JAKARTA, Indotimes.co.id – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terus mendorong pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia untuk memasuki bisnis e-commerce atau transaksi jual-beli secara online.
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta mengatakan, bisnis e-commerce jauh lebih efisien dari sisi menekan biaya produksi. Selain itu, e-commerce juga produk UKM bisa berpromosi untuk meluaskan pasar hingga ke mancanegara.
“Sudah banyak kajian yang menyebutkan bahwa potensi pasar e-commerce sangat besar,” kata Wayan dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (29/11/2016).
Dalam mendorong bisnis e-commerce tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan US-ASEAN Business Council menggelar diskusi bertajuk “Digital Tools for SMEs” di Jakarta, Senin, diikuti oleh pelaku bisnis e-commerce kelas dunia seperti Hawlett Packard (Hp), Facebook, P&G, dan UPS.
Wayan Dipta juga mengatakan, perilaku konsumen ke depan akan terus mengalami perubahan, diantaranya konsumen bisa menerima dan membeli produk berkualitas tanpa harus datang ke toko atau pusat perbelanjaan. “Oleh karena itu, para UKM Indonesia harus terus mencermati fenomena e-commerce yang sangat penting. Kalau tidak, maka kita akan ketinggalan,” ujarnya.
Namun menurut dia, masih ada beberapa kendala di bisnis e-commerce yang dihadapi para UKM di Indonesia. Yaitu, terkait pemahaman bahasa asing (Inggris) dan masalah jaringan internet yang belum masuk ke seluruh wilayah di Indonesia.
“Padahal, UKM Indonesia banyak memiliki produk berkualitas dan sudah export oriented. Oleh karena itu, Kemenkop dan UKM terus melakukan terobosan program untuk mendukung produk UKM Indonesia bisa masuk ke pasar global melalui bisnis e-commerce,” ujarnya.
Wayan mencontohkan, di Bali ada semacam trading house bernama Mitra Bali, yang sudah lama melakukan promosi produk UKM di dunia Maya. “Mitra Bali itu base on market demand, dengan menawarkan kepada UKM di Bali dan Lombok. Mitra Bali tugasnya mencari buyer di luar negeri. Ketika mendapat buyer untuk suatu produk, misalnya dengan harga 10 dolar AS, maka Mitra Bali akan mencari produk itu ke para UKM dengan harga 7 dolar AS. Itu bisnis yang lumrah dan sama-sama menguntungkan,” kata dia.
Lebih jauh dia mengatakan, banyak pelaku UKM mampu memproduksi produk berkualitas namun lemah dalam jaringan pemasarannya. Maka, Wayan berharap, untuk urusan pemasaran bisa melalui trading house seperti Mitra Bali itu, baik yang difasilitasi pemerintah maupun swasta.
“Saya juga berharap pelaku UKM bisa memanfaatkan era digital ekonomi saat ini agar tidak ketinggalan, khususnya dalam kancah Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA,” kata Wayan.
Perwakilan dari Kedubes AS di Jakarta Brian McFeeters berharap pelaku UKM di Indonesia bisa memanfaatkan ajang ini sebagai sarana pembelajaran agar eksis di bisnis e-commerce.
“Hp, Facebook, UPS, dan P&G dikenal di AS sebagai pemimpin pasar di bidang e-commerce. Saya rasa, sangat tepat bila UKM Indonesia belajar dari pengalaman mereka dalam mengembangkan bisnis e-commerce di Indonesia,” kata Brian.
Dia menambahkan, potensi bisnis e-commerce di Indonesia terbilang sangat besar. Dalam catatannya, bisnis itu bisa memutar uang sangat besar antara 25 miliar dolar AS hingga 130 miliar dolar AS untuk beberapa tahun ke depan.
“Pasar e-commerce di Indonesia sangat menarik, pasarnya terus tumbuh, ditambah dengan regulasi yang mendukung kemajuan e-commerce. Tak heran bila Indonesia dijadikan pilihan untuk mengembangkan bisnis e-commerce,” katanya. (chr)