JAKARTA, Indotimes.co.id – Kementerian Koperasi (KemenKop) bersama Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren) menjajaki kerja sama untuk melakukan uji coba pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

Uji coba ini penting dilakukan untuk memetakan permasalahan dalam pelaksanaan program MBG di lingkungan pondok pesantren agar nantinya saat program ini dijalankan dapat berjalan dengan baik.

Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono mengatakan, program MBG perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk pondok pesantren yang nantinya menjadi salah satu dari penerima manfaat program. Untuk itu, pondok pesantren perlu menyiapkan beberapa unit pelayanan teknis terutama untuk dapur bersama.

“Sebuah konsep kalau tidak diujicobakan takutnya nanti repot sendiri. Jadi kita perlu mulai untuk melangkah secara sistematis untuk uji program MBG ini, makanya dapurnya kalau bisa sudah ada,” kata Ferry Juliantono saat menerima audiensi Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren) di Jakarta, Selasa (10/12).

Wamenkop juga menyarankan agar pembangunan dapur umum pesantren dibangun dengan kapasitas yang luas lantaran harus ikut dalam penyediaan makanan dan logistik.

Sebelumnya Kemenkop telah melakukan uji coba pelaksanaan program MBG di sejumlah sekolah tingkat dasar di beberapa wilayah di Indonesia salah satunya di Sukabumi. Dari pelaksanaan uji coba tersebut disimpulkan untuk pelaksanaan program MBG di satuan pendidikan relatif lebih lancar tanpa hambatan yang berarti.

Wamenkop Ferry meminta agar uji coba pelaksanaan MBG di lingkungan Pondok Pesantren dilakukan minimal dalam kurun waktu tiga hari ini sehingga bisa mendapatkan gambaran yang utuh terkait pola distribusi dan ekosistem pelaksanaan program. Diharapkan pondok pesantren melalui koperasi pondok pesantren (Kopontren) dapat masuk dalam bagian dari rantai pasok kebutuhan bahan baku dalam program tersebut sehingga dapat memperoleh manfaat dari sisi ekonomi.

Untuk memastikan kesiapan Kopontren menjalankan program MBG, Wamenkop Ferry meminta para pengurusnya untuk dapat belajar dari kesuksesan Kopontren Al-Ittifaq di Ciwidey Bandung dan Kopontren Sidogiri di Jawa Timur. Kedua Kopontren ini telah siap menjadi rantai pasok bagi kebutuhan bahan baku untuk menyukseskan program MBG di wilayahnya masing-masing.

“Saya ingin supaya semua koperasinya pondok pesantren dapat belajar dari kesuksesan Kopontren di Sidogiri dan Al-Ittifaq. Nanti saya minta mereka untuk jadi kakak angkat untuk membangun, membina
koperasi-koperasi pondok pesantren,” kata Wamenkop Ferry.

Sementara itu, Ketua Umum Inkopontren Hapi Zajuli mengapresiasi upaya pemerintah yang komitmen membangun SDM yang unggul melalui program MBG khususnya di lingkungan satuan pendidikan informal pondok pesantren. Menurut dia, program MBG tidak hanya akan berdampak pada peningkatan SDM anak-anak Indonesia namun juga akan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat terutama di lingkungan pesantren.

“Tentunya ini menjadi lompatan yang insya allah akan berdampak positif bagi perekonomian khususnya di wilayah pesantren,” kata Hapi Zajuli.

Diakuinya bahwa Inkopontren telah melakukan penandatanganan dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mendukung kelancaran program MBG di lingkungan pesantren dengan mendirikan hingga 1.500 dapur sebagai unit pelayanan dari program tersebut.

Tidak hanya itu, Inkopontren juga diminta untuk terlibat dalam rantai distribusinya sehingga hal ini menjadi peluang untuk dapat mengembangkan koperasi pondok pesantren secara lebih masif.

Kepercayaan pemerintah terhadap Inkopontren untuk masuk dalam ekosistem program MBG ini telah melahirkan semangat baru dari para pengurusnya untuk melakukan hilirisasi.

Pihaknya menyatakan kesiapannya untuk menyiapkan berbagai produk hilir yang akan digunakan untuk program MBG seperti susu sapi perah hingga minyak goreng secara mandiri.