JAKARTA, Indotimes.co.id – PT PLN (Persero) berupaya mempercepat pembangunan pembangkit 35.000 megawatt (MW) di sisi pembiayaan proyek. Salah satu caranya dengan memanfaatkan pendanaan dari lembaga-lembaga keuangan melalui skema export credit agency (ECA).
Direktur Keuangan PLN Sarwono mengatakan, pembangunan PLTG Mobile/Mobile Power Plant (MPP) total 500 MW mendapatkan pendanaan dari lembaga keuangan negara Kanada dan Hungaria dengan total dana sebesar 435 juta dolar AS.
“Skema pendanaan ECA tanpa jaminan pemerintah ini merupakan salah satu alternatif pendanaan yang dilakukan PLN dalam portofolio pinjaman, selain yang dapat diperoleh dari pasar obligasi ataupun pendanaan dari lembaga perbankan serta lembaga kreditur baik bilateral maupun multilateral,” kata Sarwono dalam keterangan pers usai menandatangani perjanjian fasilitas pendanaan dengan Export Development Canada (EDC) dan Hungarian Export-Import Bank (HEXIM) di PLN Kantor Pusat, Jakarta, pada Jumat (2/12/2016).
Selain itu, menurut Sarwono, tingkat suku bunga yang sangat kompetitif dan fixed sehingga meminimalisasi risiko fluktuasi tingkat suku bunga pinjaman yang sangat volatile. “Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang dengan masa repayment selama 12 tahun,” ujarnya.
Lebih lanjut Sarwono mengatakan, pendanaan dari kedua kreditur untuk program 35.000 MW merupakan bukti komitmen PLN dalam upaya menyelesaikan tugasnya menyediakan listrik bagi masyarakat yang saat ini didaerahnya masih mengalami kekurangan pasokan.
“Yang tidak kalah penting juga yaitu PLN sebagai agen pembangunan mendukung penyediaan pasokan listrik yang memadai untuk mendukung kebutuhan akan listrik sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi daerah serta nasional,” ujar Sarwono.
Adapun pembangunan Mobile Power Plant itu sendiri tersebar di 8 lokasi yaitu Lampung (4 x 25 MW), Pontianak (4 x 25 MW), Bangka (2 x 25 MW), Riau (3 x 25 MW), Belitung (25 MW), Ampenan (2 x 25 MW), Paya Pasir (3 x 25 MW) dan Nias 25 MW. MPP 500 MW tersebut mulai pembangunan hingga pengoperasiannya dikelola oleh anak perusahaan PLN yaitu PLN Batam.
Pemilihan lokasi-lokasi tersebut didasarkan pada kondisi yang masih kekurangan pasokan listrik dan juga membutuhkan tambahan pasokan listrik dikarenakan tingginya pertumbuhan listrik di daerah tersebut. Sehingga Mobile Power Plant dipilih untuk menjadi solusi cepat dan tepat.
Seperti diketahui, PLTG Mobile ini merupakan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam yang efisien dan ramah lingkungan karena bahan bakarnya yang bersifat clean energy.
Sifat MPP ini mempunyai keunggulan yaitu dapat dipindah karena jenisnya mobile ke wilayah lain di Indonesia yang membutuhkan pasokan listrik sesuai dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia.
“Dengan adanya MPP ini diharapkan penyediaan tenaga listrik Indonesia dapat menjangkau hingga ke pulau-pulau pelosok di Indonesia agar ekonomi di daerah-daerah tersebut juga dapat tumbuh pesat serta dapat menjangkau masyarakat yang selama ini belum terjangkau pasokan listrik, sehingga target rasio elektrifikasi 99.7 persen di 2019 dapat tercapai,” kata Sarwono. (chr)