SERANG, Indotimes.co.id – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa menjadi momentum dan penyemangat bagi seluruh komponen bangsa yang terlibat dalam dunia pendidikan dalam memperkuat strategi membentengi generasi muda dari pengaruh intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Prof. Dr. Irfan Idris, MA, saat menjadi narasumber “Pelatihan Guru dalam rangka Menumbuhkan Ketahanan Satuan Pendidikan dalam Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan dan Bullying” di aula SMANegeri 3, Serang, Banten, Senin (29/4).
“Tentunya bagaimana melakukan dialog dan komunikasi agar perilaku intoleran bisa diminimalisir. Di Hardiknas besok harus ada semangat baru. Substansinya memang itu itu juga, tetapi strateginya yang harus diperbaharui. Mungkin yang kemarin-kemarin di dunia nyata lebih banyak, tetapi sekarang harus kita ubah porsi di dunia maya harus lebih besar,” ujar Irfan.
Di tengah kemajuan era globalisasi saat ini, dirinya juga mengingatkan kepada seluruh guru untuk banyak-banyak belajar. karena sekarang ini anak-anak bisa dikatakan lebih cerdas karena dia setiap saat selalu berinteraksi dengan dunia maya.
“Itulah kelebihan yang ada di dunia maya. Tetapi di sisi lain ada juga banyak pengaruh negatifnya yang bisa memancing emosi para generasi muda, terutama pelajar-pelajar di lingkungan tingkat sekolah menengah. Sekolah damai ini ada karena anak-anak kita sekarang diserang. Gadget yang melekat pada anak menjadi ruang propaganda yang efektif membentuk anak menjadi pribadi yang intoleran,” paparnya.
Dikatakannya, dengan maraknya dunia digital yang sudah menguasai generasi muda, maka perlu strategi baru bagi seorang guru baik itu guru bidang agama, guru bidang Pancasila dan bidang lainnya untuk dapat menanamkan nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai positif melalui aplikasi yang ada di dunia maya, seperti TikTok, Instagram dan sebagainya.
“Karena di era dunia maya ini anak-anak remaja zaman sekarang ini lebih banyak bermain di dunia (aplikasi) Tik Tok dan IG. Nah sekarang sudah saatnyalah bagaimana guru itu juga bisa masuk ke Tik Tok dan IG. Dan guru tidak boleh mengatakan itu (dunia maya) bukan dunia saya. Ini bukan persoalan dunia (nyata atau dunia maya), tetapi ini masalah soal sasaran pendidikan tersampaikan atau tidak,” ujarnya.
Menurut Prof Irfan, kalau menanamkan pendidikan hanya tersampaikannya melalui dunia nyata atau bangku sekolah ataupun orang tua memberikan pengajaran atau mendidik anaknya di rumah juga akan kurang efektif.
“Berapa persen hal itu di sekolah tersampaikan? Di rumah melalui orang tua berapa persen sih? 24 jam mereka anak-anak ini bisa pegang gadged, main misalnya TikTok dan sebagainya. Sudah saatnya guru dan juga orang tua memasukkan nilai-nilai itu melalui digital. Saya kira strategi itu akan lebih efektif,” ujarnya pula.
Seperti diketahui, pelatihan para guru ini merupakan bagian dari rangkaian program Sekolah Damai yang menjadi prioritas Kepala BNPT, Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel, M. Si, di tahun 2024. Kegiatan ini hasil kolaborasi BNPT, Duta Damai Dunia Maya Provinsi Banten, dan Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
Ia melanjutkan para guru harus menyampaikan kepada para siswa agar selalu agar selalu berhati-hati di dalam berselancar di media sosial berselancar. Pasalnya, mereka menjadi sasaran empuk kelompok terorisme global globalisasi, yang mana di atas permukaan aman-aman saja tapi dibawa permukaan ini generasi muda selalu menjadi sasaran empuk untuk direkrut.
“Akan lebih berbahaya lagi kalau tenaga pengajar, pendidik, guru atau mentor yang terpapar anak-anak jadi kasihan atau anak anak yang lebih-lebih mulai terpapar mereka harus memiliki sikap toleransi dan inklusif,” ucap Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini.
Seperti diketahui, Provinsi Banten pada tahun 2024 ini memulai program Sekolah Damai. Pelatihan guru ini diikuti kurnag lebih sebanyak 70 guru SMA se-kota Serang. BNPT sendiri terus berkomitmen dan konsisten untuk mengajak seluruh komponen masyarakat baik pemerintah, akademisi, pemuka agama, komunitas, dunia usaha dan media untuk bersama-sama terlibat dan berpartisipasi dalam pencegahan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
“Ini adalah bagian dari pencegahan yaitu pada bagian kontra radikalisasi khususnya kontra narasi dan kontra propaganda,” tandas Prof Irfan Idris.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Banten, Dr. H. Tabrani, M.Pd, mengakui kalau selama ini kurangnya para guru memiliki pengetahuan yang utuh menjadi kendala bagi para guru dalam mencegah bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarganya.
“Teman-teman (guru) ini kan tidak mempunyai pengetahuan yang utuh bahwa siapa orang-orang yang ada di sekelilingnya sebagai pelaku terorisme. Nah makanya nanti mudah-mudahan melalui workshop ini itu bisa dipahami, sehingga minimal dia bisa mengetahui, bisa memahami dan akhirnya kalau terjadi walaupun dia tidak bisa melakukan tindakan langsung dia bisa menyampaikan laporan kepada pihak-pihak yang berwenang,” ujarnya.
Namun demikian dirinya mengatakan kalau pihaknya secara rutin dan kontinue melakukan rapat koordinasi dengan para kepala sekolah dan juga melakukan pertemuan-pertemuan dengan pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pada pertemuan itu ia selalu menyampaikan pemahaman tentang pengelolaan penyelenggaraan pendidikan.
“Kami juga menyampaikan pesan-pesan pada guru-guru kami bahwa hari ini kita jangan pernah lengah terhadap aktivitas para terorisme yang mungkin masuk ke lingkungan sekolah,” ucapnya.
Ia berterimakasih dan bersyukur kepada BNPT yang mengadakan pelatihan kepada para guru pada program Sekolah Damai ini.
“Saya terima kasih kepada BNPT, dimana Banten menjadi salah satu provinsi yang menjadi sasaran untuk melakukan kegiatan workshop ini. Mudah-mudahan kegiatan ini nanti bisa dipahami oleh para guru yang mengikuti dan akhirnya bisa disemaikan kepada teman-teman yang lain yang ada di sekolahnya masing-masing. Tentunya ini momentumnya sangat tepat dalam menyambut Hardiknas di tahun 2024,” tandas Tabrani.