JAKARTA, Indotimes.co.id – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendorong para tokoh adan guru agama berperan aktif melakukan kontra narasi dalam rangka pencegahan radikalisme dan terorisme. Pasalnya, tokoh agama atau ulama serta guru agama menjadi pintu masuk radikalisme kepada umat dan jamaahnya, tetapi potensial sebagai pintu keluar dari keterpaparan radikalisme.
“Kalau tokoh agamanya selalu mengajakan konten-konten hate speech, intoleran, provokatif, anti pemerintahan yang sah, maupun radikalisme, otomatis itu akan jadi pintu masuk radikalisme. Tapi mereka bisa jadi pintu keluar, kalau tokoh-tokoh agamanya mengajarkan kepad umat dan jamaahnya konten toleransi , perdamaian, persatuan, budi pekerti yang luhur, rahmatan lil alamin, cinta tanah air dan bangsanya. In yang kita kembangkan terus,” papar Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM, pada acara pengumuman “Anugerah Indonesia Damai 2021”di Hotel Discovery Ancol, Jakarta, Selasa (30/11).
“Anugerah Indonesia Damai 2021” merupakan penutup program BNPT melalui Sub Direktorat Pemberdayaah Masyarakat Direktorat Pencegahan Kedeputian Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi i tahun 2021 yang terkait realisasi program kerja 32 Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di seluruh Indonesia.
Dalam Anugerah Indonesia Damai 2021 tersebut diumumkan para pemenang dari rangkaian lomba video kreatif, lomba guru pelopor moderasi beragama di sekolah, lomba microblog dan infografis serta launching buku bunga rampai yangdikuti peserta 32 Provinsi se-Indonesia. Pengumuman pemenang diumumkan secara daring.
Nurwakhid menambahkan bahwa lomba-lomba dalam kaitan “Anugerah Indonesia Damai 2021” adalah salah satu upaya BNPT untuk mendorong para tokoh agama, guru, terutama guru agama, dan para pemuda untuk berperan aktif dalam pencegahan radikalisme dan terorisme sejak dini. Ini adalah bagian dari pencegahan dari hulu, yang menyangkut seluruh elemen bangsa dan negara untuk diberikan kontra radikalisasi berupa kontra narasi, kontra propaganda, dan kontra ideologi.
“Termasuk dilakukan yang namanya vaksinasi ideologi terhadap masyarakat yang masih baik, masih moderat, tapi masih memiliki potensi terpapar. Vaksinasi melalui penamaman nilai budaya, wawasan kebangsaan, wawasan Pancasila, nasionalisme, dengan moderasi beragama, moderasi berbangsa dan lainnya,” tutur Nurwakhid.
Intinya, lanjutnya, tokoh dan guru agama ini menjadi ujung tombak terutama dalam menangkal propaganda radikal terorisme yang mengatasnamakan agama. Dalam konteks ini para guru agama bisa memberikan wawasan kebangsaan, wawasan keagamaan yang benar dan moderat terhadap anak didiknya.
Nurwakhid mengungkapkan, bukti dari efektivitas peran tokoh agama dan guru agama dalam melakukan kontra radikalisasi di dunia maya terlihat dari data indeks potensi radikalisme tahun 2019 yang berada di angka 38 persen. Begitu terjadi pandemi Covid-9 awal tahun 2020, dalam survei yang dillakukan BNPT bulan Oktober-November 2020, indeks potensi radikalisme itu turun dari 38 menjadi 12,2 persen.
“ Artinya apa? Salah satu faktor penurunan diakibatkan masifnya masyarakat yang tadinya tidak menggunakan media sosial, mungkin ustaz, kiai, tokoh agama, tokoh masyarakat, yang selama ini mungkin tidak melek teknologi, tidak melek komunikasi media sosial. Karena covid-19 mereka aktif melakukan zooming, dakwah melalui media sosial, YouTube, Instagram, dan sebagainya, sehingga konten keagamaan selama ini, hasil riset Setara didominasi konten keagamaan yang intoleran dan radikal di medsos ata dunia maya ada 67,,, persen. Ini sedikit banyak bisa terimbangi oleh konten keagamaan moderat yang dilakukan oleh para ulama, kiai, guru, dan anak muda yang selama ini tidak aktif di media sosial,” tandas Nurwakhid.