ACEH, Indotimes.co.id – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki memastikan,Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan berbagai upaya dalam mendukung koperasi dan UMKM bertumbuh agar menjadi bagian dari rantai pasok industri tak hanya berjaya di dalam tapi juga di luar negeri.
“Kita harus terus mengutamakan pembangunan ekonomi rakyat, yang seharusnya pula menjadi agenda yang kita tuju. Kalau suara Menteri Koperasi dan UKM, berarti suara perjuangan ekonomi rakyat,” kata Teten Masduki saat menyampaikan Orasi Ilmiah di Sidang Terbuka Dalam Rangka Milad Ke-62 di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Aceh, Jumat (8/12).
Dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk ‘Pembangunan SDM Unggul Berwawasan Entrepreneurship Berbasis Transformasi Digital dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045,’ MenkopUKM mengatakan, setelah sawit, dalam 10 tahun terakhir lahir ekonomi baru yaitu, penciptaan digitalisasi ekonomi yang hingga hari ini sudah masuk pada Electric Vehicle (EV). Namun sayangnya, transformasi digital Indonesia belum terarah dan lebih banyak berkembang di sektor jasa dan pembiayaan.
“Di satu sisi, sebesar 97 persen lapangan pekerjaan kita diciptakan oleh UMKM, tetapi 80 persen kredit perbankan tanah air dinikmati oleh usaha besar. Pengarusutamaan pembangunan ekonomi rakyat harus menjadi agenda yang harus terus kita perjuangkan,” ujar Teten.
Menkop UKM menambahkan, pekerjaan rumah bangsa Indonesia yakni memanfaatkan bonus demografi dengan menghadirkan pelaku usaha dan ekonomi baru untuk menciptakan lapangan kerja baru yang lebih berkualitas dan melakukan evolusi.
“Karena itu, sudah tepat kalau Pemerintah mencanangkan kebijakan industrialisasi. Melakukan hilirisasi di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah dan diperluas ke sektor agrikultur, akuakultur, dan agrimaritim yang melibatkan banyak pelaku usaha mikro dan kecil,” ucap Teten.
Untuk itu, Kemenkop UKM kata Menteri Teten, turut mendukung kehadiran kampus bukan hanya menjadi tempat pembelajaran semata, tetapi juga untuk mengembangkan riset terutama yang terkait hilirisasi produk unggulan sumber daya alam (SDA) di daerah.
Indonesia sebagai produsen sawit terbesar dunia yang menghasilkan 50 juta ton CPO memiliki potensi mengolah banyak turunan produk hilir dari sawit, tapi Indonesia baru memproduksi CPO dan minyak goreng. Sumber daya laut Indonesia juga yang sangat kaya, tapi investasi besar di sektor ini masih relatif kecil.
Potensi buah tropis untuk pasar global juga belum diminati pekebun secapa optimal. Begitu juga potensi hilirisasi rumput laut untuk substitusi impor gandum, pengganti plastik, dan pupuk masih terbuka lebar.
Misalnya, di Paris banyak brand parfum dunia di produksi dengan sebesar 95 persen bahannya dari Indonesia. Menurut MenKopUKM, mestinya, industri fragrance Indonesia ini tumbuh sehingga tidak perlu impor. “Itu menjadi tantangan kita. Tapi saya tidak khawatir, melalui kolaborasi riset, USK diharapkan bisa menjadi wadah bagi ahli dalam pengembangan hilirisasi minyak nilam di Aceh,” katanya.
Selain itu, melalui kolaborasi bersama dengan perguruan tinggi, dapat menyiapkan talenta-talenta muda berkelas dunia. “Mengembangkan kelas menengah yang lebih kuat dan inovatif, melahirkan entrepreneur muda yang kompetitif untuk menjadi penggerak pembangunan nasional jangka panjang,” kata Teten.
Tak hanya itu, Teten juga menekankan pentingnya pengembangan usaha dengan model factory sharing atau Rumah Produksi Bersama. Di mana dengan model pengembangan ini, berbagai komoditas unggulan nasional di setiap daerah bisa dikelola secara optimal.
“Di Rumah Produksi Bersama ini, para pelaku UMKM bisa membuat barang setengah jadi atau barang jadi dengan maklon dan alat bersama. Ini yang sedang kami uji cobakan di berbagai daerah. Salah satunya juga rencana pembangunan Rumah Produksi Bersama di Aceh,” kata Menkop UKM.
Dengan membangun Rumah Produksi, menjadikan UMKM bagian dari supply chain industri. “Saya kira seperti minyak nilam nantinya bukan hanya sebagai bahan parfum saja, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kosmetik maupun farmasi. Dengan cara ini, produk UMKM bisa setara dengan industri,” tuturnya.
Teten menyampaikan, biasanya selama ini Pemerintah hanya memberikan bantuan berupa alat sederhana. Kalau seperti itu, menurutnya, sulit membuat UMKM memiliki produk sekelas industri.
“Maka saya ubah di Kemenkop UKM tak lagi membagi-bagikan bantuan alat. Karena kalau pengadaan alat itu yang diuntungkan pejabat saja. Pengadaan sudah ada tapi alatnya tidak bermanfaat. Maka dengan Rumah Produksi Bersama untuk UMKM bisa maklon di dalamnya. Para petani bisa mengolah nilam di sana,” katanya.
Begitu juga yang ada di Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Rumah Produksi dibangun untuk pengolahan kelapa. Kemenkop UKM bekerja sama dengan Universitas Samratulangi (Unsrat) diharapkan menjadi ahli industrialisasi pengolahan kelapa.
Lalu bersama Universitas Hasanudin (Unhas) juga dibangun Rumah Produksi untuk pengolahan rumput laut menjadi bahan setengah jadi, sebagai bahan utama produk dalam industri kesehatan. “Nanti kami piloting obat kumur pertama di dunia dari rumput laut,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Marwan mengatakan, semangat entrepreneurship semakin tumbuh di tengah meningkatknya daya saing di Indonesia. Dalam Milad ke-62, USK telah meraih banyak peningkatan, khususnya saat menuju visi sociopreneur yang inovatif, mandiri, dan terkemuka di tingkat global.
Salah satunya, USK aktif mengembangkan riset dan inovasi, dengan mendukung dosen hingga mahasiswa dalam mengembangkan diri dan memenangkan hibah riset. Tercatat, keberhadilan dosen USK memenangkan sebanyak 95 hibah riset ilmiah.
“USK mendorong semangat inovasi dan kreativitas bagi mahasiswa, dengan harapan lulusan tak hanya diterima kerja tetapi menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan potensi lokal Aceh, meningkatkan nilai tambah, nilai perekonomian masyarakat Aceh, sehingga bisa turut meningkatkan daya saing bangsa,” ujarnya.
Hal ini yang memotivasi USK dalam mendorong kegiatan mahasiswanya melalui berbagai kegiatan dan program kewirausahaan. Di antaranya, USK sudah meluncurkan program 1.000 wirausaha muda, Wirausaha Merdeka, Program Pembinaan Wirausaha, Entrepreneurship Lounge, dan berbagai koperasi dengan mitra lainnya.