MAKASSAR, Indotimes.co.id – Kementerian Koperasi dan UKM menyelenggarakan kegiatan pelatihan tenaga pendamping bertajuk ‘Sinergitas Program Dalam Rangka Peningkatan Ekspor Dan Internasionaliasi UKM’ di Kota Makassar, 11-12 Maret 2019.
Kegiatan itu merupakan kolaborasi antara Kementerian KUKM, ABDSI, FTA Center Kementerian Perdagangan, Rumah Ekspor BNI dan Setkab.
Sekretaris Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran pada Kemenkop dan UKM Devi Rimayanti mengatakan, dibutuhkan strategi pengembangan UMKM melalui edukasi, membina para UKM dan mentor UKM untuk dapat memiliki wawasan dan keterampilan, serta pengetahuan sehingga menciptakan UKM yang mandiri mampu bersaing dalam pasar global.
“Dimana kegiatan ini merupakan sinergi atau kolaborasi berbagai dukungan yang memiliki visi yang sama untuk memaksimalkan layanan bagi UKM ekspor,” kata Devi dalam sambutannya di Makassar, Senin (11/3).
Devi mengatakan, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam membina UMKM, namun membutuhkan kontribusi dan kolaborasi dari berbagai elemen sosial (stakeholder), seperti sektor swasta, pengusaha, akademisi, asosiasi usaha, maupun komunitas atau lembaga pendampingan UMKM.
Menurut Devi, dalam era revolusi industri 4.0 ada 3 tantangan pokok yang harus dipahami oleh pelaku UKM, yakni Teknologi, Otomatisasi dan Disrupsi. Hanya saja lanjut dia, untuk menghadapi tantangan tersebut perlu membangun pendampingan dan memperkuat jaringan usaha yang saling mendukung.
“Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan pendampingan mentor dan advice untuk UKM secara langsung sehingga diharapkan UMKM bisa naik kelas, dan mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar global,” ujar Devi.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulsel, Abdul Malik Faisal mengakui Sulsel memang banyak memiliki produk unggulan yang sangat potensial untuk diekspor antara lain coklat, kopi, kopra dan lain sebagainya. Namun UKM masih merasa kesulitan untuk dapat ekspor langsung ke Negara Tujuan.
“Kendala utama yang dihadapi adalah belum dapat memenuhi kuota angkutan dari kota/provinsi asal ke negara tujuan. Jadi harus ke provinsi lain dalam pemenuhan kuota. Selain itu, masalah Komunikasi dengan negara tujuan juga menjadi kendala,” ungkap Faisal.
Untuk itu melalui kegiatan ini, ia berharap para mentor/pendamping selain mendamping UKM dari segi usaha tapi dapat mencari pembeli baik pasar dalam, maupun luar negeri, serta mendorong UKM untuk dapat memproduksi sesuatu yang dapat berdaya saing untuk dapat masuk pasar di luar negeri.
Pemerintah daerah Sulsel telah mengirimkan 3 orang pendamping Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) dengan membawa 40 produk unggulan berupa makanan ringan, produk pertanian dan produk perikanan mengikuti kegiatan pameran Indonesian Fest di Singapura, sebagai bentuk dukungan pemda tehadap promosi produk UKM lokal.
“Di samping itu, Sulsel memiliki agenda utama dalam meningkatkan produksi UKM berupa menekan angka inflasi berupa menyiapkan gudang untuk produk Bawang Merah,” terang Faisal.
Untuk diketahui kegiatan pelatihan pendampingan ini diadakan dalam rangka mewujudkan ASEAN yang berdaya saing. Pelatihan ini diikuti oleh entrepreneurs, pembina UMKM, dosen, pengelola PKBL/CSR, konsultan/ pendamping UMKM, dan para penggerak komunitas UMKM, pelaku UKM, yang telah mendaftar melalui platform Lunas.com yang dikelola oleh ABDSI.