JAKARTA, Indotimes.co.id – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Meliadi Sembiring menegaskan, model bisnis waralaba (franchise) merupakan salah satu cara paling efektif untuk melahirkan wirausaha baru, sekaligus meningkatkan rasio kewirausahaan di Indonesia yang baru mencapai 3,1 persen.
“Di Indonesia ada 62 juta lebih UMKM. Dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu bagus, tapi apakah sudah merata? jawabnya belum. Kesenjangan harus dikurangi, salah satunya dengan mengembangkan koperasi dan UKM.
Waralaba adalah model bisnis yang cocok bagi UKM karena memberikan peluang bagi pengusaha UKM dalam mengembangkan usahanya,” ujar Sesmenkop dan UKM, dalam sambutannya pada pembukaan pameran International Franchise Licence & Business Concept (IFRA) 2018, di JCC, Jakarta, Jum’at (20/7).
Turut hadir dalam acara itu, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Tjahja Widayanti, Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Andrew Nugroho dan chairman ameritus AFI, Anang Sukandar.
Meliadi memaparkan, waralaba merupakan bentuk kerja sama bisnis berjangka panjang yang menjadi bagian dari pola kemitraan.
“Kerja sama ini tak hanya memiliki tujuan ekonomi, namun juga sosial seperti masalah pemerataan kesejahteraan dan keadilan dalam berusaha,” katanya.
Hal itu karena didalam bisnis waralaba, akan terjadi penyatuan business plan, adanya transfer sumber daya finansial, keahlian atau teknologi, antara usaha besar, menengah dan kecil.
Menurut Meliadi, yang kurang dari bisnis waralaba ini adalah perluasan jenis usaha waralaba yang ditangani.
“Misalnya agribisnis yang tampaknya masih kurang. Kebanyakan waralaba bergerak di kuliner, fashion. Padahal keunggulan kita banyak dan itu perlu digali lagi,” pesannya
Stabilisasi Harga
Dirjen Perdagangan Dalan Negeri Kemendag, Tjahja Widayanti mengatakan
prospek bisnis waralaba amat sangat menjanjikan.
“Presiden RI bapak Joko Widodo juga concern terhadap waralaba ini, karena sesuai dengan arah pembangunan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan,” katanya.
Menurut Dirjen, sistem waralaba ini merupakan sistem distribusi yang baik, karena dapat diterapkan bagi usaha baru, yang belum bisa berkembang sendiri.
“Namun dengan waralaba, kita bisa memulai sebagai entrepreneur.
Memang tak mudah, perlu fokus,” tegasnya.
Menurut Tjahja, dikaitkan dengan tugas pemerintah dalam stabilisasi harga, bisnis waralaba sangat memberikan kontribusi.
“Waralaba udah punya sistem standar dan harga bisa di-maintenance,” pungkasnya.
Ketua Umum AFI Andrew Nugroho mengatakan bisnis waralaba dalam beberapa tahun terakhir berkembang pesat.
“Terjadi lompatan pertumbuhan sebesar 20 persen dari 2016 ke 2017,” katanya.
Karena itu dalam penyelenggaraan IFRA 2018 yang merupakan ke 16 kalinya ini, pihaknya menargetkan terjadi transaksi sampai Rp 7 triliun.