JAKARTA, Indotimes.co.id – Kementerian Koperasi dan UKM mendukung pencapaian Indonesia sebagai pusat fesyen busana musliim tingkat Asia pada 2018 dan dunia pada 2020.
Untuk mencapai tujuan itu, dibutuhkan gerakan kolektif baik dari pemerintah, dunia usaha khususnya industri fesyen dan masyarakat.
“Indonesia memiliki potensi sebagai salah satu pusat mode dunia, khususnya untuk busana muslim karena memiliki sumber daya kreatif dan warisan budaya melimpah. Jika pelaku fesyen kita mampu mengangkat keunikan dari produknya, Indonesia bisa menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan mode di dunia,” ujar Sekretaris Kemenkop dan UKM Agus Muharram, dalam gathering pra Muslim Fashion Festival (Muffest) Indonesia 2017, di Jakarta Rabu (1/3).Turut hadir dalam acara itu Dirjen IKM (Industri Kecil Menengah) Kemenperin, Gati Wibawaningsih, Budi Santoso (Kemendag), dan perwakilan dari Badan Ekonomi Kreatif dan Kementrian Pariwisata.
Muffest Indonesia 2017 sendiri akan digelar pada 6-9 April 2017 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, dimana akan ditampilkan sebanyak 200 peragaan busana selama empat hari digelarnya festital tersebut.
Terkait kebutuhan akan permodalan dan peningkatan daya saing, Agus Muharram mengatakan, masalah modal relatif mudah didapat, karena pemerintah menyediakan berbagai pembiayan murah untuk UKM mulai dari Krdeit Usaha Rakyat (KUR), LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) KUKMK maupun Kredit UMI (Ultra Mikro).
Sementara industri menengah yang berorientasi ekspor, ada pembiayaan dari LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia).
Untuk peningkatkan daya saing produk, pemerintah juga sudah meluncurkan skema KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor), dimana pengusaha kecil menengah yang selama ini mengimpor bahan baru untuk produk ekspor, tidak akan dikenakan BM (Bea Masuk) dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Demikian juga ketika ekspor, produknya juga bebas pajak.
“Dengan demikian daya saing produk ekspor seperti fesyen akan jauh lebih murah, “ katanya.
Ekspor produk fesyen Indonesia sendiri cukup meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data Kemendag menunjukkan pada 2011-2015 ekspor produk busana muslim menunjukkan kenaikan sebesar 8,15 persen, dengan nilai ekspor mencapai 4,57 miliar dollar AS. Per Mei 2016, nilai ekspor fesyen mencapai 1,7 miliar dollar AS, dengan negara tujuan ekspor terutama ke AS, Jepang, Jerman, Korsel, Inggris, Australia, Kanada, Uni Emirat Arab (UEA), Belgia dan China.
Produk Dalam Negeri
Guna memperkuat industri fesyen, Agus menghimbau masyarakat luas agar mencintai dan menggunakan produk dalam negeri. Ini mengingat besranya potensi pasar domestik, dimana penduduk muslim di Indonesia mencapai sedikitnya 80 persen.
“Jadi, jangan hanya mencintai saja, namun juga membeli dan memakainya, Ini merupakan suatu keniscayaan bila industri fesyen mau maju. Bila tidak, bangsa ini tidak akan maju karena tanpa cinta buatan dalam negeri dampaknya produk industri kita tidak lagi dapat bersaing di segmen besar ataupun menengah,” ujarnya.
Dengan besarnya jumlah penduduk di Indonesia, semestinya menjadi peluang dan potensi pasar yang besar bagi industri nasional. “Apabila faktor ini tidak dikelola dengan baik, nantinya menjadi ajang bebasnya barang impor dari berbagai negara di dalam negeri,” ungkapnya.
Agus menegaskan, diperlukan kerja sama dari semua pihak terkait agar dapat menjadikan produk dalam negeri mampu bersaing di pasar global. Kemenkop dan UKM memberikan apresiasi kepada Indonesia Fashion Chamber (IFC) yang menggelar Muffest Indonesia 2017 untuk kedua kalinya, setelah sebelumnya digelar pada 2016.
IFC maupun komunitas hijab seperti HijabersMom Community dan Hijabers Community , telah banyak berkontribusi mengembangkan dan mempromosikan produk-produk asli Indonesia.
“Saya menyambut baik pelaksanaan festival ini, semoga dapat memberikan motivasi dan bekal kepada peserta untuk menjadi wirausahawan yang tangguh, profesional, kreatif dan inovatif sehingga mendorong angka pertumbuhan, penguatan dan peningkatan daya saing global yang kita cita-citakan,” katanya. (chr)