PLN Rancang Pola Khusus LNG di Maluku dan Papua
Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso (tengah) bersama President KBR Asia Pacific, Greg Conlon (paling kiri) dan Kepala Satuan Gas dan BBM PLN, Chairani Rachmatullah berbincang usai penandatanganan perjanjian tentang Perencanaan Jasa Design Engineering untuk Logistik dan Infrastruktur Persediaan gas ke PLTG di PLN Kantor Pusat Jakarta, Rabu (15/11/2016).

JAKARTA, Indotimes.co.id – PT PLN (Persero) akan membangun 54 pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Regional Maluku dan Papua. Ini merupakan bagian dari realisasi megaproyek pembangkit 35.000 megawatt (MW) yang dicanangkan pemerintahan Presiden Jokowi-JK.

Menyokong hal tersebut, Kepala Satuan Gas dan BBM PLN, Chairani Rachmatullah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Regional Manager Kellog Brown and Root (KBR) Indonesia, Keith Garry untuk pekerjaan studi kelayakan pola penyediaan pasokan gas pembangkit listrik di seluruh Indonesia dan desain engineering untuk infrastruktur penyediaan pasokan gas ke PLTG di wilayah Indonesia Timur.

“Melalui perjanjian kerja sama ini, PLN akan mendapatkan sebuah rancangan pola logistik dan desain engineering yang optimal dan terintegrasi untuk pemanfaatan liquefied natural gas (LNG) terutama di Indonesia Timur,” kata Chairani dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Menurut dia, desain tersebut merupakan bagian dari rencana pemerintah dalam menciptakan virtual pipeline untuk memasok gas ke Indonesia Timur.

Baca Juga:  PLN Jelaskan Soal Ledakan di Kuta Square

“Hal ini sangat penting karena porsi penambahan pembangkit yang menggunakan gas dalam program 35.000 MW cukup besar yaitu 38 persen atau 13.400 MW,” ujarnya.

Lebih jauh dia mengatakan, pemanfaatan gas oleh PLN terdiri dari gas pipa, gas terkompresi (CNG) dan gas cair (LNG). Ketiganya dapat menggantikan utilisasi bahan bakar minyak di masa depan. Dalam bauran energi, gas menempati urutan tertinggi kedua pemakaiannya di sektor kelistrikan Indonesia.

“Di masa depan, penggunaan bahan bakar fosil akan semakin dikurangi dan akan digantikan dengan alternatif lain seperti energi terbarukan dan LNG sehingga porsi penggunaan LNG akan meningkat sekitar 300 persen pada 2025,” kata Chairani.

Sedang keuntungan lain menggunakan gas dibandingkan bahan bakar minyak adalah lebih bersih, ramah lingkungan, dan menurunkan biaya pokok produksi serta operasi pemeliharaannya.

Namun, kendala utama menggunakan gas tersebut yaitu di transportasi atau logistik, dan penyimpanannya. Oleh karena itu, perjanjian kerja sama ini akan sangat berguna dalam memastikan pola logistik yang dipilih adalah yang workable, efisien dan memastikan optimalisasi penggunaan gas untuk PLTG khususnya di Indonesia Timur.

Baca Juga:  Platform Tenaga Kerja On-demand Sampingan Terima Pendanaan Seri A

Dia berharap kendala transportasi gas ke lokasi pembangkit listrik yang tersebar di beberapa kepulauan di Indonesia dapat teratasi. “PLN akan mendapatkan pola khusus logistik yang terintegrasi serta dokumen kelayakan pembangunan Terminal LNG untuk seluruh pembangkit gas sesuai RUPTL 2016-2025 sehingga dapat mendukung pencapaian target program 35.000 MW,” katanya. (chr)