JAKARTA, Indotimes.co.id – Sukses menjadi tuan rumah dan sukses prestasi yang diraih Indonesia pada Asian Games XVIII/2018 di Jakarta dan Palembang, merupakan sebuah momentum bagi Indonesia untuk mewujudkan masa depan cerah bagi para atlet berprestasi. Komunitas Olahraga Indonesia (KORI) pun hadir untuk menyiapkan sebuah formula agar kerja keras seluruh stakeholder olahraga selama Asian Games 2028, tidak berlalu begitu saja.
Hal tersebut ditegaskan Ketua KORI, Harry Warganegara seusai Diskusi Terbuka Refleksi Akhir Tahun Olahraga Indonesia di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (20/12).
Menurut Harry, setelah diskusi ini, KORI akan membuat dua rekomendasi. Pertama agar kehidupan para mantan atlet dan atlet berprestasi bisa terjamin. Kedua, merancang, menyusun dan menyiapkan ‘cetak biru’ olahraga Indonesia yang puncaknya sebagai persiapan tuan rumah Olimpiade 2032.
Sebelumnya Erick Thohir selaku Ketua Inasgoc dan juga Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) sebagai pembicara dalam diskusi ini mengatakan profesi atlet di Indonesia masih kerap dipandang sebelah mata.
Bahkan menurut Eick, para atlet kerap mengalami kesulitan saat hendak melakukan pinjaman ke bank untuk membuka usaha, maupun kredit rumah. “Jadi kalau mau pinjam uang atau kredit rumah ke pihak bank, para atlet masih kerap mendapat kendala. Pihak bank cukup keberatan jika mereka mencantumkan profesinya sebagai atlet,” kata Erick.
Namun paska Asian Games dan Asian Para Games 2018 lalu, adanya perhatian yang besar terhadap para atlet, dengan pemberian bonus yang cukup besar bagi para atlet berprestasi, sudah ada perubahan yang yang terjadi. Dimana profesi atlet kini mulai menjadi incaran banyak orang.
Hal serupa diungkapkan legenda bulutangkis Indonesia, Susi Susanti, yang tidak ingin ketiga anaknya mengikuti jejaknya menjadi seorang atlet. Menurut Susi, kerasnya kehidupan seorang atlet baru akan dirasakan setelah pensiun. Susi menambahkan bahwa ia harus ‘jatuh-bangun’ mengembangkan usaha yang digeluti bersama sang suami, Alan Budikusuma yang juga legenda bulutangkis Indonesia setelah di masa pensiun. “Karena formula di Indonesia belum sebagus di negara maju perihal perhatian terhadap atlet berprestasi yang telah pensiun,” kata Susi.
Berkaca dari pengalaman itulah, Susi mengaku tidak terlalu mendorong anak-anaknya untuk menjadi atlet, meskipun mereka memiliki bakat untuk mengikuti jejak dirinya sebagai atlet.
“Tapi sekarang saya meihat formula itu sudah mulai berjalan ke arah yang lebih baik setelah berakhirnya Asian Games 2018. Tapi itu semua sudah terlambat bagi anak-anak untuk menjadi atlet,” lanjut Susi yang kini menjalani kehidupannya sebagai pengusaha, bersama sang suami pasca gantung raket.
Bonus yang turun sebelum berakhirnya Asian Games 2018 hingga peluang menjadi Aparat Sipil Negara (ASN) adalah salah satu usaha seluruh stakeholder untuk mewujudkan masa depan cerah bagi para mantan atlet serta atlet berprestasi.
Sukses tersebut bahkan turut diapresiasi oleh para atlet, seperti Eko Yuli Irawan (angkat besi), Kevin Sanjaya Sukamuljo (bulutangkis), I Gede Siman Sudartawa (renang), dan duo atlet jetski, Aero dan Aqsa Sutan Aswar. KORI pun siap meneruskan hal itu demi meningkatkan prestasi dan menjunjung hak-hak para atlet berprestasi.
Diskusi tersebut juga turut dihadiri Noor Achmad selalu perwakilan Komisi X DPR RI, Raja Sapta Oktohari (Ketua Inapgoc), mantan atlet Dedeh Herawati dan actor yang juga mantan atlet judo Joe Taslim, serta atlet Jiu Jitsu, Simone Julia.