JAKARTA, Indotimes.co.id – Selain cabang bulutangkis yang menjadi andalan kontingen Indonesia di Olimpiade, cabang angkat besi juga berperanan. Pentingnya dua cabor tersebut, membuat negara lain, khususnya di Asia Tenggara (ASEAN) mengincar para pelatih nasional, dari kedua cabor langganan medali di Olimpiade bagi Indonesia.
Yang terakhir, hengkangnya pelatih nasional angkat besi Lukman ke negeri “Gajah Putih”. Pelatih asal Kalimantan Timur (Kaltim) mengikuti jejak para pelatih bulutangkis “Hijrah” ke Thailand menangani Tim Nasional angka besi Thailand yang dipersiapka untuk SEA Games 2019 Filipina dan Olimpiade Tokyo 2020.
Sejak 12 September 2018 pelatih angkat besi yang sukses melahirkan para lifter andal Indonesia, telah resmi memulai kiprahnya menangani Lifter angkat besi Thailand.
Tentunya hal ini menjadi ancaman para Lifter Nasional untuk meraih prestasi optimal di multi event kawasan ASEAN nantinya, mapun ajang internasional lainnya.
Sama halnya di cabang bulutangkis ketika Atik Jauhari dipercaya menangani atlet bulutangkis Thailand juga menjadi ancaman bagi pemain bulutangkis nasional di berbagai event internasional.
Bahkan ketika Atik Jauhari menangani Timnas bulutangkis India mampu mengorbitkan pemain putri sebagai juara dunia yaitu Saina Nehwal di tahun 2009-2010.
Kepergian Atik Jauhari melatih atlet bulutangkis di luar negeri setelah mengorbitkan Liem Swimming, Icuk Sugiarto dan Tjun Tjun/Johan Wahyudi dan Bobby Ertanto/Hadibowo tidak jauh berbeda dengan kepergian Lukman dari angkat besi Indonesia ke Thailand.
Pelatih yang lahir dari atlet angkat besi berprestasi ini terpaksa menerima tawaran kontrak federasi angkat besi Thailand lantaran di Indonesia sudah tidak dipergunakan lagi. Guna menyalurkan ilmunya dalam dunia angkat besi Lukman langsung menandatangani kontrak dengan federasi angkat besi Thailand.
“Setelah beberapa bulan tidak ada kegiatan, saya menerima tawaran federasi angkat besi Thailand untuk menangani atletnya menuju SEA Games di Filipina tahun 2019. Hal itu saya lakukan karena di Tanah Air ilmu yang saya miliki tidak berguna. Untuk menyalurkan ilmu itulah saya “Hijrah” ke Thailand,”tegas Lukman melalui saluran internasional Rabu (18/9).
Hal inilah sangat disayangkan, kenapa pelatih yang membesarkan nama Eko Yuli Irawan dan Triyatno di multi event ASEAN, Asia dan Olimpiade tidak dipergunakan lagi. Sementara pelatih pengganti yang dikatakan sukses mengantar Eko meraih medali emas di Asian Games 18 tahun 2018 dipertahankan. Padahal selama berlatih di Pelatnas Eko mengaku menggunakan program yang diberikan Lukman.
Kondisi seperti itu seharusnya ditelaah para pengamat, pakar olahraga dan kantor Kemenpora dalam memantau ketangguhan pelatih berbakat nasional. Bila perlu pelatih handal seperti itu dipertahankan, guna melahirkan atlet yang berbakat lainnya.
Kejadian seperti itu juga pernah dialami atlet bulutangkis nasional yaitu Taufik Hidayat dimana pelatihnya Mulyo Handoyo harus diganti pelatih lain. Dengan pertimbangan prestasi menuju Olimpiade saat itu Taufik mengancam, bila tidak dilatih Handoyo ia akan menerima tawaran Singapura menjadi atlet nasionalnya.
Tampaknya ancaman Taufik dipenuhi dan diteruskan dilatih Handoyo. Melalui latihan intensif sesuai kata hatinya ditangani pelatih yang sejati,Taufik mampu membuktikan menyuguhkan medali emas bagi kontingen Indonesia di Olimpiade Athena tahun 2004.
Kondisi seperti itu apakah juga akan terjadi diangkat besi dalam mempersiapkan atletnya menuju Olimpiade di Tokyo tahun 2020 setelah Lukman Hijrah ke Thailand. (RB-4)