JAKARTA, Indotimes.co.id – Generasi muda di Indonesia saat ini harus pintar dan bijak dalam menerima segala informasi yang diterima. Karenanya kaum milenial harus memanfaatkan
perkembangan teknologi dan arus informasi secara positif dan selektif untuk menjaga persatuan dam kesatuan bangsa.
Hal tersebut ditegaskan Asiten Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora, Abdul Rafur pada acara Pemuda Mengkaji dengan tajuk ‘Millenial Bersatu Indonesia Maju’ di Main Atrium Mall Lotte Avenue, Jakarta, Sabtu (5/10) petang.
Karenanya Rafur meminta kalangan millenial Indonesia, agar jangan mudah kena berita hoaks yang menyebar begitu cepat. “Ini yang harus diantisipasi, kita periksa informasinya. Anak muda harus cerdas, harus banyak membaca menambah literasinya, tak malu melakukan konfirmasi cepat sehingga bisa mudah mengerti. Generasi millenial harus selektif dan berpikir maju,” ujarnya.
Selain itu Rafur juga berharap kaum milenial untuk juga rajin membaca. Karena peradaban manusia diukur dari pengetahuan, dan itu didapat dari membaca buku ataupun artikel lainnya yang positif. “Jadi dengan banyak membaca, kita lebih bisa lebih mudah melakukan filterisasi,” imbuh Rafur.
Sementara itu Staf Khusus Presiden, Ali Mochtar Ngabalin yang juga hadir sebagai pembicara mengatakan untuk membangun bangsa yang kuat, generasi milenial harus disiapkan menghadapi masa depan Indonesia.
“Kepercayaan, moral, pengetahuan, harus dimiliki oleh generasi muda bangsa ini. Karena legacy bagi negara ialah negara yang mampu menyiapkan generasi mudanya,” kata Ngabalin.
Namun menurutnya di tengah era digital, arus informasi menjadi tak terbendung dan banyak informasi yang salah, akhirnya keluar masuk tanpa filter. Akibatnya, provokasi mudah terjadi.
Dan jika sudah terjadi provokasi, lanjut dia, maka masyarakat terutama anak muda akan mudah dibenturkan dan diadu domba. Salah satu pemicunya, ialah tak mampu menyaring segala informasi yang masuk via media sosial.
Ngabalin menambahkan untuk itulah generasi muda atau kaum milenial harus pintar dan sekektif serta bijak untuk menyaring setiap informasi yang diterima, terutama dari media sosial.
“Media sosial, ini tak bisa dipertanggung jawabkan. Beda dengan media mainstream. Untuk itu, yang harus menjaga ialah dirinya sendiri. Maka sebisa mungkin, harus bisa konfirmasi atau check and recheck,” pungkas Ngabalin.