JAKARTA, Indotimes.co.id – Deputi Bidang Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM Prakoso BS memotivasi kalangan generasi muda untuk tidak perlu takut untuk memulai dan gagal dalam menekuni dunia wirausaha.
“Bisnis itu yang penting harus jalan dulu, jangan menunggu modal datang dan jangan pernah takut gagal,” kata Prakoso pada acara ulang tahun majalah Excellent ke-7 dengan tema “Gerakan Wirausaha Kreatif Nasional Naik Kelas”, di Jakarta, Jumat (28/4).
Selain itu, kata Prakoso, lebih bagus lagi bila bidang usaha yang digeluti itu harus berangkat dari hobi atau sesuatu yang disukai.
“Bahkan, bidang bisnis yang dipilih jangan yang biasa-biasa saja. Bisnis yang tidak biasa, misalnya bengkel mobil khusus para pehobi otomotif. Karena, bila bisnis yang tidak biasa, keuntungannya pun pasti tidak biasa,” ujar Prakoso.
Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM pun terus menggulirkan program kewirausahaan nasional (GKN) dengan melibatkan seluruh stakeholder baik di pusat maupun daerah.
“Semangat gerakan tahun 2017 ini adalah menciptakan wirausaha yang tangguh, inovatif, dan peduli,” katanya.
Menurut Prakoso, wirausaha tangguh berarti terampil dan handal dalam menjalankan usahanya agar dapat berkembang lebih baik lagi, atau bisa disebut “naik kelas”.
Inovatif berarti gigih dalam menciptakan hal baru dan mencari solusi pada setiap persoalan yang dihadapi.
Sedangkan wirausaha yang peduli, selain sebagai wirausaha yang mencari keuntungan juga berbagi dengan lingkungan sosialnya atau biasa disebut social entrepreneur.
Prakoso meyakini para peserta yang hadir di acara ini juga banyak terdapat wirausaha yang tangguh, inovatif, dan peduli.
“Tentunya, para wirausaha yang tangguh, inovatif, dan peduli ini terklasifikasi ke dalam usaha mikro, kecil, dan menengah,” ujar dia.
Prakoso juga menjelaskan, tingkat kewirausahaan Indonesia telah meningkat dari 1,65 persen menjadi 3,10 persen (2016).
“Hal itu telah melampaui 2 persen dari populasi penduduk sebagai syarat minimal masyarakat suatu negara akan sejahtera menurut David McCleland. Walaupun masih rendah bila dibandingkan dengan tingkat wirausaha di AS 12 persen, Jepang 11 persen, China 10 persen, Singapura 7 persen, dan Malaysia 5 persen,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Prakoso, pihaknya akan terus melakukan kegiatan seperti pemasyarakatan kewirausahaan, diklat kewirausahaan, magang wirausaha, inkubator bisnis, dan sebagainya.
“Di sisi lain, meningkatnya dukungan pembiayaan oleh pemerintah dan lembaga keuangan bank dan nonbank bagi UMKM dan wirausaha pemula akan mendorong mereka yang mau berwirausaha semakin antusias dalam pengembangan usaha mereka,” katanya.