Menteri Puspayoga: Fondasi Ekonomi Indonesia Kuat di Tangan Koperasi

YOGYAKARTA, Indotimes.co.id – Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan gonjang-ganjing nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS. Pelemahan rupiah tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi seperti yang terjadi tahun 1998.

Menteri mengatakan, ketidakpastian ekonomi saat ini disebabkan tekanan ekonomi global bukan masalah fundamental ekonomi bangsa. Waktu itu (1998) pertumbuhan ekonomi hingga -13 persen, kredit macet 30 persen sedangkan sekarang pertumbuhan mencapai 5,27 persen dan inflasi < 4 persen.

“Ekonomi Indonesia tidak jelek, apalagi fondasi ekonomi di tangan koperasi dengan jumlah anggotanya 25 juta orang itu sangat luar biasa,” kata Puspayoga dalam orasi ilmiah di Kampus Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, Jumat (7/9). Hadir Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa Prof. Sri Edi Swasono dan Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Dr. H. Pardimin.

Baca Juga:  LPDB Siap Salurkan Dana ke Lembaga Keuangan Desa

Puspayoga menekankan, koperasi dengan UKM merupakan unit usaha yang tangguh dan sudah terbukti pada krisis ekonomi tahun 1998. Sebab, koperasi dan UKM membangun usaha dengan sumber daya yang berasal dari dalam negeri.

“Jangan khawatir fondasi ekonomi Indonesia ada di koperasi yang tidak tergantung pada impor, yang kena itu kan yang impor,” lanjut Puspayoga.

Menteri menegaskan, kepercayaan terhadap koperasi sangat diperlukan. Saat ini kepercayaan terhadap koperasi sangat tinggi, dan ini harus terus dipertahankan dengan menumbuhkan koperasi – koperasi berkualitas.

Puspayoga menyampaikan koperasi merupakan bentuk nyata dari sistem ekonomi Indonesia yang tidak ternilai harganya. Koperasi berazaskan kekeluargaan telah menjadi solusi bagi persoalan ekonomi masyarakat kalangan bawah.

“Kita dulu sering mendengar apapun kebutuhannya lari ke koperasi. Ibu-ibu butuh pinjaman uang untuk biaya sekolah anaknya datang ke koperasi. Ini tidak bisa dihitung,” kata Puspayoga.

Baca Juga:  Andre Rosiade: Demi Kedaulatan, Pemerintah Harus Kuasai Mayoritas Saham Vale Indonesia

Dalam koperasi, prinsip daya saing bukan free fight liberalism, tapi sinergi dan kekeluargaan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Menteri juga memaparkan kepada civitas akademika Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa kebijakan pembangunan koperasi di tanah air melalui Reformasi Total Koperasi. Kebijakan ini membawa paradigma baru pada dunia koperasi, yakni peningkatan kualitas bukan kuantitas.

Melalui langkah Reorientasi, Rehabilitasi dan Pengembangan, koperasi di Indonesia mengalami banyak perubahan mula dari perbaikan data base dan memberikan kemudahan bagi koperasi melalui penyederhanaan regulasi. PDB koperasi naik dari 1,71 persen tahun 2014 menjadi 4,48 persen tahun 2017.

Dalam memberikan dukungan dan keadilan bagi koperasi dan UKM, pemerinta juga menurunkan bunga KUR dari 22 persen menjadi 7 persen serta menurunkan pajak UKM jadi 0,5 persen.

Sri Edi Swasono mengapresiasi kinerja pemerintah terutama dalan menurunkan bunga KUR. Ia mengungkapkan penurunan bunga KUR adalah salah satu perjuangan yang sering disampaikan sejak dulu untuk memberi keadilan bagi usaha kecil.

Baca Juga:  Pembangunan Proyek PLTA Jatigede Capai 15 Persen

Sebab, ia mengatakan, usaha kecil merupakan bagian dari usaha koperasi. Karena itu, koperasi jangan dilihat hanya sekadar badan usaha yang dihitung dengan capaian PDB, namun lebih dari itu sebagai kekuatan sinergi.

“Nilai koperasi tidak hanya semata nilai materi tapi ada nilai non materi. Ini tidak bisa dihitung,” tegas Sri Edi.

Senada dengan Menteri, Sri Edi juga mengatakan, nilai sinergi dan kebersamaan dalam koperasi menekankan pentingnya masyarakat saling tolong-menolong dan bekerja sama. Oleh karena itu, Bung Hatta mengangkat dalam konstitusi istilah kebersamaan dan asas kekeluargaan dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945.