JAKARTA, Indotimes.co.id – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Meliadi Sembiring mengharapkan UKM Indonesia bisa menangkap peluang kerjasama dan bantuan teknologi inovasi yang ditawarkan Korea melalui lembaga kerja sama antara kedua negara seperti Innobiz maupun ASEM SMEs Eco-Innovation Center.
“Kerja sama Indonesia dan Korea khususnya dalam mengembangkan SME (Small Medium Enterprise) atau UKM, sudah berlangsung lama, sejak UKM Korea masih ditangani SMBA (Small Medium Bussiness Administration) sampai sekarang sudah ditangani Kementerian tersendiri, dan sudah saatnya UKM Indonesia bisa menangkap peluang itu untuk meningkatkan kapasitasnya,” ujar Meliadi dalam sambutannya pada 2018 Indonesia-Korea, SMEs Business Innovation Forum, di Jakarta, Kamis (6/9).
Ia berharap forum tersebut mampu menghasilkan kolaborasi yang saling menguntungkan dan pihaknya siap mendukung kerja sama yang lebih erat dalam upaya mendorong pertumbuhan UKM kedua negara secara berkelanjutan.
Sebelum, business forum ini, Korea sudah menggelar global innovation forum, pertukaran teknologi, dan business matching, antara perusahaan Korea dengan UKM Indonesia.
“Indonesia punya 62,5 juta UKM, juga banyak sumber daya, SDM saja mencapai 250 juta dan sumber daya alam, laut yang begitu luas dari barat ke timur. Sementara Korea punya teknologi tinggi, kita bisa match-kan, ini kombinasi yang baik, win win solution,” katanya.
Menurut Meliadi, perusahaan Korea di Indonesia khususnya di jabotabek saja sudah sekitar 2.000 perusahaan.
“Mereka bisa terus menjalankan bisnisnya, sambil mencari partner, alih teknologi khususnya teknologi inovasi, juga bisa menjalankan jiwa sosialnya pada UKM Indonesia,” katanya.
Ia berharap melalui rangkaian acara yang sudah digelar, dari forum business sampai technical exchange tersebut dapat semakin memperkuat UKM dari sisi eco-innovation sehingga semakin berkontribusi terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan.
Teknologi Inovasi
Sementara itu, Jo Byeong Hwi, Head of Korea Industry & Technology Cooperation Center, Korea Institute of Industrial Technology (KITECH) mengatakan, dalam menjalankan bisnisnya UKM Indonesia sudah harus meninggalkan teknologi tradisional dan beralih ke teknologi inovasi.
“Hal ini untuk memastikan pencapaian target-target, apalagi Indonesia diproyeksikan menjadi negara terbesar ke -4 dari sisi perekonomiannya pada 2045 mendatang,” katanya.
Pihaknya percaya, dengan segala potensinya mulai dari SDA, SDM maupun bonus demografi yang dialami Indonesia, proyeksi itu akan tercapai. ” Untuk itu perlu upaya-upaya seperti meningkatkan kapasitas pelaku UKM Indonesia yang jumlahnya mayoritas atau 99,9 persen,” ujarnya.
Peningkatan kapasitas UKM Indonesia ini, harus dilakukan secara simultan.
“Harus dilakukan bersama-sama, pemerintah dan swasta maupun lembaga-lembaga litbang.Tidak bisa menggantungkan pada satu perusahaan saja,” tambahnya.
Sedangkan Chairman Innobiz, ASEM SMEs Eco-Innovation Myung Ki Sung dalam sambutannya mengatakan UKM telah memegang peran yang sangat penting dalam perekonomian global dan menjadi kunci penggerak pertumbuhan dan inovasi.
“Oleh karena itu, kita perlu mendorong UKM baik di Indonesia maupun di Korea agar semakin inklusif dan memiliki masa depan yang lebih berkelanjutan,” katanya.
Ia juga berpendapat kontribusi UKM dan koperasi yang semakin tinggi akan meningkatkan kinerja pembangunan di sebuah negara.
Meski ia menyadari UKM juga menghadapi beragam kendala di antaranya keterbatasan sumber daya hingga kerasnya kompetisi pasar.
Oleh karena itu, ia menilai UKM harus mulai melihat dan menggarap peluang bisnis berbasis eco-innovation.
Terkait Indonesia, Myung Ki Sung melihat potensinya yang sangat besar sebagai kantong UKM yang inovatif dan peduli lingkungan. “Indonesia dan Korea memiliki potensi untuk memperkuat kerja sama dalam bidang ini, Indonesia dengan sumber dayanya yang besar dan Korea dengan teknologi tingginya,” katanya.