JAKARTA, Indotimes.co.id – Dewan Pengawas Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Luky A. Yusgiantoro mengungkapkan bahwa Indonesia masih terkendala untuk mewujudkan pemenuhan rasio elektrifikasi dan kualitas kelistrikan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Berdasarkan data PT PLN (Persero), pada tahun 2020 terdapat 2.000 desa di Indonesia yang belum tersentuh listrik, sehingga diperlukan perhatian lebih agar program elektrifikasi di daerah 3T dapat dipercepat dan angka rasio elektrifikasi mencapai 100%.
“Diperlukan inovasi untuk memaksimalkan potensi energi terbarukan dan penanganan permasalahan kelistrikan di Indonesia,” kata Luky saat memimpin diskusi pada sesi “Project Showcase Room,” pada Konferensi Energi Internasional 2023 yang diselenggarakan PYC di Hotel Luwansa, Jakarta, Sabtu (16/9/2023).
Konferensi dwitahunan yang berlangsung pada 15-16 September 2023, dibuka secara resmi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dihadiri Pendiri PYC sekaligus mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Ibu Lis Yusgiantoro, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia (Mendikbudristek), Duta Besar Kerajaan Malaysia untuk Republik Indonesia (RI) Dato’ Syed Md Hasrin Tengku Hussin, dan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, dan para peserta konferensi baik dari dalam maupun luar negeri.
Ada pun pembicara pada sesi “Project Showcase Room,” terdiri atas Direktur Jenderal Blockchain and Climate Institute Inggris Alastair Marke, Peneliti Purnomo Yusgiantoro Center Michael Suryaprawira, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar, dan Wakil Presiden Eksekutif Energi Terbarukan PT PLN Zainal Arifin.
Luky mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang melimpah, seperti energi surya, angin, bioenergi, air, panas bumi, dan kelautan. Namun, kata dia, pemanfaatannya masih jauh dari potensi yang dimiliki.
Hasil Penelitian PYC
Pada kesempatan itu, Luky juga memaparkan tetang hasil penelitian terbaru PYC mengenai Perdagangan Listrik Sistem Peer-to-Peer yang menggunakan teknologi blockchain sebagai solusi berkelanjutan bagi masyarakat.
“Pameran proyek ini bertujuan untuk menghadirkan solusi yang merevolusi pasar listrik di Indonesia dengan penerapan teknologi blockchain dan panel surya,” kata dia.
PYC, lanjut Luky, juga berkolaborasi dengan Blockchain and Climate Institute dari Inggris dalam mengembangkan simulasi sistem transaksi listrik berbasis panel surya di Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah dan di Kariangau, Balikpapan Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
“Kami mensimulasikan platform terdesentralisasi yang memungkinkan perdagangan energi langsung antara produsen dan konsumer (prosumer) dalam mobile application,” ujar Luky.
Sementara itu, Wakil Presiden Eksekutif Energi Terbarukan PT PLN Zainal Arifin mengapresiasi simulasi proyek Perdagangan Listrik Sistem Peer-to-Peer sebagai sebuah inovasi yang perlu dipertimbangkan dan tidak dilarang pemerintah.
Zainal mengatakan, langkah selanjutnya adalah studi lebih lanjut terkait keuntungan dan kerugian, serta kesiapan masyarakat Indonesia menggunakan model transaksi ini.
“Target emisi nol bersih yang sudah disepakati negara-negara di dunia membutuhkan komitmen dan aksi yang nyata agar dapet tercapai. Kolaborasi dari berbagai stakeholders penting untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Oleh sebab itu, berbagai inovasi yang dapat mempercepat pengaplikasian energi terbarukan, termasuk sistem transaksi listrik, perlu dikembangkan secara berkelanjutan,” kata Zainal. (*