rata mau duitnya sekarang makanya ikut-ikutan trading Itu bagus tapi yang saya khawatir mereka hanya fokus pada produknya jadi apa yang baru itu yang diburu. Mereka bukan didasarkan pada kebutuhan dan pengetahuan atas investasinya,” ujar Mike dalam diskusi yang digagas Beritakota.id dengan dukungan PT Pegadaian Galeri24, Antam, FIF Group dan Kokola Biscuit & Wafer bertema Mengelola Keuangan Di Situasi Yang Tak Pasti, di Jakarta, Kamis (14/4).

Mike menambahkan bahwa profil risiko atas produk investasi itu terbagi dalam tiga kategori yaitu risiko rendah, sedang dan tinggi. Untuk risiko rendah contoh produknya adalah tabungan, deposito, reksadana pasar uang dan emas. Kemudian untuk yang risiko sedang yaitu obligasi, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan properti. Kemudian risiko tinggi yaitu saham, reksadana saham, forex, P2P Lending dan lainnya.

Baca Juga:  Program ‘LPDB Goes To Campus’ Gaet Generasi Milenial

Dengan beragam risiko itu, investor khususnya investor muda harus memahami profil risiko masing-masing agar tidak terjebak pada tren investasi yang marak dipromosikan namun tidak sesuai dengan profil risiko pribadi. Yang perlu diketahui adalah dalam berinvestasi ada patokan baku yang bisa dijadikan baseline sebelum memutuskan investasi.

“Patokan investasi pertama tidak kurang dari inflasi, investasi bukan cuman untung tapi harus didefine, kebutuhan di masa datang dicukupin dari investasi kita, lalu investasi harus hasilkan cashflow,” jelas Mike.

Untuk menghindari terjebak investasi bodong, lanjut Mike, investor bisa mengecek legalitas entitas di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu investor perlu melakukan diversifikasi portofolio investasinya agar ketika terjadi penurunan tidak semuanya tergerus. Dia juga menyarankan agar investor dapat terus meningkatkan likuiditasnya terutama untuk memupuk dana darurat.

“Di situasi yang tidak pasti kuncinya berinvestasi adalah long term, dan tujuan yang SMART. Harus utamakan tujuan kebutuhan keuangan yang spesifik supaya kalau ada penawar investasi baru nggak mudah terombang ambing. Jadi fokus pada kebijakan investasi anda,” tandas Mike.

Baca Juga:  Peringatan Hari UMKM Internasional Soroti Aspek Kemanusiaan  

Di tempat yang sama Kepala Devisi Penjualan PT Pegadaian Galeri 24, Dadan Kadarsah menyatakan salah satu produk investasi yang menjanjikan dan berisiko rendah adalah emas. Untuk itu sebagai anak usaha PT Pegadaian, Galeri 24 selalu mengeluarkan produk-produk emas dengan berbagai tema dan varian.

Dadan menambahkan investasi emas tidak ada ruginya. Meskipun harga berfluktuasi namun rata-rata setiap tahunnya mengalami peningkatan. Bahkan besaran kenaikan harga emas melebihi angka inflasi. Oleh sebab itu emas dalam jangka panjang menjadi investasi yang menguntungkan dan tidak tergerus inflasi.

“Rata – rata kenaikan harga emas selalu lebih tinggi dari inflasi terlebih di situasi saat ini harga emas menjadi komoditas yang mendunia dan menjadi safe heaven,” tutur Dadan.

Dijelaskannya bahwa banyak manfaat yang akan didapatkan masyarakat atau investor yang rajin berinvestasi emas. Selain tidak tertekan oleh inflasi, emas nilainya cenderung meningkat. Terlebih di saat kondisi gonjang-ganjing geopolitik seperti Ukraina Vs Rusia, harga emas cenderung meningkat.

Baca Juga:  Evaluasi Kinerja 2016, Kontribusi Koperasi Terhadap PDB Capai 23,12 Persen

“Emas itu likuiditasnya tinggi dan mudah diperjualbelikan atau liquid. Manfaatnya emas juga underlyingnya jelas, buyback gampang atau digadai juga gampang,” lanjutnya.

Hal yang sama juga disampaikan Lukman Hqeem selaku Analis Pasar Modal GK Invest. Menurutnya emas menjadi safe heaven yang banyak diburu oleh masyarakat terutama saat ada pandemi. Namun perlu dipahami bahwa investasi emas juga sebaiknya direncanakan sejak awal dengan metode jangka panjang. Return yang didapatkan dari investasi emas akan lebih optimal manakala investasi long term.

“Salah satu kiat investasi yang paling tepat menyikapi kondisi yang tidak menentu adalah jangka panjang. Maka investasi harus jangka panjang,” ulas Lukman.

Dia membenarkan bahwa karakteristik investasi emas ini menjadi aset yang tidak tergerus inflasi. Oleh sebab itu sangat disarankan salah satu portofolio investasi untuk “mengamankan” masa depan adalah dengan investasi emas.

“Untuk menyikapi penurunan nilai yang yang kita miliki kita perlu simpan aset tersebut kalau suatu saat ada kenaikan harga barang. Nah yang paling stabil adalah emas, emas adalah save heaven, berbeda dengan dolar, kripto dan lainnya,” pungkas Lukman.