JAKARTA, Indotimes.co.id – Onwner sekaligus pendiri Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) Ir Eka Putra Wirya, menilai pembinaan mental penting untuk para pecatur muda agar dapat bersaing dalam kompetisi tingkat dunia.
Membentuk mental atlet bukan cuma soal bagaimana seorang pemain catur mampu menerima kekalahan, namun juga sikapnya saat meraih kemenangan
“Karena itulah penting untuk dilakukan pembinaan dan pelatihan untuk kembangkan kemampuan anak-anak yang kini belajar catur sejak dini. Fundamental harus kuat, komprehensif, dan menyeluruh,” kata Eka pada acara SCUA Award 2023 yang berlangsung di Hours Coffe Jalan Boulevard Bukit Kelapa Gading Raya No. 1 Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (5/2) malam.
Menurut Eka, bicara soal pecatur profesional bukan cuma bicara soal teknik, tapi juga mental. Mental harus kita perbaiki, mental pemenang juga harus disiapkan.
“Mental pemenang adalah mental yang kuat. Ada kepercayaan diri, motivasi diri, dan ketika jatuh bisa bangkit. Tapi, di saat sukses, mentalnya juga harus kuat. Kalau tidak kuat, akan jumawa, sombong, dan tidak mempersiapkan diri untuk jatuh,” Eka yang juga Dewan Pembina Pengurus Besar Persatuan Catur Indonesia (PB Percasi).
Karenanya, lanjut Eka, persiapan untuk menjadi seorang pecatur profesional hingga meraih gelar bergengsi seperti Grand Master tak hanya bertumpu pada bakat, namun juga kerja keras. “Persiapannya luar biasa, membutuhkan waktu yang sangat lama. Bakat yang luar biasa, tanpa kerja keras, maka tak akan menjadi apa-apa,” imbuhnya.
Eka melanjutkan, hal-hal penting lainnya yang harus dimiliki oleh pemain maupun para pembina catur di Indonesia adalah konsistensi, dedikasi, dan pengabdian.
Penegasan Eka tersebut sejalan dengan kehadiran SCUA yang tak terasa sudah 30 tahun berandil besar dalam melahirkan para pecatur andal dan terbaik Indonesia. SCUA didirikan oleh Grand Master (GM) Utut Adianto Ir Eka Putra Wirya berdiri, Kristianus Liem dan Machnan R. Kamaluddin (Almarhum).
Lewat sentuhan para tokoh inilah dari sekolah catur pertama yang awalnya berkantor di Komplek Pertokoan Roxy Jakarta pada tahun 2003 itu telah lahir pecatur yang membanggakan Indonesia, GM Susanto Megaranto, GMW Irene Kharisma Sukandar, GMW Medina Warda Aulia, GM Novendra Priasmoro, hingga GMW Dewi Ardhiani Anastasia Citra.
Itulah yang terus menjadi komitmen Eka yang bahu membahu bersama GM Utut Adianto yang kini Ketua Umum PB Percasi dan Kristianus Liem Direktur SCUA yang juga Kabid Binpres PB Percasi untuk terus melahirkan para pecatur muda Indonesia yang akan menajdi pecatur kelas dunia.
Komitmen juga ditunjukkan Ketua PB Percasi GM Utut Adianto, yang berencana memberikan kesempatan kepada sekitar 10 Pecatur muda untuk berlatih tanding ke daratan Eropa terutama ke Belanda.
Pengiriman tersebut, kata Utut, merupakan bagian dari pola pembinaan dengan tujuan agar pecatur muda punya kesempatan mengasah ilmunya serta lebih meningkatkan prestasi di level internasional.
“Selain ikut pertandingan di sana pecatur muda kita, juga kita berikan kemandirian untuk bisa memanage mereka agar lebih bisa mengatur diri sendiri untuk bisa bersikap profesional untuk meningkatkan prestasinya,” kata Utut yang juga politisi dari Partai PDIP itu.
Bukan hanya berbicara program, Utut juga menyebut olahraga catur membentuk karakter manusia yang punya disiplin dan sportivitas tinggi. Makanya, Utut berani menyebut para pecatur binaan SCUA bukan hanya menjadi pecatur andal tetapi mereka juga dapat dipercaya dalam memimpin perusahaan.
“Menekuni catur itu bukan hanya menjadi atlet saja tetapi bisa berkarya di tempat lain. Banya pecatur dari SCUA itu mendapat kepercayaan memimpin perusahaan dengan menjabat sebagai direktur ataupun manajer. Jadi, tidak ada ruginya untuk menekuni olahraga catur,” tandas Utut.