SURABAYA, Indotimes.co.id – Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) terus memberikan kemudahan bagi santri pengusaha (entrepreneur) atau lebih dikenal dengan santripreneur dalam mengakses pembiayaan dana bergulir.
Langkah tersebut sebagai upaya LPDB-KUMKM dalam mendorong santripreneur mempercepat pengembangan kewirausahaan, sekaligus pemerataan perkembangan kewirausahaan di Tanah Air.
Direktur Utama LPDB-KUMKM Braman Setyo mengatakan, penerima dana bergulir masih terbuka luas dan para santripreneur diharapkan bisa memanfaatkan pembiayaan tersebut.
“Penyaluran dana bergulir ini untuk mempercepat pengembangan kewirausahaan dan sekaligus pemerataan perkembangan kewirausahaan tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, namun juga di luar Jawa seperti kawasan timur Indonesia,” kata Braman Setyo saat menjadi pembicara acara Santripreneur Award 2017 bertema “Dedikasi Membangun Ekonomi Negeri” di Surabaya, Sabtu (25/11).
Hadir juga sebagai pembicara Direktur PT Sarinah GNP Sugiarta Yasa, Pembina Rumah Entrepreneur Indonesia (REI) KH Ahmad Sugeng Utomo (Gus Ut) dan Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan Andayani Budi Lestari.
Rangkaian acara Santripreneur Award 2017 juga dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Wakil Gubernur Jawa Timur Saefullah Yusuf, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dan Asisten Deputi Peran Serta Masyarakat dan KUMKM Kementerian Koperasi dan UKM Budi Mustopo, serta Direktur Pembiayaan Syariah LPDB-KUMKM Jaenal Aripin.
Braman Setyo memastikan LPDB-KUMKM akan terus terlibat dalam program santripreneur yang telah berjalan 3 tahun ini. “LPDB akan terus mengikuti program santripreneur ini dan perlu kami sampaikan bahwa program bantuan ini bukan hibah atau bansos (bantuan sosial) tapi dana bergulir yang harus dikembalikan,” ujar Braman Setyo.
“Melalui forum Santripreneur Award 2017 ini, kita minta panitia untuk menyiapkan para santripreneur agar dapat memanfaatkan dana bergulir lebih besar lagi untuk mengembangkan usahanya,” kata Braman Setyo.
Dia juga optimistis bahwa pelaksanaan program bersama melalui santripreneur maka pengembangan kewirausahaan akan semakin tumbuh di Indonesia.
“Santripreneur harus bisa jadi icon kewirausahaan di Indonesia. Para alumni pondok pesantren bisa terus mendorong dan merealisasikan program pengembangan kewirausahaan,” katanya.
Terkait pengembangan kewirausahaan ini, kata Braman Setyo, kebutuhan santripreneur selain sumber daya menusia (SDM) juga aspek pembiayaan atau permodalan. Untuk itu, menurut Braman Setyo pada tahun 2017, LPDB-KUMKM telah menyiapkan dana bergulir sebesar Rp 600 miliar untuk dialokasikan ke pembiayaan syariah dari total Rp 1,5 triliun. Sedangkan pada tahun 2018, dari total anggaran Rp 1 triliun, sebesar Rp 450 miliar dialokasikan untuk pembiayaan syariah yang nantinya dapat diakses oleh santripreneur.
Selain itu, Braman Setyo juga mengingatkan perlunya Santripreneur memiliki badan hukum berupa koperasi. Hal ini untuk memudahkan penyaluran dana bergulir bagi Santripreneur yang memiliki berbagai macam jenis usaha.
“Bisa dibuat diversifikasi usaha berbentuk badan hukum seperti koperasi. Selain itu bisa berupa PT (perseroan terbatas) yang dikelola oleh Santripreneur. Untuk model pengembangan jaringan bisnis bisa berkoordinasi dengan PT Sarinah sebagai BUMN bidang ritel,” ujar Braman Setyo.
Pada acara Santripreneur Award 2017 tersebut, LPDB-KUMKM menyalurkan pembiayaan dana bergulir kepada 15 pemenang Santripreneur Award 2017 terdiri dari 3 santripreneur masing-masing sebesar Rp 100 juta dan 12 santripreneur masing-masing Rp 50 juta. Para pemenang meliputi kategori industri, kategori perdagangan, kategori jasa, dan kategori boga.
“Kita berharap pendanaan bisa disalurkan sebanyak-banyaknya kepada santripreneur yang telah disiapkan. Penyaluran dana bisa melalui koperasi syariah, nanti dipantau. Jadi eksekuting melalui koperasi,” kata Braman Setyo.
Sementara itu, Pendiri Rumah Entrepreneur Indonesia (REI) sekaligus Komite Santripreneur Award 2017 KH Ahmad Sugeng Utomo mengatakan, pengembangan kewirausahaan harus memperhatikan wilayah timur Indonesia. Untuk itu, program Santripreneur akan terus diperluas.
“Kita akan keliling Indonesia untuk membangkitkan Santripreneur ini. Arti kata Santri bukan diartikan secara sempit. Perpaduan kata santri dan entreprenuer ini jadi program penggerak ekonomi di daerah,” kata pria yang akrab disapa Gus Ut.
Gus Ut menambahkan, potensi tumbuhnya Santripreneur dari 33 ribu pesantren yang ada di Indonesia sangat besar. “Kita akan buat Santripreneur di berbagai daerah hingga di Papua,” katanya.