JAKARTA, Indotimes.co.id – Perubahan paradigma olahraga di tanah air melalui Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) harus dipahami dengan tepat oleh semua cabang olahraga (cabor). Kini, SEA Games bukan lagi menjadi tujuan, tetapi Olimpiade yang jadi sasaran akhir prestasi atlet Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya telah meminta Kemenpora untuk melakukan review total ekosistem olahraga Indonesia pada perayaan Haornas 2020 lalu. Menpora Zainudin Amali kemudian menjawabnya dengan membuat Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) dan sudah disahkan oleh presiden melalui Perpres No.86/2021.
SEA Games statusnya kini menjadi sasaran antara, bukan lagi sasaran akhir. Apalagi, selanjutnya bakal ada Asian Games yang beberapa hasilnya bisa menjadi ajang kualifikasi atlet untuk tampil di Olimpiade.
Perubahan paradigma olahraga ini harus dipahami oleh cabor, sehingga mereka bisa seiring sejalan menjalankan amanah Perpres No.86/2021 yang juga diperkuat dengan aturannya dalam UU 11/2022 tentang Keolahragaan.
Karena itulah, menyambut SEA Games 2021, pengiriman atlet kini tak lagi jor-joran. Ada tolok ukur yang dipersiapkan dengan matang oleh tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON). Tim yang diketuai oleh Profesor Asmawi itu tak mau sekadar mengirimkan atlet, tetapi ada tolok ukur yang tepat.
Data dan rekam jejak yang mumpuni, menjadi pertimbangan sebelum menilai kelayakan atlet untuk diberangkatkan ke SEA Games. “Saat ini, Indonesia memasuki fase perubahan yang tentu tidak semuanya bisa menerima perubahan tersebut. Padahal perubahan ini sudah merujuk pada peraturan-peraturan yang harus ditaati untuk kemajuan olahraga Indonesia kedepannya melalui pilihan yang berkualitas,” katanya, saat ditemui Selasa (19/4) malam.
Salah satu contoh nyata ialah adanya atlet dari cabor senam yang bersikeras untuk diberangkatkan ke ajang SEA Games Hanoi 2021 karena merasa layak. Padahal, saat dipantau dan ditimbang track record performanya, atlet tersebut masih kalah dengan empat atlet senam lainnya yang sudah mendapat rekomendasi dari tim review PPON untuk bertolak ke SEA Games 2021.
Sebelumnya, ramai dibicarakan oleh warganet terkait sosok atlet senam ritmik Sutjiati Narendra. Dia merasa tak diberangkatkan ke SEA Games padahal sudah meraih emas di PON XX Papua 2021 lalu.
Setelah ditelisik dari data dan track record performa mereka selama ini, prestasi Sutjiati ternyata tak bisa melampaui atlet senam yang sudah dipilih untuk berangkat ke SEA GAmes 2021, Rifda Irfanaluthfi.
Rifda sudah teruji prestasinya, karena untuk level SEA Games, dia berhasil membawa pulang satu emas dan tiga perak pada edisi 2019 lalu di Manila. Sementara, Sutjiati baru bisa berbicara banyak di ajang PON Papua. (lihat grafis data rekam jejak kedua atlet).
Sutjiati Narenda yang tampil di Rhythmic Gymnastics Junior World Championship 2019 di Moskow Rusia, ternyata tak bisa lolos dari kualifikasi dan gagal ke putaran final. Sebaliknya, Rifda yang sudah masuk kategori senior, tak tampil di ajang tersebut.
Hanya, di SEA Games 2019, Rifda tampil moncer dan meraih satu emas dan tiga perak. Sementara itu, Sutjiati tak diberangkatkan ke Manila karena kalah bersaing dengan atlet yang lain.
Membaca data prestasi yang ada, capaian dari Sutjiati di ajang Rhythmic Gymnastics Junior World Championship 2019 ternyata juga tak bisa bersaing dengan pesenam dari negara tetangga.
Sutjiati di ajang tersebut hanya berada di ranking 47 dengan skor 12.550 dengan menggunakan bola. Kalah bersaing dengan atlet Filipina yang menempati ranking 39 dan Singapura yang finis di posisi ke-46.
Sutjiati juga tak mampu bersaing saat menggunakan alat tali. Dia hanya berada di urutan ke-45 dengan skor skor 11.350. Tertinggal jauh dengan wakil Malaysia yang menempati ranking 18 dengan skor 14.200, Kemudian Filipina berada di ranking 34 dengan skor 12.600 dan Thailand di ranking 37 dengan skor 12.375.
Sedangkan di kategori grup pada ajang yang sama, Malaysia menduduki ranking 23 dengan skor 15.550, Indonesia yang juga diperkuat oleh Narendra Sutjiati berada di ranking 39 dengan skor 13.550 dan Thailand di posisi ke-41 dengan skor 13.350. Pada senam menggunakan tali, Sutjiati Narendra berada di ranking 39 dengan skor 12.325, wakil Philipina di ranking 43 dengan skor 12.075, serta Thailand di posisi 44 dengan skor 11.975.
Kala mengikuti PON Papua yang digelar pada Oktober 2021 lalu, Sutjiati Narendra mendapatkan dua medali emas dan satu medali perak.
Penilaian-penilaian itu besar kemungkinan menjadi dasar dari tim review untuk melihat layak dan tidaknya Sutjiati dikirim ke SEA Games. Pasalnya, potensi medalinya cukup berat jika harus bersaing dengan negara-negara lainnya.
Sementara itu, Rifda Irfanaluthfi memiliki segudang prestasi, antara lain seperti 4 emas di PON Papua 2021. Kemudian meraih 1 emas (Vault) dan 3 perak (All-around, Balance Beam, Floor Exercise) pada Sea Game 2019. Sebelumnya 1 perak (Floor Exercise) pada Asian Games 2018. Ditambah 1 medali emas (Balance Beam), 1 medali perak (Vault) dan 3 perunggu (team, Uneven Bars & Floor Exercise) pada SEA Games 2017. Kemudian meraih 2 perunggu (Team & Vault) pada Islamic Solidarity Games 2017.
Pertimbangan tim review PPON jelang SEA Games 2021 ini juga harus semakin presisi. Pasalnya, nomor senam ritmik kali ini berkurang, Hanya ada satu emas yang diperebutkan dari kategori serba bisa. Berbeda dengan SEA Games Manila yang mempertandingkan lima nomor.
Saat disinggung tentang kondisi Sutjiati yang merasa dirinya layak dikirim ke SEA Games 2021, Ketua tim review PPON Asmawi juga mengacu kepada keputusan PP Persani. Pasalnya, induk senam di Indonesia itu pun tak mengajukan nama Sutjiati Narendra untuk direview.
“Persani tidak mengajukan nama tersebut, bahkan jika kita melihat pencapaian terakhirnya di ajang internasional hasilnya jauh sekali rangkingnya, apalagi jika merujuk hasil di Rusia lalu, hanya mampu berada di posisi ke-47, sehingga belum bisa bersaing dengan atlet Asia Tenggara lainnya,” beber Asmawi.
Bukan itu saja, Asmawi juga mengingatkan bahwa juara PON itu sejatinya tidak harus berangkat ke SEA Games ketika kriteria yang disyaratkan tak terpenuhi. Sebab, dengan prestasi yang dimiliki dan track record di event-event sebelumnya, sulit kemampuan mengejar atlet senam negara Asean lainnya.
“Kalau catatannya terlalu jauh, walaupun juara PON, bagaimana mau bersaing. Karena itu, hasil PON itu bukan menjadi parameter dan belum tentu hebat di PON kemudian bisa bersaing di level Asia Tenggara,” tegasnya.
Negara tak pernah menutup mata dengan potensi atlet-atlet Indonesia yang bisa menyumbangkan medali di SEA Games 2021. Karena itu, mereka yang direkomendasikan untuk berangkat lebih memprioritaskan atlet yang mampu mendulang medali minimal perak dalam ajang olahraga terakbar Asia Tenggara tersebut.