SUBANG, Indotimes.co.id – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (Seskemenkop UKM) Arif Rahman Hakim mendorong koperasi-koperasi produsen kopi masuk ke dalam program Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara yang sudah diluncurkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas biji kopi dalam negeri.

“Langkah ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan Menkop UKM dengan Ketua Manajemen Pusat PMO Kopi Nusantara,” kata Arif Rahman Hakim saat berdialog dengan pengurus Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah di Desa Cisalak, Kabupaten Subang, Jumat (29/3).

PMO Kopi Nusantara terdiri dari unsur perusahaan pelat merah dan swasta nasional, asosiasi, dan lembaga penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D).

Terlebih lagi, Kemenkop UKM memiliki program yang seiring dan sejalan, yakni program Korporatisasi Petani, dimana para petani berlahan sempit dikelompokkan ke dalam wadah koperasi agar bisa masuk skala ekonomi. “Untuk itu, skema PMO bisa diterapkan pada koperasi, termasuk petani kopi. Dan Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah di Subang ini saya yakin bisa masuk ke dalam skema PMO,” kata Arif.

Dialog juga dihadiri Manajemen Pusat PMO Kopi Nusantara, PT PTPN sebagai pemilik lahan, perwakilan PMO Jabar, dan perwakilan perbankan. Arif meyakini dengan skema PMO bakal mampu meningkatkan produktivitas petani kopi melalui Korporatisasi Petani.

Baca Juga:  Pastikan Nasabah Nyaman Libur Lebaran, BNI Operasikan 86 Outlet dan 48 O-Branch

Saat ini, kata Arif, terdapat beberapa tantangan dalam sistem rantai pasok (supply chain) kopi di dunia. Di antaranya, hambatan tarif, ketatnya persaingan dan persyaratan untuk masuk ke pasar global, serta beberapa persyaratan sertifikasi berkelanjutan. “Namun, kami optimistis, melalui sinergi dan kerja sama seluruh pihak dalam payung PMO Kopi Nusantara, Indonesia mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas biji kopi,” ucap Arif.

Keyakinan Arif bukan tanpa alasan. Sebab, PMO Kopi Nusantara mengembangkan berbagai program pendampingan dan mendorong terciptanya ekosistem bisnis yang berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi di tanah air.

Bagi PMO, pendampingan kepada petani, menjadi langkah mutlak untuk meningkatkan kapasitas produksi kopi, karena 96,1 persen lahan kopi, merupakan lahan milik petani rakyat.

Bahkan, PMO Kopi Nusantara menerapkan strategi holistik, dalam proses pendampingan kepada petani. Mulai dari aspek pengolahan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming dan mekanisasi pertanian, akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian, pengembangan sosial masyarakat petani dan bisnis inklusif, serta kemitraan pertanian pasar (Farm to Market Partnership).

Saat ini, PMO Kopi Nusantara sudah memiliki 9 pilot projects di 6 wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Total lahan yang difasilitasi hingga saat ini lebih dari 6.500 hektare yang dikelola oleh 2.500 petani.

Baca Juga:  Kemenkop UKM dan Aisyiyah Kolaborasi Perkuat Peran Perempuan Dalam Memberdayakan Ekonomi Umat

Dalam proses pendampingan ini, PMO Kopi Nusantara melibatkan BUMN produsen pupuk, perkebunan, perbankan, asuransi, perdagangan, serta pemerintah daerah.

“Jadi, ekosistem bisnisnya sudah ada. Diharapkan koperasi kopi masuk ke dalam supply chain, sehingga mampu menjadi market leader di pasar internasional,” kata Arif.

Melalui PMO Kopi Nusantara ini, Arif berharap akan terbentuk ekosistem industri kopi Indonesia yang dapat menyejahterakan seluruh kelompok, khususnya para petani.

Butuh Investor

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah (GLB) Miftahudin Shaf menjelaskan, Koperasi Produsen GLB melalui usaha berkebun telah mencetak perkebunan kopi yang di antaranya berlokasi di Kabupaten Subang, Cianjur, dan Bogor. Di bidang pertanian, Koperasi Produsen GLB juga dipercaya BAPPEBTI sebagai pengelola gudang dalam Sistem Resi Gudang (SRG) Kopi, Padi, dan Gabah.

“Terdapat tiga gudang yang berhasil dikelola, yakni Gudang SRG Sri Ampeli, Gudang SRG Rizki Wijaya, dan Gudang SRG Mitra Tani,” kata Miftahudin.

Miftahudin pun mengapresiasi berbagai kebijakan dan dukungan dari KemenKopUKM terhadap pengembangan koperasi dalam menjalankan usaha, khususnya untuk Koperasi Gunung Luhur Berkah. Di antaranya, bisa mendapatkan pendampingan kelembagaan dari Agriterra, adanya fasilitasi pendampingan Sertifikasi HACCP, dan tenaga pendampingan bagi koperasi untuk mendapatkan Sertifikasi Fair Trade.

Baca Juga:  Program BNI Xpora Rangkul Lebih dari 27.000 UMKM

Lebih lanjut, Miftahudin menjelaskan Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah merupakan koperasi yang memiliki fokus kegiatan usaha di bidang perkebunan dari hulu sampai hilir dari mulai pembenihan, budidaya, pascapanen sampai dengan trading. Serta menjadi satu-satunya koperasi di Jawa Barat yang telah memiliki izin pengelolaan gudang dalam resi gudang untuk komoditas kopi.

Untuk pengembangan usaha kopi, Koperasi Produsen GLB yang beromzet Rp17 miliar pada 2023, membutuhkan banyak investor untuk mengolah potensi 10 ribu hektare hasil kerja sama lahan dengan Perhutani.

Hitungannya, dengan investasi sebesar Rp50 juta per hektare, akan mendapatkan sekitar 2500 pohon. Itu sudah termasuk biaya bibit, penanaman, perawatan, hingga panen. “Ini akan menghasilkan saat memasuki usia 2 tahun, dan di tahun keempat modal sudah bisa kembali,” kata Miftahudin.

Memasuki tahun keempat, kata Miftahudin, akan sudah masuk tahap profit revenue sharing sebesar 30 untuk koperasi dan 70 untuk investor. “Tiap tahun, harga kopi selalu meningkat, tak pernah ada kata turun,” kata Miftahudin.

Apalagi Koperasi Produsen GLB sudah memiliki mitra Offtaker di Mesir (Alpostan Company), Arab Saudi (Al-Sahabh Trading Company dan Abdul Wahid Trading Co), Lebanon (Arc Build/Ghaleb K Faour), dan Indonesia (PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Sulotco Jaya Abadi, dan Mayora).