BANDUNG, Indotimes.co.id – Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menutup dan merampungkan rangkaian acara Entrepreneur Hub 2023 setelah memasuki tahap glorifikasi final sebagai fase akhir dari ajang penumbuhan jiwa kewirausahaan dan wadah bertemunya para kolaborator yang dapat mendukung pengembangan kewirausahaan.
“Ajang Entreprenuer Hub diglorifikasi secara berkelanjutan untuk mendorong terciptanya wirausaha baru di kalangan generasi muda, terutama para mahasiswa,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki acara Entrepreneur Hub, Wirausaha Mudah #savelocalbusiness, di Universitas Katholik Parahyangan (Unpar) Bandung, Senin (4/12).
Kampus Unpar menjadi lokasi glorifikasi final sebagai tahap akhir pelaksanaan Entrepreneur Hub 2023. Glorifikasi sudah dilaksanakan di Kampus Undiknas, Denpasar pada 13 Oktober 2023 dan di Universitas Hasanuddin, Makassar pada 19 Oktober 2023.
“Upaya ini untuk mewujudkan visi kami dalam mencetak wirausaha by design. Kami juga mengajak para mahasiswa untuk memulai bisnis dengan memperkuat ide bisnisnya,” kata Menkop UKM.
Teten percaya, saat ini brand lokal sudah banyak dilirik oleh investor asing. Seperti sepatu lokal yang sukses berkolaborasi dengan produk luar negeri. “Ini meyakinkan dan kembali memberikan semangat agar produk dalam negeri bisa bersaing dengan produk luar negeri, kuncinya adalah kolaborasi dan jangan takut memulai,” ucap Teten.
Ia mengatakan, platform Entrepreneur Hub yang diinisiasi Kementerian Koperasi dan UKM sebagai amanat dari Perpres Nomor 2 Tahun 2022, untuk memfasilitasi para pihak bertemu dalam satu platform. Terutama mereka yang sedang mengembangkan ide dalam menumbuhkan usaha dengan basis potensi lokal.
“Dengan hal-hal tersebut, saat ini untuk menjadi wirausaha menjadi sangat mudah sehingga peluang untuk meraih kesuksesan tanpa batas sedemikian terbuka,” katanya.
Selain kecanggihan teknologi, program dan kebijakan Pemerintah yang mendukung, warga Jawa Barat terutama di kalangan anak muda, juga diuntungkan dengan kondisi lokal yang kondusif untuk mengelaborasi kreativitas dan inovasi.
“Entrepreneur Hub membantu mengembangkan mahasiwa untuk menjadi pebisnis. Bantuan pembiayaan dan enabler telah tersedia, sehingga diharapkan Unpar juga mampu menciptakan wirausaha baru dan menjadi pabrik entrepreneur,” kata Menkop UKM.
Menkop UKM mengatakan, dalam survei terkini, sebanyak 72 persen anak muda di Indonesia ingin menjadi pebisnis bukan lagi jadi karyawan atau pegawai, begitu juga di Asia tenggara.
Namun di sisi lain yang perlu diperhatikan adalah jangan hanya menciptakan entrepeneur namun ciptakanlan ekononomi baru. “Saya telah berbicara dengan beberapa rektor terkait keinginan menciptakan wirausaha baru dan ekonomi baru. Jangan lagi kehadiran wirausaha menjadi pesaing UMKM kecil lainnya,” ujarnya.
Tak hanya itu, transformasi digital juga dinilainya harus terarah. Transformasi digital banyak bergerak di sektor hilir, jasa, dan pembiayaan. “Teknologi harus melahirkan ekonomi baru jangan hanya menambah pedagang-pedagang baru. Kita juga tidak mau banyaknya e-commerce luar negeri membakar uang dengan memberikan subsidi ongkir, sehingga terjadi apa yang kita sebut predatory pricing. Barang dijual semurah-murahnya, sehingga UMKM tak bisa bersaing,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menkop UKM juga melakukan dialog dengan para mahasiswa yang menjadi peserta di Entrepreneur Hub yang digelar di Unpar.
Beberapa di antaranya, pemilik usaha tas dan aksesoris Fold and Flare, Ellen, yang tercatat sebagai mahasiswi semester tujuh. Ia menjalani usahanya selama setahun. Saat ini ia mampu meraih omzet hingga Rp20 juta per bulan.
Kemudian, pemilik usaha kopi Badja Coffee, Jeki Kurniawan, yang sukses meraih penghargaan atas kreasinya memberikan model bisnis tak hanya sekadar waralaba tetapi juga menjadi bisnis ramah lingkungan dengan berdagang kopi menggunakan sepeda listrik.
MenKopUKM mengatakan, mahasiswa jangan takut untuk memulai bisnis. “Jika ide sejak awal diperkuat, maka mudah dihubungkan dengan banyaknya enabler. Begitu juga dengan pembiayaan yang sudah banyak tersedia. Seperti di industri fesyen dan sepatu, rata-rata mereka belum punya pabrik tetapi bisa mengembangkan produk untuk riset dengan maklon,” katanya.