JAKARTA, Indotimes.co.id —Sebanyak 106 pegulat dari 15 provinsi menyemarakkan kompetisi gulat PON XX, 2-15 Oktober mendatang di Papua. Kompetisi gulat digelar 8 hingga 14 Oktober, memperebutkan 18 set medali.

“Kita on the track, sejauh ini tidak ada masalah,” ungkap Yahya Madjid, Technical Delegate (TD) gulat PON XX  Papua kepada media, Selasa (7/9).

Menurut Yahya, pihaknya terus melakukan komunikasi intensif dengan jajaran panitia pelaksana (panpel) lokal di Merauke, termasuk masalah pengamanan dalam venue (gedung) pertandingan, mengingat cabor ini termasuk yang rawan protes.

“Kita  berharap semua tim atau kontingen mematuhi apa yang sudah ditentukan dalam Technical Hand Book (THB). Semua diatur di situ,” jelas Yahya .

THB sudah dibagikan ke seluruh pengprov dan KONI terkait jauh-jauh hari. Oleh karena itu, dalam susunan pengurus inti PP PGSI pada posisi sekjen masih dicantumkan nama Muhammad Amir, bukan Steven Setiabudi Musa. Muhammad Amir meninggal dunia 3 Juli 2021 di Kendari, Sultra. Ketua Umum PP PGSI Trimedya Panjaitan kemudian menetapkan Steven Setiabudi Musa, Kabid Umum, Sarana dan Prasarana, sebagai penggantinya.

Baca Juga:  Menunggu Pesta Juara di Istora Senayan

Yahya juga menerangkan, seluruh kompetitor cabor gulat diharapkan sudah berada di Merauke pada 5 Oktober. Pada 6 dan 7 Oktober diadakan refreshing wasit dan perangkat pertandingan. Tempat pertandingan, di GOR Futsal Dispora Merauke, sementara tempat latihan di GOR Hiad Sai, Merauke.

PON Papua  XX akan mempertandingkan 18 kelas, terdiri atas enam kelas di kategori gaya bebas dan gaya grego putra, serta enam kelas di gaya bebas putri. Enam kelas di gaya bebas putra, kelas hingga 57 kg, 65 kg, 74 kg, 86 kg, 97 kg dan 125 kg. Enam kelas di gaya grego, kelas 60 kg, 67 kg, 67 kg, 87 kg, 97 kg, dan 130 kg. Sedangkan enam kelas di gaya bebas putri, kelas hingga 50 kg, 53 kg, 57 kg, 63 kg, 68 kg dan 76 kg.

Baca Juga:  Priska Raih Juara Tunggal ITF W15 Hongkong

Seluruh Perangkat Pertandingan dari Dalam Negeri

Kompetisi gulat PON XX Papua ini seluruhnya memanfaatkan perangkat pertandingan dalam negeri, termasuk dua dari Papua. “Dewan hakim, serta wasit dan juri, seluruhnya dari dalam negeri,” jelas Yahya Madjid.

Dewan hakim terdiri dari tiga wasit senior, yakni Ali Asmi (Sumbar), Munir ((Jabar), dan Andi Lala (Sumut).

Sementara itu, menghadapi kompetisi gulat PON Papua ini tim DKI Jakarta bersikap realistis. Berkaca dari raihan Pra PON 2019 lalu, tim gulat DKI Jakarta mencoba rasional dalam memasang target medali emas.

“Tentunya tidak mudah membawa pulang medali emas, tetapi kita akan berjuang keras mendapatkannya,” kata Dedy Rukmana, pelatih tim gulat DKI Jakarta.

Menurut Dedy, KONI DKI Jakarta menargetkan satu medali emas. Namun, lima pegulat DKI Jakarta yang berlaga di sana akan mencoba memberikan hasil lebih. Hanya saja, itu bukan perkara mudah.

Baca Juga:  Menpora Jadikan GBK Arena Markas INAFOC

“Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Itu dua provinsi yang paling diperhitungkan. Dari raihan Pra PON lalu, dua provinsi ini sangat mendominasi,  bahkan disetiap kelas. Jawa Timur meloloskan semua atlitnya, sedangkan Kalimantan Timur, hampir semua yang lolos,” tutur Dedy.

Adapun lima pegulat DKI Jakarta yang akan berlaga di Papua adalah Andika Sulaeman (grego 77 kg), M.Rudiansyah (grego 87 kg), Nur Rusli (grego 130 kg), serta Rudi Hariyanto (gaya bebas putra bebas 125 kg) dan Selfie Ajeng (gaya bebas putri 50 kg).