JAKARTA, Indotimes.co.id – Plt Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Rosdiana Veronica Sipayung menekankan pentingnya kerjasama antar negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN, dalam mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan daya saing UKM di kancah global.
“Untuk melahirkan UKM yang berdaya saing tinggi, kita harus mengembangkan inkubator bisnis secara bersama-sama, sehingga UKM mampu menghasilkan produk yang berkualitas”, kata Rosdiana saat membuka acara The 1st ASEAN Business Incubator Network (ABINet) Annual Meeting di Jakarta, Kamis (1/8).
Dalam pertemuan yang diikuti 10 negara ASEAN (Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos), serta Jepang, Rosdiana menyambut baik pertemuan para inkubator bisnis yang ada di negara-negara ASEAN.
“Dengan dukungan dari Jepang yang memiliki teknologi tinggi, diharapkan rapat ini akan tercipta sharing pengalaman hingga transfer teknologi bagi inkubator bisnis sehingga mampu melahirkan UKM yang berdaya saing tinggi,” ujar Rosdiana.
Menurut Rosdiana, ada tiga hal yang akan dikembangkan inkubator ASEAN, seperti IT, manufaktur, hingga virtual business. “Intinya adalah agar para inkubator ASEAN, termasuk Indonesia, mampu menciptakan satu inovasi berbasis IT, sehingga dapat menghasilkan UKM handal dalam persaingan global,” kata Rosdiana.
Rosdiana menyebutkan, pada rapat kali ini Indonesia menampilkan 10 inkubator bisnis yang nantinya akan dinilai Jepang untuk dipilih satu inkubator. Kesepuluh inkubator dari Indonesia adalah Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI), IncuBie IPB, UNY Business Center (Yogyakarta), Inotek Foundation, Gama Multi Usaha Mandiri, Primakara Business Incubator, Indigo Incubator, DIIB UI, TBIC Puspiptek, dan Sky Star Venture UMN.
Inkubator yang terpilih akan dikembangkan dengan dibiayai Jepang. “Satu negara ASEAN akan mendapat kesempatan satu inkubator yang akan dikembangkan dengan model dan pendanaan dari Jepang,” ungkap Rosdiana.
Rosdiana mengakui bahwa Singapura, Thailand, dan Malaysia, merupakan negara-negara yang sudah maju dalam pengembangan inkubator bisnis. “Inkubator kita juga akan bisa berkembang seperti mereka. Terlebih pada rapat kali ini juga akan menciptakan satu jaringan khusus dalam pengembangan UKM melalui inkubator bisnis,” tegas Rosdiana lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Representatif Pemerintah Jepang Untuk ASEAN Naoto Okura menyambut baik adanya kerja sama pengembangan inkubator bisnis dengan negara-negara ASEAN.
“Saya juga berharap pertemuan ini akan menghasilkan transfer teknologi bagi pengembangan kualitas produk UKM di negara-negara ASEAN. Selain itu, pertemuan ini juga akan menghasilkan satu model pengembangan bisnis inkubator antara ASEAN dengan Jepang,” kata Naoto.
Kesepakatan ASEAN
Sedangkan Project Manager ABINet I Wayan Dipta menjelaskan bahwa pada 2009 lalu di Thailand ada pertemuan para pemimpin ASEAN yang menghasilkan kesepakatan bersama untuk meningkatkan daya saing UKM dalam peta persaingan global. “Saat itu, para pemimpin ASEAN sepakat bahwa UKM merupakan backbone bagi perekonomian di negara masing-masing, termasuk Indonesia,” kata Wayan.
Kemudian, lanjut Wayan, pada 2013 sepakat pula untuk membentuk satu wadah pemberdayaan UKM bernama ABINet. Tujuannya, untuk memperkuat inkubator bisnis yang ada di ASEAN, terutama di tiga negara (Laos, Kamboja, dan Myanmar) yang dianggap inkubator bisnisnya belum berkembang baik.
“Kita melakukan annual meeting, workshop, business matching, hingga virtual businesz. Intinya, ABINet harus mampu melahirkan UKM yang berdaya saing tinggi, khususnya di kancah masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA,” jelas Wayan.
Wayan berharap, UKM harus memiliki inovasi di bidang teknologi dalam mengembangkan kualitas produknya. Untuk itu, inkubator bisnis memegang peranan yang sangat besar.
“Sudah banyak inkubator bisnis di Indonesia yang besar dan bagus. Sebut saja, Sampoerna dan Telkom. Bahkan, inkubator bisnis AMIKOM kini sudah mampu melahirkan UKM berteknologi tinggi. AMIKOM kini sudah mampu melahirkan produk animasi berteknologi tinggi, hingga mengembangkan teknologi drone untuk taksi udara berbahan dasar listrik,” pungkas Wayan.