JAKARTA, Indotimes.co.id – Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) akan menyelenggarakan acara Indonesia Syariah Fair (Insyaf) di Jakarta pada 27-29 November 2018. Hal ini Guna mendorong peningkatan market share keuangan syariah dan mendorong literasi keuangan Syariah di Indonesia yang saat ini masih minim (5,3 persen).
“Salah satu kegiatan utama dalam acara ini adalah Table Top, dimana akan mempertemukan LPDB KUMKM dengan stakeholder terkait seperti koperasi syariah, bank syariah, BPR syariah dan BPD syariah. Nantinya lewat Table Top akan diadakan approval massal calon mitra LPDB KUMKM yang mengajukan pinjaman lewat skim pembiayaan syariah. Harapannya, approval massal menjadi salah satu cara untuk meningkatkan penyaluran dana bergulir dari LPDB-KUMKM,” kata Direktur Utama LPDB-KUMKM Braman Setyo dan keterangannya di Jakarta, Sabtu (30/10).
Karena itu, Braman menekankan berbagai upaya strategis dilakukan LPDB-KUMKM dalam mengakselerasi keterlibatan berbagai lembaga pembiayaan syariah dan pemberdayaan KUMKM di Indonesia, khususnya pembiayaan pola syariah. Salah satunya melalui gelaran Insyaf ini.
“Insyaf akan fokus pada arah baru keuangan syariah yang lebih inklusif dan banyak menitikberatkan pada usaha mikro, juga ingin mendorong agar muncul Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) lebih besar lagi. Sehingga, LKMS ini selain berfungsi sebagai lembaga inklusi bagi masyarakat atau akses ke perbankan. Juga, bisa dijadikan sebagai instrumen keuangan yang fokus melayani kebutuhan permodalan bagi pengusaha mikro dan kecil,” papar Braman.
Dengan begitu, lanjut Braman, kebutuhan permodalan bagi pengusaha dari skala mikro, kecil, menengah sampai besar bisa terlayani oleh lembaga keuangan. “Efek positifnya, lembaga keuangan bisa lebih inklusif karena bisa diakses oleh masyarakat dari seluruh kalangan,” kata Braman.
Sementara itu, Braman menjelaskan, sepanjang 2018 ini, LPDB-KUMKM baru menyalurkan Rp38,5 miliar atau sebesar 3,21 persen dari target penyaluran Rp1,2 triliun. Namun, Braman optimis 86 persen dari total Rp1,2 triliun akan tersalurkan di akhir.
“Terkait dengan rendahnya penyaluran saat ini, manajemen tidak diam. Tetapi, telah melakukan beberapa hal, diantaranya, membenahi peraturan dan kebijakan untuk mengikuti Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.8 Tahun 2018 guna mempermudah akses permodalan ke LPDB-KUMKM. Kemudian, melakukan pembenahan proses bisnis agar tidak terjadi lagi masalah-masalah di waktu yang akan datang,” papar Braman lagi.
Intinya, Braman mengakui, pihaknya terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan seluruh regulasi agar tidak terjadi kesalahan dalam penyaluran sekaligus mempermudah akses pendanaan dari LPDB-KUMKm bagi seluruh pelaku koperasi dan UMKM di Indonesia.
“Meski demikian, kami tetap optimis dapat menyalurkan dana bergulir sesuai target penyaluran. Berdasarkan proses yang berjalan untuk potensi penyaluran melalui skim konvensional sebanyak 26 proposal dengan jumlah plafon pengajuan Rp845,74 juta dan melalui skim syariah sebanyak 15 proposal dengan jumlah plafon pengajuan Rp342,5 juta Sehingga total berjumlah Rp1,18 miliar,” ungkap Braman.
Untuk menjadi lembaga yang inklusif, LPDB-KUMKM telah mensinergitaskan penyaluran dana bergulir dengan melakukan Nota Kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan berbagai pihak. Diantaranya, dengan Dinas Koperasi dan UKM, lembaga penjamin, perguruan tinggi, lembaga financial technology, PLUT, BUMN, dan lembaga lainnya.
Braman menyebutkan, Dinas Koperasi dan UKM dan LPDB-KUMKM dengan segmentasi koperasi dan UMKM tentu perlu melakukan kerja sama kepada Dinas Koperasi dan UMKM di tingkat provinsi agar sinergitas dinas sebagai pembina dapat memiliki peran yang strategis. Seperti mengusulkan KUMKM unggulan binaannya untuk mengajukan dana bergulir.
“Sampai saat ini, LPDB-KUMKM telah melakukan kerja sama kepada 13 Dinas Koperasi dan UKM dari total 34 provinsi. Diantaranya, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara dan Sulawesi Selatan,” ujar Braman.
Selain dalam rangka penyaluran, LPDB-KUMKM juga melakukan funding melalui pengalihan dana bergulir. Dana Pengalihan ini merupakan dana program Kementerian Koperasi dan UKM yang telah disalurkan pada periode tahun 2000-2007.
Pada 2018, target pengalihan dana bergulir ini sebesar Rp20 miliar dan yang telah dialihkan ke rekening LPDB-KUMKM sebesar Rp17,58 miliar atau sebesar 87,95 persen dari target.
LPDB-KUMKM optimis untuk mencapai target 2018 melalui Kegiatan Pengalihan Dana Bergulir LPDB-KUMKM Tahun 2018 yang rencananya akan dilaksanakan di Banyumas, Jawa Tengah,” ujar Braman.
Menurut Braman, dana pengalihan ini akan menjadi sumber dana yang akan digulirkan LPDB-KUMKM. “Selain itu, koperasi yang sudah lunas dan masih berjalan dengan baik dapat juga memiliki kesempatan untuk mengakses pembiayaan dari LPDB-KUMKM,” ujar Braman. Dia menambahkan, penyaluran dana bergulir periode 2008 sampai 30 September 2018 sebesar lebih dari Rp8,5 triliun.
Lebih dari itu, sejak diterapkan jaminan fixed assets kepada calon mitra dalam rangka mengajukan dana bergulir, timbul kendala bahwa calon mitra tidak dapat memenuhi persyaratan jaminan tersebut.
“Oleh karena itu, LPDB KUMKM menjalin kerja sama dengan lembaga penjamin agar dapat memenuhi syarat tersebut, maksimal penjaminan 70 persen. Hingga saat ini, LPDB KUMKM telah melakukan kerja sama dengan Perum Jamkrindo dan 17 PT Jamkrida di seluruh provinsi Indonesia,” kata Braman.