JAKARTA, Indotimes.co.id – Dalam rangka mendukung perkembangan startup di Indonesia, CoHive, perusahaan coworking space terbesar di Indonesia, menggelar kompetisi berskala global, ‘Get in the Ring (GITR) Jakarta 2019’ di gedung CoHive 101, Mega Kuningan. Dalam acara ini sejumlah pendiri startup di Indonesia beradu ide inovasi dan model bisnis mereka di atas arena pertandingan.
Get in the Ring Jakarta 2019 diikuti oleh 40 peserta, di mana 15 peserta terbaik telah dipilih baik oleh juri maupun publik pada 25 Maret 2019 lalu. Pada Kamis, 11 April 2019, sebanyak 15 peserta tersebut maju ke babak penyisihan (preliminary round), di mana mereka mendapatkan pembekalan dari para mentor dan beradu untuk mendapatkan posisi enam besar di final round yang berlangsung pada hari yang sama. Babak final dibagi ke dalam tiga pertandingan, yang masing-masing akan menghadapkan dua startup. Setiap battle akan memakan waktu selama 20 menit, yang terdiri dari perkenalan singkat dan lima ronde.
Head of Corporate Communication CoHive, Kartika Octaviana, menyatakan kompetisi global Get in the Ring Jakarta ini tidak hanya membuka jalan bagi para startup untuk mendapatkan relasi di skala nasional tetapi juga internasional. Menurut Kartika, pertumbuhan startup di Indonesia sangat pesat. Namun, pesatnya pertumbuhan tak diiringi dengan usaha berkelanjutan. Masalah acapkali ditemui terkait kurangnya pemahaman akan model bisnis yang teruji serta minimnya pendanaan. Salah satu solusi adalah dengan memperluas akses terhadap investor, inkubator dan akselerator bisnis.
“Kami berharap bahwa Get In The Ring Jakarta ini dapat menjadi jalan bagi startup nasional untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional,” kata Kartika melalui siaran pers, Senin (8/4/2019).
Dalam setiap ronde di babak final, kecakapan para startup untuk mempresentasikan prospek bisnis mereka diuji dari berbagai elemen, seperti (1) Tim; (2) Capaian; (3) Model Bisnis & Pasar; (4) Kondisi Finansial Perusahaan & Proposal untuk Investor; dan (5) Pertanyaan bebas. Setelah menyelesaikan lima ronde tersebut, para juri akan memberikan pertanyaan kritis dan umpan balik (feedback) secara spesifik kepada para startup.
Startup yang berhasil memenangkan kompetisi ini adalah Vestifarm yang merupakan platform bagi hasil di bidang pertanian dan peternakan. Vestifarm merupakan perusahaan berbasis financial technology (fintech) yang mencoba mengatasi masalah tingginya risiko gagal panen karena kondisi cuaca yang tak menentu serta membantu petani dan peternak yang kerap kesulitan mendapat kredit bank.
Salah satu judges dalam Get In The Ring 2019, Devina Halim menjelaskan kriteria startup pemenang. Salah satunya, startup harus memiliki value proposition yang baik.
“Dan punya interm of the business model, interm of the landscape. Yang juga emang all dia punya better change the winning global competition,” kata Devina yang merupakan Investment Associate East Ventures ini.
Devina menambahkan alasan judges memilih Vestifarm. Menurutnya startup yang berdiri tahun 2017 itu dianggap layak mewakili Indonesia di kancah internasional karena bergerak di bidang pertania. Diketahui, Indonesia merupakan negara agraris.
“Dan kita lihat value proposition dia (Vestifarm) itu sangat unik. Karena dia spesifik main di hal-hal yang items. Jadi menurut aku sih bakal jadi unik untuk selling point nantinya,” katanya.
Startup pemenang dari Get in the Ring Jakarta 2019 akan mendapatkan tiket ke Berlin untuk beradu dengan para pemenang dari negara-negara lain. Selain itu, pemenang juga mendapat kesempatan mengakses sumber investasi, pelatihan dan mentoring, serta jaringan bisnis yang berskala internasional. Sementara itu, CEO Vestifarm Dharma Anjarrahman mengatakan event Get In The Ring sangat unik. Dia mengaku sudah sering ikut kompetisi serupa. Namun, baru kali ini merasa mendapatkan pengalaman yang baru ikut kompetisi startup.
“Ini konsepnya sangat unik dan pengalamannya beda banget. Kita masuk ring kayak orang mau tinju terus saling punch dengan argument masing-masing,” katanya.
Usai menjadi pemenang Get In The Ring 2019, Dharma berharap startupnya dapat berkembang karena kini Vestifarm baru memiliki 15 karyawan.
“Target kedepannya kita membantu petani di Indonesia, jumlah petani kita di indonesia itu ada 40 juta. At least yang punya lahan itu kita bantu ada 26 juta. Ekspektasi kita itu lebih banyak membantu petani. Biar petani-petani taraf hidupnya bisa meningkat. Di satu sisi biar masyeakat indonesia punya alternatif investasi yang halal,” katanya.
Tahun ini adalah kali kedua CoHive menyelenggarakan kompetisi GITR yang merupakan kerjasama dengan Get in the Ring Foundation, sebuah organisasi yang memiliki jaringan di 100 negara dan bertujuan untuk memberikan dukungan bagi para inovator untuk tumbuh lebih cepat dengan membangun jaringan yang kuat di dunia. GITR Foundation bekerja sama dengan berbagai organisasi, korporasi, dan lembaga pemerintahan berupaya mendorong para startup agar turut menciptakan solusi dari berbagai permasalahan di dunia. (ANP)