KARAWANG, Indotimes.co.id – Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan sinergi antar Kementerian/Lembaga maupun stakeholder lainnya, termasuk Institut Otomotif Indonesia (IOI), dalam mengembangkan industri komponen otomotif yang dilakukan koperasi dan UKM di Karawang, Jawa Barat.
“Tujuannya, untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing KUKM komponen otomotif. Sebagai salah satu sektor strategis, industri komponen diharapkan mampu memberikan peran dan sumbangsihnya, baik dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya maupun perluasan lapangan dan kesempatan kerja”, kata Asisten Deputi Industri dan Jasa Deputi Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM Ari Anindya Hartika pada acara penandatanganan MoU antara Asosiasi Pengusaha Engineering Karawang (APEK) dengan Institut Otomotif Indonesia (IOI) di Karawang, Jawa Barat, Selasa (4/9).
Ari mengakui, KUKM komponen masih menghadapi permasalahan seperti permodalan, kapasitas SDM, iklim usaha, hingga akses pemasaran. “Guna mewujudkan komitmen tersebut, dibutuhkan strategi dan upaya yang terencana, terpadu lintas sektor, bertahap dan berkesinambungan dalam rangka peningkatan kapasitas dan wawasan pelaku usaha KUKM bidang industri komponen,” kata Ari.
Menurut Ari, Institut Otomotif Indonesia (IOI) sebagai organisasi independen didirikan pemerintah dalam rangka pengembangan tiga pilar utama yang dibutuhkan dalam pengembangan otomotif nasional.
Yaitu, pengembangan supply chain/vendor, pengembangan SDM dan pengembangan teknologi, serta membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan strategi (think tank) dan sekaligus menjadi fasilitator/mediator untuk mengembangkan aspek-aspek dalam tiga pilar utama tersebut.
“Sebagai salah satu bagian pengembangan industri otomotif nasional pada pilar pengembangan supply chain/vendor, maka IOI melakukan MoU dengan APEK, dimana IOI akan mendorong dan memfasilitasi kerjasama antara industri otomotif dengan UKM komponen, sehingga diharapkan bisa terjadi sharing best practise dari satu vendor ke vendor lain. Dan vendor lain tersebut bisa menjadikan best practice tersebut sebagai referensi ketika mengembangkan industri di tempat masing-masing,” papar Ari.
Sementara APEK dianggap sebagai wadah kader wirausaha yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa dan sebagai salah satu solusi alternatif dalam membantu menyerap angkatan kerja di Kabupaten Karawang.
APEK terdiri dari 45 perusahaan member dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 1050 Orang yang mempunyai bidang usaha bervariasi di bidang engineering diantaranya, manufaktur, sparepart otomotif dan industri, OEM part, machining, SPM, otomasi, Tools & Dies, Plastic Forming, M/E, Service and Maintenance, dan sebagainya.
“Selama lima tahun APEK berjalan menjadi wadah bagi pelaku UKM/IKM Engineering di Karawang yang telah menjadi bagian dan mitra aktif pemerintah di semua jenjang, dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat melalui Dinas dan Kementerian serta stakeholders terkait, untuk mengawal perkembangan Industrial Engineering di Karawang,” ujar Ari lagi.
Oleh karena itu, Ari menekankan bahwa sebagai tindak lanjut dari penandatanganan kerjasama ini, diharapkan APEK dan juga asosiasi KUKM lainnya di Indonesia, dapat mengisi supply chain kebutuhan komponen industri otomotif nasional, bukan dari impor.
“Dalam pengembangan industri otomotif Indonesia, roadmap dari Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa target produksi yang mencapai dua juta kendaraan/tahun sejak tahun 2025 dan tiga juta kendaraan/tahun sejak tahun 2030. Dari peran KUKM komponen dalam mengisi supply chain tersebut diharapkan bisa turut membantu negara meningkatkan pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapita bangsa Indonesia,” kata Ari.
Untuk bisa mengisi supply chain tersebut, lanjut Ari, KUKM komponen diharapkan bersedia untuk melakukan perbaikan dari sisi Safety, Quality, Cost, Delivery, Moral, Produktivity dan Enviroment (SQCDMPE), sehingga bisa kompetitif dengan vendor-vendor dari negara lain.
“Meskipun untuk mencapai level SQCDMPE yang bisa kompetitif dengan vendor-vendor yang selama ini digunakan Agen Pemegang Merk (APM) baik Jepang, China atau pun Eropa adalah perlu usaha yang sangat berat. Oleh karenanya, diperlukan peningkatan kerjasama dan sinergitas antar Kementerian/Lembaga dan stakeholders lainnya,” kata Ari.
Dalam meningkatkan kemampuan KUKM untuk mengisi supply chain tersebut, salah satu langkah yang telah dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Institut Otomotif Indonesia (IOI) adalah terus mendorong Agen Pemegang Merk (APM) dapat memberikan peran KUKM komponen dalam mensupply kebutuhan komponen yang dibutuhkan.
“Dalam hal ini, PT Toyota Motor Manufakturing Indonesia (TMMIN) sebagai salah APM di Indonesia melalui program CSR telah melakukan program pendampingan kepada KUKM komponen seperti Koperasi Batur Jaya Klaten, Koperasi Logam Rakitan Rakyat Tegal, PIKKO dan APEK dalam peningkatan kualitas produk yang dihasilkan agar dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan,” kata Ari.
Ke depan, pihaknya terus melakukan pembinaan kepada KUKM komponen, tidak hanya dalam peningkatan kualitas dan kuantitas dalam memproduksi komponen dalam mendukung industri otomotif. “Tetapi juga didorong untuk bisa memproduksi alat mesin pertanian dan suku cadangnya dalam upaya memenuhi kebutuhan Alsintan di dalam negeri yang jumlahnya terus meningkat serta mengurangi alsintan impor,” imbuh Ari.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden IOI I Made Dana Tangkas mengatakan, pihaknya ingin menjadikan Karawang sebagai Detroit-nya Indonesia (kota industri otomotif di AS). “Caranya, kita harus memiliki kawasan industri yang berkelas dunia. Karena, IOI itu bukan hanya sebagai think tank, melainkan juga masuk tahap aplikasi,” ujar I Made Dana.
Untuk itu, I Made Dana menyebut ada tiga syarat utama yang harus dipenuhi agar berkelas dunia. Yaitu, manajemen pengelolaan yang berkelas dunia, menggerakkan kompetensi SDM, dan memiliki teknologi mutakhir seperti Lab Nano Technology. “Itu tantangan kita, sehingga pada 2030 kita bisa memiliki kawasan industri kelas dunia,” ungkap I Made Dana.
Sedangkan Ketum APEK Trisno Utomo berharap MoU dengan IOI bisa menjadikan APEK sebagai asosiasi yang bisa memperkuat industri otomptif nasional. “Hal ini juga bisa menjadi solusi agar seluruh anggota APEK bisa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. Dari mulai skill SDM hingga manajemen perusahaan,” kata Trisno.