Menkop UKM Dorong Industri Furnitur Nasional Terlibat Dalam Pembangunan IKN

TANGERANG, Indotimes.co.id – Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki mendorong industri furnitur nasional untuk ikut terlibat dalam mengisi kebutuhan furnitur di Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Kebutuhan furnitur di IKN itu besar sekali. Harapannya bisa diisi oleh produk-produk dalam negeri. Syukur-syukur bisa mencapai 100 persen produk dalam negeri. Ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha furnitur,” kata Menkop UKM Teten Masduki  usai acara pembukaan Indonesia International Furniture and Craft Fair (IFFINA) dengan tema Indonesia Mebel & Design Expo 2023, di Indonesia Convention and Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Kamis (14/9).

Di acara yang dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo itu, Teten mengatakan selain perkantoran, akan banyak juga rumah tinggal termasuk fasilitas-fasilitas lainnya seperti perhotelan yang membutuhkan furnitur.

“Sekali lagi, ini menjadi tantangan kita. Namun, selain melibatkan usaha-usaha besar, pelaku UMKM juga harus ikut menjadi bagian dari supply chain industri furnitur,” kata Teten.

Di samping itu, Menkop UKM juga menekankan bahwa furnitur merupakan produk unggulan domestik untuk masuk ke pasar global, juga pasar domestik.

“Kita punya potensi cukup besar, mulai dari potensi bahan baku, hingga SDM. Bahkan dengan potensi budaya yang kuat mengakar di kalangan masyarakat, produk furnitur kita bisa kompetitif di pasar dunia,” kata Teten.

Oleh karena itu, Teten berharap para pelaku usaha furnitur agar mengembangkan model bisnisnya dan menjalin kemitraan dengan industri furnitur di dunia.

“Dengan bermitra, dari sisi produksi akan ada transfer model bisnis, teknologi, hingga market,” ujar Menkop UKM.

Menurut Menkop UKM, pelaku usaha harus mengetahui permintaan atau kebutuhan dan selera pasar di negara lain. “Hal ini agar juga dapat diadopsi oleh pelaku usaha furnitur kita,” kata Menkop UKM.

Lebih dari itu MenKkop UKM juga menekankan pentingnya pola kemitraan yang harus dimanfaatkan oleh pelaku usaha furnitur. “Pola partnership harus terus didorong, dan tidak lagi membuat produk sendiri-sendiri, jadi jika ingin masuk pasar global memang harus ada partnership,” kata Teten.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat menyatakan, pasar furnitur dan kerajinan dunia merupakan pasar potensial bagi Indonesia. Pada 2022, pasar itu mencatat pendapatan sebesar 695 miliar dolar AS, diprediksi meningkat menjadi 766 miliar dolar AS pada akhir 2023.

“Industri furnitur Indonesia saat ini baru mencatat pendapatan sebesar 2,8 miliar dolar AS pada 2022. Secara ranking global, menempatkan Indonesia di urutan ke-17 dan keempat di regional Asia, di bawah China, Vietnam, dan Malaysia,” kata Dedy.

Padahal, kata Dedy, industri furnitur dan kerajinan memiliki banyak manfaat. Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, industri ini pun menjadi penghasil devisa yang kuat, serta mempunyai nilai tambah tinggi, karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan sumber daya alam.

“Kita memiliki hutan produksi seluas 68 juta hektare. Kita produsen 85 persen rotan dunia dan nomor tiga produsen bambu terbesar setelah China dan India,” kata Dedy.

Bahkan, industri furnitur atau mebel, juga menyerap tenaga kerja cukup besar hingga 500 ribu per 2021. Itu karena industri ini termasuk dalam padat karya. Industri tersebut juga turut menciptakan efek luas atau multiplier effect bagi industri lainnya.

Selain juga berkontribusi dalam menggerakkan sektor industri lain lewat berbagai produk bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk mebel.

“Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, maka sudah saatnya bagi kita untuk mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri,” ujar Dedy.