JAKARTA, Indotimes.co.id – Kementerian Koperasi dan UKM mengembangkan korporasi petani model koperasi untuk hilirisasi pertanian. Konsep tersebut mendorong petani dapat mengembangkan industrinya sendiri untuk memberikan nilai tambah bagi produksinya.
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof. Rully Indrawan meyakini koperasi petani mampu mengembangkan konsep industrialisasi dalam menjalankan usahanya untuk kesejahteraan petani sebagai anggota koperasi. Presiden Jokowi juga memberikan arahan petani harus masuk ke industri karena di sanalah letaknya nilai tambah.
“Dengan demikian koperasi akan mampu berperan menjadi buffer yang akan melindungi petani dari dampak langsung pasar bebas atau peluang kerugian usaha,” kata Prof Rully Indrawan pada acara Workshop Korporasi Petani Model Koperasi untuk Hilirisasi Pertanian, di Jakarta, Rabu (6/11).
Dengan cara itu ia yakin dapat menjadikan petani sebagai penikmat terbesar dari nilai tambah yang tercipta dari proses pengolahan komoditi menjadi produk jadi atau bahan baku setengah jadi.
Rully menegaskan, upaya mendorong petani ke arah industri sudah banyak dilakukan. Namun, keistimewaannya melalui koperasi sebagai entitas bisnis adalah kekuatan yang dapat yang mengikat petani dan koperasi. Itu sebabnya, korporasi petani model koperasi untuk hilirisasi pertanian adalah mendorong petani melalui koperasi untuk melakukan investasi pada industri yang dikembangkannya.
Kemenkop dan UKM telah bekerja sama dengan Agriterra dari Belanda untuk mendampingi koperasi mengimplementasikan konsep ini. Rully berharap kerja sama ini bisa menjadi pilot project untuk mengembangkan sektor pertanian di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki potensi sangat besar.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM Victoria br Simanungkalit mengatakan, ini momen yang baik mengajak peran berbagai pihak untuk berkolaborasi. Ia menegaskan paradigma bahwa koperasi adalah lembaga ekonomi yang berbadan hukum yang mampu mengangkat para petani untuk maju.
“Kita ingin mengembangkan industrialisasi mulai dari level pedesaan,” kata Vicky, demikian ia kerap disapa.
Ia juga berharap dengan konsep industrialisasi produk yang dihasilkan koperasi berstandar global. Produk beras juga bukan hanya sekedar beras, jagung bukan sekedar jagung.
“Kualitasnya harus global karena kita ingin menguasai pasar Indonesia yang penduduknya lebih dari 200 juta. Dengan korporasi pertanian ini produknya lebih banyak dan bisa melakukan ekspor sehingga neraca perdagangan baik. Produk-produk yang dihasilkan mampu masuk dalam global value chain,” ujar Vikcy.
Sebelumnya Direktur Agriterra Belanda Ces van Riij, merasa senang bisa berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM. Ia berharap momen ini bisa menjadi langkah awal untuk berkolaborasi dan menjadi mitra di Indonesia.
“Bagi saya kolaborasi adalah esensi utama dalam koperasi. Oleh karena itu dengan kita berkumpul menjadi langkah kita untuk membuat lingkungan terutama lingkungan koperasi dalam hal pengembangan pertanian supaya pertani dapat berpikir dalam mengembangkan bisnisnya,” kata Ces van Riij.