JAKARTA, Indotimes.co.id – Teknologi mengubah kebiasaan, perilaku, dan pemikiran manusia. Semakin hari dunia terasa semakin dekat meski tidak akrab. Interaksi dunia maya mendominasi karena kemudahan, kecepatan, serta dinilai lebih efektif dan efisien. Laporan peristiwa dan opini tidak lagi dimonopoli madia massa. Publik saat ini bisa menjadi media bagi dirinya sendiri.

Saat ini hampir semua bidang kehidupan terpengaruh proses digitalisasi. Efek digital akan dirasakan semua kelompok di masyarakat. Sayangnya, banyak yang hanya bisa menjadi penerima tanpa punya kemampuan untuk merespon dengan baik, mengolah dan mengelola pesan tersebut.

Demikian dikatakan Chief Editor MNC Multimedia Network Gaib Maruto Sigit, S.Sos., M.Ikom pada Webinar Ngobrol Bareng Legislator, Kamis, 16 Juni 2022 dengan tema Interaksi di Ruang Digital: Hargai Perbedaan, Hormati Keberagaman.

Hadir sebagai pembicara anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Dede Indra Permana SH, ini
Dirjen Aptika Kemkominfo Semuel Abrijani Pengerapan BSc dan Penyair, Pemerhati Budaya, Wartawan Senior HU Suara Merdeka Benny Benke.

Baca Juga:  Keberlanjutan Pembinaan Eks JI Kunci Keberhasilan Program Deradikalisasi

Gaid mengungkapkan data hasil Survei Microsoft yang menyatakan bahwa netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara sehingga hal ini menjadi bukti bahwa kita lemah dalam membangun kesadaran digital dan digital ethics.

Terhadap itu, dia mengingatkan hal-hal yang harus dilakukan yakni pesan di dunia digital memiliki efek serius dalam kehidupan nyata, edukasi sejak dini, cek ricek dan berpikir ulang sebelum posting, jaga etika dan emosi, jaga data pribadi dan rajin menelusuri informasi yang diperoleh.

Dia menjelaskan minimnya pemahaman publik tentang digital skills, dIgital ethics, dan digital safety telah menyebabkan banyak pengguna internet yang tersesat di belantara digital. Mereka adalah yang percaya hoaks, malas membaca, dan menginformasi, tukang nge-share apapun pesan yang diterima tanpa memahami SARA atau merugikan orang lain.

Mereka yang tersesat di belantara digital juga adalah pengguna digital yang tukang posting apapun yang dilakukan di dunia nyata dan senang berdebat sampai berantem, marah-marah, dan memaki siapapun yang berbeda pendapat dan pandangan serta menjadikan kebiasaan interaksi online seperti kehidupan nyata, nyaman, dan merasa normal.

Baca Juga:  Dorong Pemulihan Ekonomi Bali, DPP IKA UII Bagikan Ratusan Paket Bansos Bersama Mahfud MD

Penyair, Pemerhati Budaya, Wartawan Senior HU Suara Merdeka Benny Benke mengatakan semua ilmu dan teknologi perlu etika yang harus dijaga agar kita, manusia tidak merugikan orang lain dan bumi demi kemaslahatan kita. Etika dalam teknologi dipercaya akan membantu manusia membangun landasan moral di mana setiap teknologi digunakan.

Dia menjelaskan etika dalam teknologi, secara sederhana, mengacu pada prinsip-prinsip moral yang mengatur bagaimana teknologi harus digunakan. “Prinsip-prinsip ini mencakup akuntabilitas, hak digital, privasi, kebebasan, perlindungan data, perilaku online, dan banyak lagi,” katanya.

Anggota DPR RI dari Fraksi PDP-P Dede Indra Permana SH mengajak masyarakat untuk manfaatkan kemajuan dunia digital sebagai dunia baru kepada hal-hal positif. “Kabar hoaks dan kabar bohong dan mengandung unsur SARA sangat masif menyebar melalui media digital saat ini,” katanya.

Dia mengingatkan agar jangan mudah terprovokasi berita-berita yang belum tertentu benar atau mengeshare berita-berita bohong. Cek betul keberadaan berita tersebut. “Kita harus bisa menghargai, menghormati dan menjaga keberagaman, jangan paksaan keyakinan kita kepada orang lain,” ujarnya.

Baca Juga:  Ketua TKN Apresiasi Perjuangan Pradana Indraputra

Lebih baik, katanya, kita memanfaatkan dunia digital untuk hal positif seperti mempromosikan produk-produk yang dapat meningkatkan ekonomi. Juga dapat menjual konten-konten yang merupakan aktivitas sehari-hari . “Itu lebih bermanfaat dan positif,” tandasnya.