Koperasi Berhasil Dorong Kemajuan Ekonomi di NTT

RUTENG, Indotimes.co.id – Hari Koperasi Nasional yang diperingati setiap tanggal 12 Juli menjadi momentum penting bagi entitas koperasi di seluruh Tanah Air.

Tema pada tahun ini “Penguatan Koperasi Mendukung Ekonomi Nasional” telah memberikan semangat dan inspirasi bagi seluruh gerakan Koperasi, untuk dapat berkiprah lebih aktif lagi dalam mengelola potensi sumber daya ekonomi yang ada di wilayahnya masing-masing.

Demikian dikatakan Deputi Bidang Pengawasan Kemenkop dan UKM, Suparno saat memberikan sambutan pada upacara Peringatan HUT Koperasi Tingkat Provinsi NTT ke-71 di Kantor Bupati Mangarai, Ruteng, NTT, Sabtu (7/7).

“Koperasi dipercaya dapat menjadi solusi pemberdayaan ekonomi masyarakat, karena Koperasi membuka seluas-luasnya ide-ide yang inovatif dari anggota untuk dituangkan dalam rencana bisnis yang disepakati bersama,” ungkap Suparno.

Selain itu, Koperasi juga dapat menjadi wadah tumbuhnya para wirausaha baru, karena peluang usaha antar anggota diperoleh dengan adanya interaksi antar anggota. Anggota Koperasi dapat menjadi SDM yang potensial untuk dikembangkan sekaligus juga menjadi pasar yang captive bagi Koperasi.

Suparno pun mengaku bangga atas prestasi yang telah dicapai oleh beberapa Koperasi di Provinsi NTT. Juga mengapresiasi kepedulian masyarakat NTT terhadap Koperasi karena ada puluhan ribu orang yang bergabung dalam sebuah Koperasi.

“Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Bapak Gubernur Nusa Tenggara Timur, yang telah berkomitmen untuk mendukung pemberdayaan Koperasi di Provinsi NTT ini, sehingga Koperasi menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT ini,” kata Suparno.

Dia menyebutkan, sedikitnya 6 Koperasi di Provinsi NTT ini yang masuk dalam jajaran 100 Koperasi Besar di Indonesia, seperti Kopdit Pintu Air, Kopdit Obor Mas, Kopdit Sangosay, Kopdit Swasti Sari, Kopdit Kasih Sejahtera dan Kopdit Ankara.

Baca Juga:  Asosiasi Knalpot Curhat ke Menkop UKM Kerap Dituduh Produksi Knalpot Bising

“Meskipun koperasi-koperasi tersebut bergerak di sektor usaha Simpan Pinjam, namun saya yakin bahwa anggota yang mendapat pembiayaan adalah anggota yang produktif,” kata Suparno.

Optimisme Suparno tersebut terjawab jika mencermati data sosial ekonomi strategis Badan Pusat Statistik Tahun 2018 yang mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT Tahun 2017 sebesar 5,16 persen atau masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,07 persen.

Selain pertumbuhan ekonomi, masalah kesenjangan ekonomi di masyarakat, yang diukur dengan Gini Ratio. Untuk Provinsi NTT ini tercatat sebesar 0,359 atau masih lebih baik dari Gini Ratio Nasional sebesar 0,391. “Angka mendekati 0 berarti tidak ada kesenjangan ekonomi,” tegas Suparno.

Dia menjelaskan, indikator pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi ini penting untuk dijadikan referensi dalam pembangunan Koperasi di suatu wilayah, karena Koperasi dijadikan wadah bagi kelompok masyarakat yang ingin mencapai kesejahteraan secara bersama-sama.

“Melalui perusahaan yang dimiliki anggotanya, dan dikelola secara demokratis serta profesional, Koperasi dapat bergerak di seluruh sektor usaha di masyarakat. Untuk itu, keberadaan Koperasi menjadi vital dalam menumbuhkan pemerataan ekonomi, sekaligus dapat berkontribusi secara lebih signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah,” ujar Suparno.

Untuk meningkatkan peran dan kontribusi Koperasi terhadap perekonomian Nasional, Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM senantiasa mendorong tumbuhnya Koperasi di kalangan masyarakat.

Sejalan dengan hal tersebut, Suparno menyebutkan bahwa Menteri Koperasi dan UKM telah meluncurkan program Reformasi Total Koperasi, yang dilakukan melalui 3 pendekatan.

Pertama, Reorientasi Koperasi yang bermakna bahwa orientasi koperasi sekarang adalah pada kualitas koperasi, bukan lagi kepada kuantitas koperasi, sehingga para pembina koperasi baik di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota mulai saat memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat yang akan mendirikan koperasi serta pembinaan kepada koperasi yang ada.

Baca Juga:  Kemenkop UKM Raih Anugerah Kepatuhan Tinggi Pelayanan Publik Ombudsman

Berorientasi kepada bagaimana membangun koperasi yang berkualitas, yaitu yang mencakup kualitas kelembagaan, usaha dan keuangan koperasi, sehingga koperasi menjadi sehat, maju dan berkembang.

Pendekatan yang kedua adalah rehabilitasi koperasi, maksudnya adalah bagaimana pendataan koperasi di seluruh Indonesia dibenahi, sehingga database Koperasi Indonesia dapat ditampilkan sebagaimana kondisi riil di lapangan.

Salah satu outcome dari rehabilitasi ini adalah sampai saat ini pendataan Koperasi Aktif sebanyak 152.714 unit dan koperasi yang telah melaksanakan RAT sebanyak 80.008 unit. Bagi koperasi aktif dan koperasi yang baru berdiri kami memberikan NIK (Nomor Induk Koperasi) dan tercatat dalam Online Data System (ODS).

Pendekatan yang ketiga adalah Pengembangan, yaitu bagaimana seluruh kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan di setiap level Pemerintahan fokus kepada pengembangan koperasi, sehingga dalam skala usahanya, koperasi juga dapat naik kelas, dari skala usaha mikro menjadi kecil, menjadi menengah dan besar.

“Pencapaian selama 3 tahun terakhir Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM tercatat bahwa kontribusi Koperasi terhadap PDB Nasional tahun 2016 mencapai 3,99 persen. Selanjutnya pada tahun 2017, diperkirakan kontribusi anggota koperasi terhadap PDB Nasional sebesar 4,48 persen, atau meningkat 0,49 persen,” tutup Suparno.

Gerakan Masif

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya mengatakan, dalam 10 tahun terakhir Pemda NTT terus mendorong gerakan koperasi hingga mencanangka NTT sebagai Propinsi Koperasi sejak tahun 2008.

“Kita mengerti bahwa masyarakat butuh kelembagaan ekonomi yang kuat. Kalau masyarakat secara sendiri posisi tawar lemah, maka dalam membangun ekonomi rakyat butuh kelembagaan ekonomi yang kuat. Sehingga posisi tawar lebih kuat,” jelas Frans di kesempatan yang sama.

Baca Juga:  Cegah Penyalahgunaan Dana PEN, LPDB Gandeng Kejari Malang

Dia menyebutkan, setelah digalakan gerakan koperasi sejak 2008 hingga 2018 ini telah jumlah koperasi di NTT terus tumbuh. Jika 2008 hanya 1.800 koperasi, tahun 2018 telahencapai 4.137 koperasi. Anggota koperasi pun meningkat dari sekitar 600 ribu anggota di 2008 menjadi 1.304.300 anggota di tahun 2018.

“Jadi saat ini jumlah semakin banyak. Hampir seluruh desa ada koperasi. Namun kelembagaan ini harus terus dibina profesionalitasnya. Karena ukuran keberhasilan koperasi bukan dari besaran aset, tetapi apakah anggotanya hidup lebih baik atau tidak. Untuk mengukur kinerja koperasi, maka sistemnya harus digital sehingga bisa terpantau secara digital,” kata Frans.

Dia menambahkan, dengan aset Koperasi di NTT yang saat ini mencapai Rp 6,7 triliun, lebih tinggi dari RAPBD NTT 2018 yang dianggarkan Rp 4,9 triliun. “Jadi memang koperasi telah nerhasil mendorong pertumbuhan ekonomi di NTT. Bisa dilihat pertumbuhan ekonomi NTT di lima tahun terakhir selalu di ata rata-rata nasional,” katanya.

Maka, lanjutnya, Pemda NTT terus gelorakan koperasi mulai dari pelajar setingkat SMA. “Kami buatkan lomba-lomba supaya mereka mulai yakin koperasi itu soluasi bagi kemiskinan di daerah itu. Kami terus mendukung Menkop dan UKM untuk terus mendorong gerakan koperasi di bumi NTG,” pungkas Frans.

Ketua Dekopin NTT, Paulus Rante Tadu menambahkan, memang banyak koperasi di NTT yang meraih sukses. Namun tantangan koperasi juga tidak sederhana. “Masih banyak koperaai yang stagnan, perlu pembinaan terus menerus dari pemerintah dan Dekopin. Kita harus buktikan tekad koperasi sebagai salah satu pilar ekonomi rakyat,” kata Paulus. (chr)