BADUNG, Indotimes.co.id – Kementerian Koperasi dan UKM memberikan apresiasi tinggi pada pembukaan “Timeless Indonesia Festival II (TIF)” di Kab Badung, Bali, Sabtu (19/8), yang diikuti oleh tujuh kerajaan dan kesultanan yang berlangsung seminggu sampai 25 Agustus 2017.
Ketujuh kerajaan dan kesultanan itu adalah kerajaan Sumedang Larang, kerajaan Klungkung, kerajaan Buleleng, Kedatuan Luwu, kerajaan Cirebon Kesultanan Deli, xan kesultanan Bulungan (Kaltara).
“Kemenkop dan UKM sangat concern dengan majunya pariwisata yang menonjolkan kekayaan adat dan budaya Indonesia ini, karena itu layak mendapat apresiasi,” ujar Prakoso BS, Deputi Bidang Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM, usai membuka TIF 2017.
Prakoso berharap festival ini jangan hanya berhenti disini saja, namun juga mesti diikuti peningkatan kualitas layanan terhadap turis lokal maupun mancanegara.
Prakoso memberi contoh, Koperasi dan UKM yang mengelola homestay, dan para pemandu wisata (tour guide) perlu mengikuti pelatihan kompetensi pariwisata yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing dan pelayanan kepada wisatawan.
Pelatihan itu kata dia, khusus menyasar dan diperuntukkan bagi Koperasi dan UKM pengelola homestay dan tour guide (pemandu wisata).
“Era kompetisi telah merebak ke segala bidang dan merambah ke segenap kegiatan Koperasi dan UKM tanpa terkecuali,” katanya.
Ia berpendapat, kondisi ini menjadi tantangan bagi pengembangan Koperasi dan UKM terutama para pengelola homestay dan tour guide bidang pariwisata yang dinilai juga sedang menghadapi tantangan yang sangat kompleks.
“Mereka menghadapi banyak tantangan mulai dari ketatnya persaingan dan tuntutan konsumen (Customer Demand) yang sehingga dibutuhkan SDM
yang berkualitas dan profesional,” katanya.
“Masalah yang berkaitan dengan kompetensi khususnya bagi SDM Koperasi dan UKM bidang kepariwisataan merupakan salah satu isu nasional bahkan global untuk menunjang pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Untuk mengantisipasi dampak yang mungkin muncul, Prakoso mengatakan, maka arah pengembangan SDM Koperasi dan UKM bidang pariwisata ditekankan pada penguasaan kompetensi di masing-masing bidang agar dapat bersaing ditingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional.
Pelatihan yang dilaksanakan itu tidak hanya memberikan materi tentang pengelolaan dan pelayanan terhadap para konsumen baik homestay maupun tour guide, akan tetapi juga diikuti dengan uji kompetensi untuk mendapatkan Sertifikat Kompetensi
Diharapkan Koperasi dan UKM pengelola homestay dan tour guide akan lebih mampu dan profesional dalam menjalankan pekerjaannya.
Genjot Pariwisata
Sementara itu Ketua Yayasan Konderatu, selaku penyelenggara, Herlinda Siahaan, mengatakan, TIF merupakan festival seni budaya dan pameran peninggalan kejayaan kerajaan/kesultanan Nusantara dengan tujuan mendukung peningkatan sektor pariwisata.
Tujuh kerajaan dan kesultanan itu memeriahkan TIF dengan serangkaian penampilan tari tradisional, atraksi budaya, hingga peragaan busana.
Tema yang diambil dalam TIF 2017 adalah “Bhinneka Tunggal Ika”. Hal ini menurut dia, didasari atas semangat kebangsaan yang tinggi untuk lebih mempersatukan Bangsa Indonesia di tengah-tengah tantangan baik dari dalam dan luar negeri.
Selain pertunjukan dari tujuh kesultanan dan kerajaan, TIF juga akan dimeriahkan dengan pameran kebudayaan bertajuk “Gallery Gerbang Nusantara”.
Di dalamnya terdapat pameran benda-benda bersejarah, pameran UKM dari tiap-tiap Dekranasda provinsi, pameran wisata alam, workshop kerajinan, kuliner Nusantara dan talk show seni dan budaya.
Pameran di Gallery Gerbang Nusantara mengutamakan pameran destinasi pariwisata setiap provinsi.
Direncanakan pada TIF III yang akan digelar Maret 2018 sudah dapat diikuti oleh 34 Provinsi di Indonesia.
“Mulai tahun depan dan seterusnya direncanakan mengundang enam kerajaan/kesultanan Nusantara dan satu kerajaan dari negara lain seperti Kesultanan Brunei atau yang lain. Untuk tahun ini TIF sekaligus merayakan HUT NKRI dan mendeklarasikan persatuan bangsa,” kata Herlinda. (chr)