Koperasi Citra Kinaraya Bertekad Jadi Penyuplai Beras Nasional
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga Meninjau Koperasi Serba usaha Citra kinaraya di desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu (3/12/2016).

DEMAK, Indotimes.co.id – Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga mengunjungi Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu (3/12/2016). Kehadiran Puspayoga yang turut didampingi Kepala Dinaskop UKM Jateng Gayatri Indah Cahyani dan Sekretaris Dinas Safitri Handayani tersebut untuk meninjau Koperasi Citra Kinaraya.

Setibanya di lokasi, Menkop dan rombongan langsung disambut oleh pengurus koperasi, diantaranya Hery Sugiartono selaku Ketua Dewan Pembina, Ketua Koperasi Kuswinaryo, dan Sekretaris Elyas Rahmadi. Menkop pun membuka ruang dialog bersama sekaligus menanyakan tentang kiprah Koperasi Citra Kinaraya.

Untuk diketahui Koperasi Citra Kinaraya berdiri sejak tahun 2011 dengan badan hukum nomor 214/BH/XI.8/III/2011. Kelompok petani yang terhimpun dalam koperasi ini mengembangkan varietas padi dengan berbagai metode seperti persilangan padi lokal dengan padi impor dari Jepang guna mendapatkan padi varietas unggul seperti melati yang memiliki aroma wangi dan pulen.

Baca Juga:  Salurkan Dana Bergulir, LPDB Implementasikan Paradigma Baru

“Bagaimana hasil produksi yang dihasilkan setiap bulan?,” tanya Menkop. “15 ton Pak menteri,” jawab Hery Sugiartono.

Usaha beras organik ini dikelola oleh 78 anggota koperasi. Sedangkan luas lahan garapan 206 hektare yang tersebar di beberapa kabupaten diantaranya Kendal, Pemalang, Pekalongan, dan Purwokerto. Kapasitas produksi yang masih sedikit terkadang membuat pihak pengurus kewalahan dalam melayani permintaan masyarakat.

“Kalau bisa ini ditingkatkan, tapi apa menjadi kekurangannya disampaikan, apa kira-kira, pemasaran sampai mana saja?,” ujar Puspayoga.

Jakarta merupakan pasar terbesar beras produk Koperasi Citra Kinaraya. Lainnya di pasarkan di daerah Bandung, Bali, Surabaya, Semarang, Kaltim, dan Padang. Untuk pasar ekspor sendiri koperasi ini belum punya.

Dengan kapasitas produksi 15 ton per bulan, koperasi ini baru bisa melayani pasar dalam negeri. Untuk pasar dalam negeri beras hasil produksi koperasi ini sudah dikenal luas. Selain karena rutin mengikuti kegiatan pameran, pengurus juga memanfaatkan media sosial.

Baca Juga:  Electrifying Agriculture PLN Mampu Tekan Biaya Usaha Penggilingan Padi di Sumbar Hingga Puluhan Juta

Beras organik koperasi ini memiliki empat jenis warna yakni, hitam, merah, melati dan sultan. Harga yang dijual ke pasaran bervariasi antara Rp 13,500 hingga Rp 20,000 per kilogram. Untuk mendapatkan beras, permintaan terkadang harus sistem inden atau pembeli memesan terlebih dahulu sebelum panen tiba.

Permodalan

Kesulitan permodalan dan keterbatasan alat membuat koperasi ini sulit meningkatkan produksinya. Sekarang modal yang dimiliki baru sebesar Rp 250 juta, idealnya mereka membutuhkan Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar. Untuk peralatan packaging dan mesin penyedot ketoran masih menggunakan alat sederhana.

“Yang dibutuhkan pabrik kita hanya satu jam sekitar 1,2 ton, kalau kita harus kembangkan lebih besar paling tidak kita butuhkan kapasitas 12 ton pe jam untuk cove per kebutuhan suplai yang ditanam petani sekitra 1000 hektar, kemudian juga untuk prosesing kita butuhkan beberap alat,” kata Hery Sugiartono.

Baca Juga:  Kepala Daerah Diharapkan Tingkatkan Potensi Koperasi dan UKM

Dia berharap kehadiran Menkop Puspayoga dapat mendorong semangat kerja mereka agar usahanya bisa berkembang lebih bagus lagi. Dukungan pemerintah juga sangat dibutuhkan baik dari sisi bantuan modal, maupun peralatan. Dengan demikian ia berharap suplai beras untuk menambah kuota nasional bisa datang dari Jateng.

“Suport dari pemerintah, kerajsama yang baik, kita bisa mengembangkan diri sehingg nanti bisa kita buat semacam pusat-pusat produksi beras yang terhubung secara nasional sehingga nantinya kita bisa menghindari impor beras,” ujar Hery. (chr)