KULON PROGO, Indotimes.co.id – Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga mengapresiasi eksistensi Toko Milik Rakyat (Tomira) yang dikembangkan di Kabupaten Kulon Progo dan dikelola koperasi, sebagai wujud kemandirian ekonomi suatu daerah.
“Program Tomira ini bisa dijadikan sebagai model pengembangan produk KUKM di seluruh Indonesia,” kata Puspayoga pada puncak acara peringatan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) ke-71 Tingkat Provinsi DI Yogyakarta, di Kulon Progo, Rabu (25/7).
Di acara yang dihadiri Wakil Gubernur Yogyakarta Sri Paduka Paku Alam X, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, dan ribuan orang pegiat koperasi, Puspayoga mengakui, memang tidak mudah melawan pelaku ekonomi kuat dan bermodal besar di daerah.
“Namun, Bupati Kulon Progo mampu membuktikan bahwa kita bisa dengan munculnya Tomira. Saya yakin dan percaya, Tomira akan terus berkembang seiring dengan akan hadirnya bandara internasional baru Yogyakarta di Kulon Progo. Itu peluang besar bagi produk KUKM dan juga Tomira,” kata Puspayoga.
Meski begitu, Puspayoga menegaskan bahwa bangsa ini tidak boleh anti asing. “Dengan semangat kemandirian ekonomi berbasis koperasi, bukan berarti kita menjadi tertutup dengan produk negara lain. Ekspor bisa meningkat, begitu juga dengan impor untuk bahan baku penguat produk ekspor. Kita tidak boleh anti asing, melainkan harus saling menguntungkan dan melengkapi,” kata Puspayoga.
Untuk itu, Puspayoga mengajak seluruh pegiat koperasi untuk memasuki dunia teknologi digital sesuai tuntutan zaman.
“Sekarang zamannya teknologi. Suka atau tidak suka, koperasi harus mau memasukinya bila tidak ingin ketinggalan. Makanya, saya dukung penuh kehadiran website BelaBeliKu.com untuk memasarkan seluruh produk KUKM asal Kulon Progo menuju pasar global,” kata Puspayoga lagi.
Menurut Puspayoga, dalam mengembangkan koperasi, yang menjadi kendala utama sebenarnya bukanlah modal. Melainkan kesulitan mencari pengurus yang bagus, kompeten, fokus, manajemen bagus, dan berjiwa enterpreneur.
“Kalau koperasi memiliki pengurus yang hebat seperti itu, koperasi akan tumbub pesat. Banyak contoh koperasi berkualitas yang dikelola pengurus yang profesional. Ada koperasi yang sudah memiliki aset Rp18 triliun, ada koperasi yang sudah listing di lantai bursa, hingga ada koperasi yang mampu beli saham BRI Syariah,” ujar Puspayoga.
Bagi Puspayoga, dengan PDB Koperasi yang sudah mencapai 4,48 persen itu artinya program Reformasi Total Koperasi berjalan dengan baik. “Ke depan, lebih baik memiliki jumlah koperasi sedikit tapi berkualitas dan jumlah anggota yang terus meningkat,” kata Puspayoga.
Sementara itu, dalam sambutannya, Wagub Yogyakarta Sri Paduka Paku Alam X mengatakan, usia 71 tahun bagi koperasi seharusnya sudah memasuki usia yang matang. “Dimana koperasi seharusnya sudah mulai bermain di pasar produk e-commerce. Pasalnya, saat ini sudah ada perubahan besar dari perilaku konsumen masyarakat. Kalau tidak, maka koperasi akan tergilas kemajuan zaman,” ujar Paku Alam X.
Selain itu, lanjut Paku Alam X, koperasi juga harus dijadikan sebagai ajang dan sarana bagi seluruh anggota koperasi untuk mengembangkan kualitas produk yang dihasilkan UKM anggotanya.
“Koperasi juga sudah harus masuk ke tahap kolaborasi dengan pelaku ekonomi lain, agar koperasi bisa menjadi pemain utama dalam kancah perekonomian nasional, bahkan global,” kata Paku Alam X.
Sektor Riil
Sedangkan Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo menekankan bahwa kehadiran koperasi harus berperan dalam pengembangan potensi suatu daerah. Oleh karena itu, Hasto lebih menginginkan koperasi bergerak di sektor riil, ketimbang jasa dan simpan pinjam.
“Kita akan lebih fokus kembangkan koperasi sektor riil karena terbukti ampuh berkontribusi dalam pengembangan ekonomi di daerah. Dengan program Beli dan Beli produk KUKM Kulon Progo, kita akan mencapai kemandirian ekonomi dan berdikari,” ungkap Hasto.
Hasto menjelaskan, kehadiran Tomira bukan sebagai pesaing minimarket moderen. “Kita tetap melakukan kerjasama dengan yang besar seperti Indomaret dan Alfamart. Namun, di Tomira juga menampung produk-produk unggulan hasil KUKM yang ada di Kulon Progo seperti coklat, batik, air kemasan, beras, dan sebagainya,” kata Hasto.
Hasto juga menyatakan bahwa pihaknya sudah memiliki air kemasan sendiri dengan merek AirKu produksi PDAM Tirta Binangun Kulon Progo. “Konsumsi air di Kulon Progo mencapai enam juta liter perbulan. Industri air ini juga menjadi bukti kemandirian kita dalam ekonomi,” katanya.