JAKARTA, Indotimes.co.id – Energi baru dan terbarukan (EBT), serta energi yang bersih, perlu didorong agar terus bertumbuh di tanah air. Pemerintah telah menargetkan penggunaan EBT sebesar 31 persen dalam bauran energi pada tahun 2050. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan ke-7 atau yang lebih dikenal dengan nama Sustainable Development Goals (SDG7), yaitu memastikan adanya akses untuk energi yang harganya terjangkau, handal, berkelanjutan, dan modern untuk semua orang adalah hal yang diinginkan setiap pihak. Akan tetapi, untuk mencapai target tersebut, kebijakan yang mendukung, investasi yang memadai, dan teknologi yang tepat sangat dibutuhkan.
Berangkat dari ide tersebut, Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) mengadakan International Energy Conference (IEC) 2019 dengan tema “The Role of New, Renewable and Clean Energy in Achieving SDG7: Policy, Investment and Technology” pada tanggal 13 November 2019 di JS Luwansa Hotel, Jakarta.
Konferensi ini merupakan konferensi dua tahunan yang diadakan oleh PYC dan pertama kali diadakan pada tahun 2017. Konferensi seperti ini mampu menyediakan wadah bagi para praktisi, ilmuwan, dan pengambil kebijakan untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran. Sebagai lembaga nirlaba yang berfokus di bidang energi, PYC berharap dapat terus berkontribusi dalam memberikan masukan terkait kebijakan, investasi, dan teknologi yang tepat demi mendukung tercapainya SDG7 melalui konferensi ini.
Ketua PYC, Filda Citra Yusgiantoro, Ph.D. menyampaikan perhatian terhadap penyediaan akses energi yang terjangkau dan bersih, seperti tercantum dalam SDG7. Salah satu caranya adalah dengan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dan energi bersih kepada masyarakat luas.
“Konferensi ini diharapkan dapat memberikan perspektif lebih luas terhadap masalah pengembangan EBT dan energi bersih di Indonesia dari sisi teknologi, ekonomi, maupun kebijakan. Pada tahun ini, konferensi ini dapat memikat hingga lebih dari 500 orang untuk hadir dalam acara tersebut, baik dari sisi akademisi maupun professional,” tegas Filda, di Jakarta, Rabu (13/11/2019).
PYC International Energy Conference 2019 dibuka oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Montty Girianna, dan Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Ir. F.X. Sutijastoto, M.A.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Montty Girianna menjelaskan, pengembangan EBT menjadi tujuan pemerintah saat ini. Ia berharap pengembangan EBT dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, F.X. Sutijastoto mengungkapkan bahwa berdasarkan laporan IEA bahan bakar fosil masih mendominasi hingga 2040. Energi yang lebih ramah lingkungan seperti DME, gasifikasi batu bara, dan likufaksi batu bara perlu dikembangkan untuk menghadapi transisi energi. Sehingga, kebijakan, khususnya Migas dan batu bara perlu untuk dikaji ulang, sebagai contoh sistem zonasi yang diterapkan dalam DMO batu bara.
“Pengembangan energi terbrarukan juga penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, membantu meningkatkan stabilitas ekonomi, dan mengurangi resiko dari fluktuasi harga bahan bakar, meningkatkan kehidupan sosial, dan memperbaiki lingkungan. Hal ini selaras dengan komitmen Indonesia dalam Paris Agreement,” ujarnya
Ia juga menegaskan komitmen pemerintah dalam mencapai SDG7 yang selaras dengan Kebijakan Energi Nasional. Bapak F.X. Sutijastoto menggambarkan EBT akan dapat tumbuh jika didukung oleh inovasi teknologi, investasi, dan kebijakan yang mendukung. Konferensi ini dapat menjadi katalis untuk menyelesaikan tantangan-tantangan pengembangan EBT terutama dalam koridor pembangunan berkelanjutan.
PYC International Energy Conference 2019 menghadirkan pembicara-pembicara dari latar belakang yang berbeda untuk membahas topik konferensi dalam plenary session. Pembicara-pembicara yang dihadirkan antara lain Meg Argyriou dari Climateworks Australia, Mohammad Rozani dari World Bank, Joel Kwong dari BCG, dan Jochen Gerber dari G5 Partner. Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Andi Novianto, M.A. dari Kementerian Koordinator Perekonomian Republik Indonesia. Pembicara-pembicara tersebut membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka dari sudut pandang investasi, kebijakan, dan teknologi tentang akselerasi penerapan EBT untuk mendukung SDG7, serta memaparkan studi kasus dari negara-negara lain dalam pengembangan EBT.
Ajang PYC International Energy Conference 2019 juga mengadakan sesi presentasi paper untuk memacu penelitian di bidang energi. Paper-paper terpilih diseleksi oleh reviewer dari beberapa universitas dari dalam negeri dan luar negeri. Ketua Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), Filda Citra Yusgiantoro, Ph.D. mengatakan, seluruh makalah yang ditampilkan dalam PYC International Energy Conference (IEC) 2019 ini menjadi harmoni yang mensintesis tema utama yaitu “The Role of New, Renewable and Clean Energy in Achieving SDG7: Policy, Investment and Technology”. PYC juga mengadakan beberapa kompetisi antara lain kompetisi esai, fotografi, dan infografis. Kompetisi ini telah diikuti oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai macam kalangan dan latar belakang.
Pada tahun ini, PYC juga menganugerahkan PYC Energy Award kepada dua organisasi yang memberikan dampak sosial dengan kiprahnya di sektor energi. Tahun ini, PYC Energy Award diberikan kepada Sinari dan Loka Penelitian Teknologi Baru (LPTB) LIPI atas perannya dalam pengembangan masyarakat melalui inovasi di sektor energi. Dua penerima PYC Energy Award2019 ini menjalani dua bidang yang berbeda. Sinari Energi berfokus pada penyediaan pembangkit listrik tenaga surya dan penyimpanan energi kepada masyarakat di pulau-pulau terpencil. Sementara itu, LPTB LIPI mengolah limbah pabrik tahu menjadi biogas yang dialirkan kepada warga-warga sekitar. Pemberian PYC Energy Award2019 ini diharapkan mampu menumbuhkan pengembangan teknologi dan bisnis yang memberikan dampak pada lingkungan dan sosial.