LEBAK, Indotimes.co.id – Dari “Negeri Para Petapa” Suku Baduy Dalam dan Luar turun gunung mendatangi Pendopo Lebak, Banten. Urang Kanekes tersebut membawa berbagai macam hasil bumi, seperti pisang, padi, umbi-umbian hingga gula aren yang diberikan kepada Ibu Gede, sang Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya.
Dari pertapaan mereka di Luewidamar, Bumi Kanekes, masyarakat Suku Baduy Dalam berjalan kaki menyusuri persawahan, naik turun gunung, keluar masuk hutan dan kampung. Mereka sembari memikul hasil bumi di sepanjang jalur sejauh 39 kilometer.
Pelaksanaan Seba tahun 2017 dinamakan “Seba Gede” karena dihadiri ribuan orang, dan berbeda dengan “Seba Leutik” yang hanya dihadiri ratusan orang.
“Tahun ini Seba Gede, kita enggak tahu perhitungannya gimana. Tapi menurut hitungan Baduy, ini masuk ke Seba Gede,” kata Iti Octavia, Bupati Lebak yang juga digelari sebagai Ibu Gede oleh masyarakat Baduy, saat ditemui di Pendopo Kabupaten Lebak, Banten, Jumat (28/4/2017).
Guna melindungi dan melestarikan keberadaan Urang Kanekes ini, Pemerintah Kabupaten Lebak mengaku telah menelurkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Hak Ulayat Masyarakat Baduy.
“Sebanyak 5.460 hektare, Perda Hak Ulayat. Karena di Baduy sendiri ada pemerintahan desa, di luar pemerintahan adat. Kalau di Baduy dipilih oleh adat untuk kepala desa, lalu disampaikan ke camat lalu ke bupati untuk dilantik,” ia menerangkan.
Sepulang dari Pendopo Kabupaten Lebak, masyarakat Baduy akan diberi oleh-oleh makanan istimewa dan spesial. “Kita biasanya kasih ikan asin, garam, sama terasi,” jelas Bupati Lebak.
Sekitar dua ribu anggota suku Baduy Dalam dan Luar sejak hari Jumat (28/4/2017) hingga Sabtu (29/4/ 2017), menjalankan ritual Seba atau berkunjung ke pimpinan, bupati, dan gubernur di wilayah mereka guna memberikan hadiah berupa hasil alam yang telah ditanamnya.
Baduy Dalam berangkat dari Kampung Ciboleger dengan berjalan kaki menempuh jarak sejauh 39 kilometer dengan rute bervariasi. Mereka bisa melewati jalan aspal, perkampungan, hingga keluar masuk sawah dan hutan. Mereka menuju Pendopo Bupati Lebak di Rangkasbitung.
Pelaksanaan adat ini dilakukan setelah menjalankan tradisi Kawalu, yakni puasa selama tiga bulan dan wilayah Baduy tertutup bagi warga luar.
Peringatan Seba selain silaturahmi dengan pejabat pemerintah juga memberikan hasil pertanian sekaligus menyampaikan berbagai pesan keluhuran atau kearifan lokal tradisi Baduy.
Selanjutnya, warga Suku Baduy Dalam akan berjalan kaki kembali sejauh 40 kilometer menuju Kota Serang sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten, Sabtu, 29 April 2017. (dil)