GM Utut Adianto Apresiasi Tingginya Animo Peserta Japfa Chess Festival 2023

JAKARTA, Indotimes.co.id – Ketua Umum PB Percasi Grand Master (GM) Utut Adianto mengapresiasi tingginya animo para pecatur di Tanah Air untuk mengikuti Japfa Chess Festival ke-13 yang berlangsung di Gedung Serbaguna Senayan Jakarta, 18-22 Oktober.  Total ada 472 pecatur dari 25 provinsi di Indonesia yang ambil bagian.

Japfa Chess Festival ke-13 merupakan event catur dua tahunan hasil kerjasama PB Percasi dengan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Namun Utut mengakui persaingan di Japfa Chess Festival masih didominasi muka-muka lama seperti GM Susanto Megaranto, GM Novendra Priasmoro dan lainnya.

Utut berharap para pecatur usai muda bisa segera menyusul meramaikan persaingan catur nasional. Dan ia optimistis harapan tersebut bakal terwujud melihat animo para pecatur untuk mengikuti Japfa Chess Festival dan berbagai turnamen catur lainnya di Tanah Air.

“Kita senang Japfa Chess Festival disambut antusias. Pesertanya hampir 500 orang. Yang kecil-kecil juga bersemangat ingin bermain,” kata Utut saat menyaksikan jalannya pertandingan di Japfa Chess Festival ke-13 di Gedung Serbaguna Senayan Jakarta, Jumat (20/10/2023).

Baca Juga:  Ketua Umum PB PRSI, Anindya Bakrie Sambut Medali Emas Polo Air SEA Games

Menurut Utut tantangan terbesar yang dihadapi PB Percasi dan olahraga secara umum adalah bagaimana membuat orang hanya fokus kepada yang digemari.

“Itu yang paling sulit,” ujarnya.

“Kalau lihat muka-muka yang main, mereka orang-orang yang pintar dan cerdas. Tapi distraction (gangguan) di jaman sekarang banyak sekali. Terutama gadget. Di satu sisi ini kemajuan jaman tapi untuk pekerjaan yang menuntut ketekunan luar biasa tidak mudah,” bebernya.

Utut menilai persaingan catur di level nasional seperti di Japfa Chess Festival ke-13 selalu ketat. Karena semua provinsi punya pemain kuat dan punya pemain junior.

Tetapi mereka kesulitan untuk bisa menampilkan permainan terbaiknya di ajang catur standar yang berlangsung 9 babak ini lantaran dalam satu hari harus main dua kali.

“Main jam 9 pagi dan main lagi di sore hari,” ungkap Utut.

Idealnya, kata Utut, satu hari main satu kali. “Tapi kalau main sehari sekali makin sedikit yang ikut. Karena biaya penginapan mereka jadi bertambah,” terangnya.

Baca Juga:  INASGOC Minta Tim TP4 Kejagung Kawal Asian Games

“Jadi lagi-lagi itu pilihan,” imbuhnya.

Pemerintah Bedakan Sewa untuk Olahraga dan Bisnis

Utut berpandangan untuk mengatasi permasalahan beban finansial yang menjadi sandungan bagi gerak pembinaan olahraga khususnya cabor catur menuju cita-cita meraih prestasi yang mengharumkan nama bangsa dan negara.

“Idealnya ke depan, Indonesia punya gedung yang besar buat dua ribu orang yang biaya sewanya tidak semahal ini,” harapnya.

Sejalan dengan keinginan tersebut, sambung Utut, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) ke depan itu orang yang bisa membedakan kegunaan bisnis dan olahraga.

“Ini kan bukan untung malah perusahaan membantu,” tandasnya.

Selain itu, kata Utut, ke depan diharapkan ada hotel di tengah kota yang tarifnya relatif murah. Sehingga event catur standar dapat diselenggarakan secara ideal yaitu satu  hari satu babak.

“Jadi kalau mainnya sembilan babak dijadwalkan waktu penyelenggaraannya selama sebelas hari. Sehari satu babak. Kualitasnya pasti lebih dahsyat,” kata Utut.

Baca Juga:  Duet Swiss dan Selandia Baru Raih Gelar Ganda Combiphar Tennis Open 2019

Dengan adanya hotel di tengah kota bertarif relatif murah, setiap pemain bisa menempati satu kamar sendiri.

“Sekarang di Kemayoran tapi kalau main di Kemayoran sewa JIExpo-nya siapa yang sanggup,” ucapnya.

“Nah dalam hal ini negara harus berpihak untuk hal-hal olahraga sosial itu tidak bisa dicharge sama,” lanjutnya.

“Mudah-mudahan Mensesneg ke depan yang dipikirkan itu bisa lebih banyak. Jadi bansos itu tidak hanya membagi duit. Di sini kita pasang umbul-umbul aja bayar. Padahal umbul-umbul itu tidak bikin Japfa jadi kaya. Bikin ini bikin itu bayar. Setiap rumah ada tuannya dan tuannya ambil uang,” tuturnya.

Utut kembali menekankan pentingnya peran dan dukungan negara untuk olahraga dan olahragawan.

“Sekali lagi ini bukan mengeluh tapi ini design ke depan,” pungkasnya.